Berdialog

260 31 1
                                    

Ch. 17 - Berdialog

*sudah tayang di Karyakarsa*

.

.

.

Setelah berpikir cukup lama, memandangi pemandangan dengan wajah bengong hingga ditegur tenaga kebersihan sebab ruang makan akan ditutup sementara untuk menyiapkan makan siang, barulah Renjun mengangkat pantatnya. Dia tidak punya pengalaman bermain golf, tapi sepertinya pilihan itulah yang sekiranya bagus untuk dilakukannya sekarang. Sesampainya di arena main golf, Renjun dibuat takjub bukan main. Sekalipun lapangannya dibuat indoor, luas arenanya layaknya lapangan golf di luar ruangan. Decak kagum tiada henti keluar dari bibir mungilnya.

Seorang petugas menghampirinya, menyambutnya dengan ramah. Renjun jujur jika dia belum punya pengalaman dan tidak tahu-menahu tentang golf. Dengan pelayanan super memuaskan, petugas tersebut mempersiapkan alat hingga mengajari Renjun teknik dasar bermain golf. Rupanya olahraga ini cukup menguras konsentrasinya, tapi Renjun tetap menikmatinya.

“Anda bermain dengan baik,” suara pujian datang dari arah kiri tempat Renjun berdiri.

Seorang pengunjung baru saja memuji dan sepertinya ingin mengobrol dengannya. “Terima kasih, saya masih pemula,” bilang Renjun rendah hati.

“Pose tubuh Anda terlihat pro ketika mengayunkan tongkat,” sekali lagi pengunjung itu memujinya. “Oh, apakah Anda sakit?” tanyanya sembari menunjuk syal yang dipakai Renjun.

Renjun tertawa geli sambil menggeleng kecil. Pertama karena orang tersebut memanggilnya dengan bahasa formal, kedua pujiannya terlalu berlebihan. “Biasa saja, ini bukan urusan bisnis, kok,” pinta Renjun berharap suasana aneh ini tidak berlarut-larut. “Dan aku tidak sakit, hanya kedinginan tadi pagi.”

Mata pengunjung itu sedikit terkejut, “Bukannya hotel ini sedang disewa untuk urusan bisnis perusahaan besar?”

Sekarang mata Renjun yang melotot, bahkan lebih besar dari lawan bicaranya. “Benarkah?” Renjun mencoba untuk menerka, mungkin klien perusahaan Jaemin yang menyewa, tapi Jaemin tidak bilang apa-apa padanya. “Aku tidak tahu. Aku hanya ikut seseorang dan bukan bagian dari bisnis tersebut.”

“Begitu, ya?” Pengunjung itu punya mata indah dan semakin indah saat senyumnya mengembang. “Ah, perkenalkan namaku Jaehyun,” sebuah tangan terulur.

Tangan itu disambut hangat oleh Renjun. “Renjun. Senang berkenalan denganmu.”

Renjun sengaja berbicara sopan mengingat dirinya sedang ikut bersama Jaemin yang sedang bekerja. Dia harus menjaga tindak-tanduknya sebab barangkali orang yang diajak berbicara adalah kerabat atau teman dari klien Jaemin.

“Keberatan kalau main bersama?” ajak Jaehyun sembari mengangkat tongkat golfnya dan menaruhnya di bahu.

“Dengan senang hati.”

Mereka bermain sebanyak tiga set. Karena Renjun masih pemula, Jaehyun tidak menganggap permainan ini sebagai perlombaan dan ada kalanya dia mengalah supaya Renjun bisa menang. Sementara Renjun bersikap menyenangkan dan terbuka. Jangan lupakan pengalamannya sebagai penjaja tubuh sekaligus penyenang laki-laki berduit.

Disela-sela permainan mereka, Renjun baru tahu Jaehyun lebih tua darinya. Oleh karena itu, Renjun memanggilnya hyung setelah meminta izin dan Jaehyun memperbolehkannya. Kemampuan Renjun mengambil hati orang tidak menurun rupanya.

“Apa Hyung sering main golf?” Renjun bertanya, dia sudah kelelahan dan meminta untuk istirahat.

“Kalau ada waktu senggang saja. Kebetulan lapangan golf ini dekat dengan tempat tinggalku.”

Mendadak Jadi IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang