Pendamping Hidup

909 132 5
                                    

Mendadak Jadi Istri

Ch. 6 - Pendamping Hidup

Renjun's side is back

"Demi apa, punya anak satu saja sangat menyusahkan orang tua!"

Aku bangun karena mendengar suara pintu kamarku digebrak dengan brutal.

"Mama? Kenapa ke sini?", tanyaku yang sudah biasa mendapatkan perlakuan macam ini sejak kecil.

Mama duduk di sebelahku dan langsung menarik telingaku sampai merasa puas. Tenang, aku juga sudah biasa dibeginikan. Tidak lama Mama akan mengusap telingaku karena merasa bersalah telah melakukan tindak kekerasan.

"Kenapa tidak pulang ke rumah Jaemin?", tanya Mama yang suaranya sudah seperti biasa.

Aku menarik selimut sampai bagian dadaku. "Aku tidak suka di sana", jawabku jujur.

Mama hanya membuang nafasnya. "Sepertinya masalahnya bukan di situ saja"

Sekarang aku memeluk kakiku dan menenggelamkan wajahku pada kedua tumpuan lutut. Mama pasti sadar karena mataku yang bengkak. Beberapa hari pasca malam kehancuran itu aku mengunci diriku. Tiap malam aku selalu menangis di atas tempat tidur.

"Lebih baik Mama antar kamu ke rumah Jaemin. Kamu yang sendirian di sini sangat membahayakan. Mama belum mau jadi sebatang kara di bumi ini", Mama berdiri dan berjalan menuju lemari. Diambilnya salah satu baju lengkap dengan celana dan lain-lainnya. "Cepat mandi lalu kita berangkat"

...

Mama sungguhan mengantarkanku ke rumah Jaemin. Kali ini aku tidak melawan atau memberontak. Aku menurut saja saat Mama membawaku masuk ke dalam rumah yang mempunyai kesan hangat sedari awal aku tiba di rumah ini. Suasana rumah sepi dan baru aku ingat mobil silver Jaemin tidak ada di depan tadi.

"Jaemin lagi kerja kalau kamu nyari dia", bilang Mama yang sudah duduk di sofa ruang tamu. Aku ikut duduk di sebelahnya. "Kamu jadi banyak diam, apa Mama perlu menemanimu di sini?", tanya Mama kemudian.

Mataku menatap mata Mama yang sudah nampak dimakan usia. "Tidak usah, Ma. Ini masih jam kerja Mama. Mengantarkanku ke sini pasti lagi nyuri-nyuri waktu kan?", ujarku yang secara tidak langsung mengusir Mama.

"Ya sudah, Mama tinggal. Kalau ada apa-apa hubungi Mama. Sebentar, kemarikan hpmu", dan aku memberikan hpku kepada Mama.

Aku tidak tahu apa yang Mama lakukan. Mama mengeluarkan hpnya juga dan membuka langsung hpku. Tidak lama Mama mengarahkan hpku ke telinganya.

"Ya, Jaemin? Ini nomernya Renjun. Simpanlah karena dia akan menyusahkanmu mulai saat ini", kata Mama dan langsung menyudahinya. Jari-jari Mama seperti sedang mengetik sesuatu, lalu segera memberikannya kepadaku. "Ini hpmu"

Aku melihat apa yang baru dilakukan Mama dan ternyata hanya menyimpan nomer Jaemin di hpku.

"Mama yakin kamu akan segera cocok dengan Jaemin. Jadi yang baik kalau sama dia", saran Mama sebelum pamit meninggalkan aku di rumah Jaemin.

Pesan Mama tadi hanya masuk di telinga kanan dan keluar dari telinga kiri. Aku sendiri masih tidak paham kenapa bisa menikah dengan Jaemin. Baik aku maupun Jaemin, kami sama-sama tidak saling kenal dan merasa tidak ada yang punya hutang budi. Sekarang Mama malah memulangkanku ke tempat Jaemin setelah aku terpuruk karena ditinggal oleh kedua kawanku. Ini tidak membuatku lebih baik sama sekali. Kalau Mama betul tahu bagaimana diriku, harusnya Mama membawaku bersama dirinya.

...

Aku tidak sadar kalau melukis hingga malam tiba. Aku belum makan apa-apa sejak pagi tadi, hanya minum air dan terus melukis sampai tanganku pegal. Tapi urusan perut sudah tidak bisa aku tahan lagi. Dengan lemah aku menjatuhkan pallet begitu saja dan keluar dari kamar sambil menekan bagian perutku yang terasa perih.

Mendadak Jadi IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang