bab 34

16.5K 2.3K 283
                                    

Mana suara fans nya papa dokter? 😆😆😆😆

Bab 34 cukup panjang 2100 kata
Jangan bilang masih pendek

Sebelum baca the best part, aku saranin kalian baca worst love dulu biar nyambung
Karena di worst love banyak kejutan tak terduga

Aku mohon maaf gak bisa secepatnya update 🙏
Beberapa pesanan flanel dari Medan, Pekanbaru dan juga Majene harus segera di kirim

Jadi mungkin agak lama update nya tapi aku usahakan di hari rabu Minggu depan nya, insyaallah aku update bab berikutnya

Selamat membaca
Dan jangan lupa vote + komentar dan jangan lupa share cerita ini jika menurut kamu bagus 🤗

###

Araya tak bisa berkata-kata. Dokter Arlan terlihat sangat manis dan membuat semburat merah tersemat di pipi Araya saat ini.

Suasana romantis itu tercipta begitu saja secara natural. Arlan mengikuti nalurinya untuk mengelus pipi Araya secara perlahan sembari menikmati wajah memerah Araya. "Aku tak akan membiarkan siapapun menyakiti kalian."

Araya memberanikan dirinya menangkap tangan dokter Arlan. Dia ingin memastikan jika apa yang sedang terjadi bukanlah mimpi. Tentu saja tindakan Araya yang sedikit agresif itu membuat dada Arlan berdesir hangat.

"Dok, terimakasih," ucap Araya dengan penuh rasa haru. "terimakasih sudah menerima saya sebagai istri dan ayah untuk Ivy."

Jantung Arlan serasa ingin meledak karena kalimat itu. Wanita hamil yang terlihat lemah saat itu kini telah menjelma menjadi wanita yang kuat dan juga tangguh.

"Saya akan membawakan makanan, pasti kamu sudah merasa lapar, kan?" Arlan tak menjawab ucapan terimakasih dari araya karena Arlan sedang berusaha menetralkan detak jantungnya. Sepertinya Arlan harus segera menyingkir dari ruangan itu untuk sementara waktu.

Araya mengangguk kecil.

"Tetap di sini dan jangan melakukan tindakan bodoh. Saya akan segera kembali." Arlan pun beringsut. "Kalau ada apa-apa tekan bel di sebelah sana," titah Arlan layaknya seorang bos.

Arlan segera keluar dari ruangan itu setelah mendapat anggukan singkat dari istrinya. Setelah menutup pintu ruang rawat inap Araya. Tubuh Arlan terasa sangat lemas dan langsung terduduk di atas lantai. Arlan mengacak rambutnya dan rasanya muka Arlan memerah luar biasa.

Bagaimana bisa dia begitu lancar mengucapkan kata-kata penuh rayuan itu? Arlan sampai bergidik ngeri terhadap dirinya sendiri. Tapi untuk ciuman itu, Arlan tak menampik jika dia menyukainya. Mungkin dia akan mengulanginya lagi dalam waktu dekat.

Arlan memegang dadanya, jantungnya dag dig dug keras sekali. Sembari menghembuskan nafas, Arlan teringat dengan beberapa kalimat penuh rayuan yang di kirim Damar tadi malam. Damar jelas kepo sampai-sampai pria itu mengirimkan Arlan spam chat atau lebih tepatnya meneror Arlan agar bisa bersikap lebih lembut. Tapi berkat Damar pula, Arlan bisa sedikit mengucapkan kalimat-kalimat manis itu.

Jangan galak-galak kayak biasanya, dua hari lagi Lo mau nikah. Coba perhalus lagi ucapan lo Sama Araya. Emang Lo mau jadi duda di hari pertama nikah karena doi gak suka sama sifat galak Lo itu?

Kalimat berisi seperti nasehat itu membuat Arlan berpikir panjang. Lama Arlan merenungkan sifatnya jika bertemu dengan Araya. Sikap Arlan selalu ketus jika bertemu dengan araya walaupun wanita itu selalu tersenyum padanya.

Coba pejamkan mata mu, ada siapa yang kamu lihat?

Sekali lagi kamu panggil aku tuan, siap-siap bibir kamu aku cium terus.

The Best Part (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang