Bab 11

16.4K 1.8K 137
                                    


Yang belum vote , vote dulu sebelum baca



####



Gevan melotot tak percaya dengan tindakan dokter gadungan itu. Di lihat dari sudut manapun, dokter gadungan itu jelas tak pernah menunjukkan ketertarikannya pada Araya. Ngapain Arlan harus repot-repot mengurusi Rion?! Tapi satu hal yang Gevan akhirnya sadari, bisa jadi Arlan adalah tipe tsundere. Membayangkannya saja membuat Gevan geli.

"Calon suami Araya?!" Rion menatap Arlan dengan pandangan mengejek. "Suatu saat Araya akan kembali memohon pada ku untuk kembali padanya." Rion berkata dengan penuh percaya diri padahal dirinya tak sadar jika dulu Rion lah yang memohon meminta kesempatan kedua.

Arlan lagi-lagi menyunggingkan senyumnya. Senyum mengejek lebih tepatnya, ciri-ciri orang  gagal move on ya emang begini sampai-sampai mengalami halusinasi parah. Tingkat kepedean pria ini benar-benar sudah melewati ambang batas. Bisa jadi pria ini tak sadar dengan kelakuannya yang tak mencerminkan pria sejati. Kalau Arlan menjadi Rion, dia tahan akan pernah menampakkan wajahnya di hadapan seluruh anggota keluarga Araya. Mungkin ini yang orang-orang katakan dengan sebutan tak tahu malu.

Rion agak sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah Arlan membuat wajah Rion agak dekat dengan wajah Arlan. "Aku tahu beberapa janda sangat menggairahkan daripada perawan," ucap Rion dengan nada rendah dan tangan Arlan sudah terkepal kuat.

Darah di dalam tubuh Arlan seakan menggelegak mendengar suara Rion yang sangat merendahkan harkat dan derajat mantan istrinya itu. Ayah kandung Ivy memang pria brengsek.

Rion tersenyum lebar. "Asal kau tahu, rasa Araya sangat-sangat enak. Apalagi suaranya saat mengucapkan nama ku, dia benar-benar menggairahkan."

Seluruh darah Arlan mendidih mendengar hal itu, tangannya sangat gatal ingin melayangkan satu atau dua pukulan saat ini juga. Arlan bahkan mengabaikan tatapan penasaran orang-orang yang sedari tadi menatap ke arah mereka. Arlan tak pernah menyangka jika mantan suami Araya merupakan jelmaan iblis. Pria itu sangat tak menghargai wanita dan dengan mudahnya melecehkan wanita terutama mantan istrinya yang sudah banyak berkorban.

"Aku yakin kau mencari kepuasan, Araya .."

Belum sempat Rion menyelesaikan kalimatnya, Arlan sudah mengambil tindakan lebih dulu.

Bugghhh.

Sebuah pukulan keras Arlan layangkan ke wajah Rion. Arlan tak bisa berpikir jernih jika seorang wanita dilecehkan baik secara verbal maupun secara fisik. Tak tahu kah, jika para wanita bertaruh  nyawa saat melahirkan makhluk mungil ke dunia ini?! Sudah sepatutnya derajat wanita diagungkan bukan direndahkan.  Arlan tak akan pernah menyesali sudah memukul pria seperti Rion malah yang ada Arlan merasa sangat puas sekali.

Lili yang diam-diam merekam pun menjerit kecil dengan aksi spontanitas yang abangnya lakukan. Begitupun dengan Gevan,  Gevan tak menyangka jika Arlan akan berbuat nekad dengan memukul Rion di depan umum seperti ini. Tak takut masuk penjara kah dokter gadungan itu?!

Satu pukulan Arlan membuat Rion jatuh tersungkur. Arlan memandang Rion dengan tatapan marah, kedua mata Arlan tampak menyala-nyala. Tangan Arlan sangat gatal untuk menonjok Rion lagi tapi Arlan mencoba meredam amarahnya dengan mengepalkan kedua tangannya hingga buku-buku tangannya tampak memutih. Arlan hanya takut jika Ivy akan takut melihatnya nanti tapi syukur saja saat Arlan menoleh, Gevan sudah memeluk Ivy erat dan badannya tak mengarah ke arah Arlan saat ini.

"Satu ginjal yang Araya berikan seharusnya kau manfaatkan dengan sebaik mungkin." Nafas Arlan memburu menahan emosi nya yang hampir meledak. Arlan tak mau kebablasan menghajar orang.  "Ivy pasti sangat sedih jika tahu ayah kandungnya tak berotak seperti kau."

The Best Part (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang