Tristan dan Nayla sudah berada di penthouse nya.
Tristan segera memerintahkan Nayla untuk menuangkan hasil negosiasi sementara dari laptop untuk dibuat hardcopy nya.
Nayla mengangguk sigap. Ia segera membuka dan menyalakan laptop. Mulai meneliti susunan kalimat yang diketiknya, memperbaiki, kemudian mulai mencetak nya.
Sedangkan Tristan langsung masuk ke kamarnya, dan baru keluar tepat saat Nayla menyelesaikan cetakan terakhirnya.
Tristan menerima hardcopy tersebut, dan menginstruksikan Nayla untuk mandi, sementara ia membaca dan mempelajari hasil pertemuan tadi.
Selesai mandi, Nayla keluar dengan mengenakan kaus longgar dan celana legging yang panjangnya tepat di atas lutut. Rambutnya dijepit sembarangan ke atas, memperlihatkan leher jenjang nya. Wajahnya bersih dari polesan apapun, namun terlihat segar dan tetap cantik.
Ia menuju ke pantry dan membuat dua cangkir kopi.
"Ini kopinya, Sir," kata Nayla meletakkan kopi yang dibuatnya ke meja.
"Hmm..." Tristan masih menekuri hardcopy ditangannya. Dahinya berkerut memikirkan sesuatu.
Perlahan kerutan didahinya memudar digantikan dengan seringaian licik.
Sepertinya Tristan sudah menemukan langkah yang tepat untuk menghadapi para kliennya besok.
Tristan mengambil kopi diatas meja dan menyeruputnya pelan sambil meletakkan kertas yang dipegangnya.
Matanya tanpa sadar melirik Nayla yang sedang memejamkan matanya menikmati secangkir kopi dalam genggamannya.
Tristan menahan nafas melihat keindahan didepannya. Jantungnya bertingkah aneh saat ia menatap bibir sexy Nayla. Ia menelan ludahnya berkali-kali, berusaha menahan keinginannya untuk menyeret Nayla ke kamarnya.
Tristan berdiri, mengambil sebotol anggur yang dipesannya sebelum ia masuk ke kamar, menuangkannya ke dalam dua gelas.
Dibawanya kedua gelas anggur itu dan memberikannya pada Nayla yang masih menyesap kopi nya sedikit demi sedikit.
"Kita harus bersulang untuk kemenangan kita besok," ujar Tristan mengangsurkan segelas pada Nayla yang kaget mendapat uluran segelas anggur dari CEO dingin itu.
"Maaf, Sir. Saya tidak terbiasa minum," kata Nayla berusaha mengelak.
Tristan menatap Nayla tajam. Huh, selama ini tidak ada yang berani menolak perintahnya. Tapi gadis dihadapannya itu mengaduk-aduk emosinya dengan penolakannya.
"Cuma sedikit, lagi pula ini sekedar merayakan kemenangan yang akan kita raih besok," Tristan dengan setengah memaksa menyodorkan kembali gelas anggur yang masih dipegangnya.
Nayla menerima dengan ragu-ragu.
"Kenapa anda begitu yakin dengan hari esok, Sir? Bukannya tidak ada yang tau apa yang akan terjadi besok?"
Tristan menyunggingkan senyum malasnya.
"Aku sudah mempelajari semuanya. Dan aku yakin sembilan puluh sembilan koma sembilan puluh sembilan persen, kita akan mendapatkan mereka!" kata Tristan penuh keyakinan.
Nayla mengangguk menyadari kharisma yang ada pada diri Tristan. Keyakinan dirinya yang sangat kuat ditambah keahlian mengatur strategi negosiasi yang luar biasa membuat ia tak pernah gagal melakukan negosiasi dengan klien manapun.
Tristan dan Nayla pun bersulang.
"Untuk kemenangan kita," ucap Tristan mengangkat sedikit gelasnya lalu meneguk habis anggurnya.
Nayla mengikuti apa yang dilakukan Tristan. Tapi karena belum terbiasa, Nayla terbatuk-batuk.
Tristan tertawa kecil lalu segera menepuk-nepuk punggung Nayla untuk menghentikan batuknya setelah mendapatkan pelototan dari Nayla.
Wajah Nayla memerah. Batuknya masih sesekali terdengar. Tristan memberikan segelas air putih pada Nayla yang segera diminumnya hingga tandas.
"Terimakasih," kata Nayla tersenyum.
Tristan tertegun melihat senyum itu. Lama ditatapnya Nayla hingga yang wajahnya memerah.
Bukannya mengalihkan pandangannya, Tristan malah mencondongkan tubuhnya mendekati Nayla.
Nayla memundurkan badannya hingga punggungnya membentur bantalan tangan sofa yang didudukinya.
"Sir," panggil Nayla lirih melihat Cool Boss nya terus mendekatkan wajahnya padanya.
Tristan seolah tidak mendengar apa-apa. Ia terus memajukan wajahnya hingga kini wajahnya tinggal beberapa senti dari wajah Nayla.
Nayla membulatkan mata bagusnya menatap Tristan yang terus mendekat padanya. Hembusan nafas Angel of Death menerpa wajah paniknya.
Bersambung
Thank you already read my story, guys....
Happy reading....
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST YOU & I
FanfictionCinta tidak selalu menjanjikan keindahan, karena dalam cinta kadang terselip luka. Tetapi, tanpa cinta kita akan kehilangan arah. Dan aku yakin, hanya kau dan aku yang bisa membuat cinta itu terasa indah.