Brakk!!
Pintu ruangan Tristan terbuka. Seorang wanita memakai mini dress bustier merah menyala dengan panjang 30cm diatas lutut, memaksa masuk, sementara Adisti memekik dibelakangnya berseru mencegahnya masuk.
"Maaf, Miss, jangan masuk. Miss, tunggu..." terlambat, Priska sudah melenggang masuk setelah mendorong Adisti.
Tristan berdiri dengan wajah murka.
"Adisti, kemapa kamu membiarkannya masuk, hah? Kamu bisa kerja gak?" bentak Tristan melotot pada Adisti yang menunduk ketakutan.
"Maaf, Sir, saya sudah berusaha..." suara Adisti seperti tercekik terpotong oleh gelegar suara Tristan.
"Sekarang kamu keluar sana!"
Adisti mengangguk bergegas keluar sambil menahan tangisnya, bingung karena kesalahannya biasanya akan berujung pemecatannya atau ia bisa didemosi ke divisi lain, yang akan berpengaruh pula pada salary nya.Tristan menatap marah pada Priska yang perlahan mendekat padanya dengan membusungkan dada penuh kepadanya.
"Mau apa lagi kamu kemari?" tanya Tristan dingin. Matanya menatap tajam seolah mampu membunuh siapapun yang memandangnya.
"Aku akan buat kesepakatan denganmu, Sayangku," ucap Priska lalu melenggang menuju sofa panjang di ruang itu.
"Kesepakatan seperti apa?" suara dingin Tristan bergaung.
"Aku tidak akan mengganggumu lagi, asalkan..." Priska berdiri gemulai didekat sofa panjang menggantung kata-katanya.
Mata Tristan menyipit, mendekati Priska yang senyum-senyum menggoda.
"Asalkan apa?" tanya Tristan dengan suara rendah.
"Asalkan kau..." Priska mengulurkan tangannya ke leher Tristan dengan cepat dan mencium bibir Tristan dengan liar.
Tristan tersentak. Refleks ia menolak dengan mendorong tubuh Priska keras dan cepat. Tapi sepertinya Priska sudah menduga Tristan akan melakukannya, sehingga ia mengeratkan pelukannya. Tak ayal lagi, tubuh keduanya oleng dan jatuh bertindihan di sofa, dengan posisi Tristan menindih tubuh molek Priska.
Tentu saja Priska tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, ia mekin erat mencium Tristan yang masih menindihnya.
Disaat yang bersamaan, pintu ruangan terbuka dan Nayla berdiri disana dengan wajah pucat karena shock melihat Tristan dan Priska terlihat bergumul di sofa.
Bibir Nayla gemetar, ia berbalik dan berlari entah kemana
Tristan berusaha mengejarnya, tapi Priska masih memeluknya erat. Butuh waktu beberapa saat untuk melepaskan pelukannya.
Tristan bergegas berdiri dengan muka merah penuh amarah menatap Priska, ia menuding pintu ruang kerjanya."Sekarang kamu keluar! KELUAARR!" teriak Tristan kalap. Emosinya tak terkendali.
Priska tersenyum licik, mengambil tasnya dan melenggang keluar sesudah meniupkan cium jauhnya pada Tristan.
Tristan bergegas menghubungi resepsionis di lantai satu menanyakan keberadaan Nayla, tapi jawabannya meluruhkan seluruh jiwanya. Nayla berlari keluar sambil menangis.*******
Tristan mengusap wajahnya dengan kasar. Ia menatap padatnya kota dari ruangannya.
Rosalie sudah mulai masuk kerja kemarin. Dan ini hari ketiga Nayla tidak masuk kerja.
Tristan merasa dunianya hancur. Ia sudah menghubungi ponsel Nayla, tapi tidak aktif. Tadi pagi, ia mendatangi apartemen Nayla, apartemen itu terkunci. Satpam yang bertugas disana mengatakan kalau Nayla sudah tiga hari tidak kembali ke apartemen.
James, yang pada akhirnya mengetahui Tristan dan Nayla ada hubungan spesial karena diberitahu oleh Tristan, berjanji akan berusaha membantunya mencari Nayla.
Tristan seperti kehilangan separuh dari jiwanya. Ia.mencintai Nayla dengan sungguh-sungguh dan dengan seluruh jiwa raganya.
Kemanakah Nayla berada sekarang?
Bersambung
Happy reading guys....
Keep vote and comment....
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST YOU & I
FanfictionCinta tidak selalu menjanjikan keindahan, karena dalam cinta kadang terselip luka. Tetapi, tanpa cinta kita akan kehilangan arah. Dan aku yakin, hanya kau dan aku yang bisa membuat cinta itu terasa indah.