Tristan masih memeriksa beberapa laporan keuangan yang diberikan Nayla padanya, ketika resepsionis mengatakan ada seseorang yang mencarinya.
"Siapa?" tanya Tristan.
"Saya tidak tau Sir, akan saya tanyakan dulu," sahut Nayla lalu bejalan keluar, sementara Tristan kembali memeriksa laporan kembali.
Sejenak kemudian Nayla masuk.
"Sir, tamu untuk anda, seorang wanita dari keluarga Sanjaya. Priska Sanjaya," kata Nayla memberitahukan pada Tristan. Dan belum sempat Tristan menjawab, pintu terbuka. Seorang wanita muda cantik masuk diikuti oleh Adisti , resepsionis Tristan dengan wajah ketakutan.
"Maaf, Sir. Bu Priska tidak mau menunggu dan saya tidak bisa mencegahnya," kata Adisti dengan perasaan takut. Karena sekali ia mmbuat kesalahan, Tristan tidak segan-segan memecatnya atau yang paling ringan memindahkannya ke divisi lain.
Tristan mengisyaratkan Adisti untuk keluar, lalu ia bangkit dari kursinya, memasukkan kedua tangannya kedalam saku celananya menatap tajam ke arah Priska.
"Apa maumu?" tanya Tristan dingin yang membuat Nayla atau siapapun bergidik mendengarnya.
"Hmm.... Tristan, sayang... Kemana Rosalie? Kamu punya sekretaris baru? Oh... Aku tau... Kamu mulai bosan dengan Rosalie kan? Kenapa harus mencari yang baru, sayang? Kalau kamu kesepian, kamu tinggal telfon, dan aku akan dengan senang hati datang kemari menghibur dan menemanimu," jawab Priska sambil mendekati Tristan dan menempelkan tubuhnya pada Tristan dengan manja.
Nayla menunduk. Ada rasa sakit menyelusup menggores hatinya. Tapi ia sanggup menampilkan senyum profesionalnya.
"Silakan duduk Bu Priska, mau minum apa?" tanya Nayla tersenyum sopan.
"Aku bisa ambil sendiri! Sebaiknya kamu keluar! Aku ingin berduaan dengan kekasih hatiku, Tristan," senyumnya menebar pesona pada Tristan yang menatap wanita itu tajam.
"Baik Bu!" jawab Nayla mundur.
"Hei! Siapa namamu? Jangan panggil aku Bu! Panggil aku Miss Priska!" serunya lantang.
"Baik Miss Priska, permisi," Nayla mundur selangkah dan berjalan menuju pintu.
"Nay, kamu tetap disini!" terdengar gelegar suara Tristan menghentikan langkahnya.
"Tristan sayang, biarkan dia keluar... Biar kita bisa menuntaskan semua kekangenan kita," Priska tersenyum manja lalu menoleh menatap Nayla tajam sambil mengibaskan tangannya mengusir Nayla keluar dari ruangan tersebut.
Nayla mengangguk sopan dan berbalik keluar ruangan tanpa bicara apapun dan menutup pintu dari luar. Sempat didengarnya Tristan berteriak menyuruhnya tetap tinggal dalam ruangannya, tapi Nayla tidak sanggup menahan nyeri di dadanya jika ia bertahan disana lebih lama lagi.
Sementara di dalam ruangannya, Tristan menatap tajam pada Priska yang masih tersenyum genit menengadah memandang Tristan dengan tatapan memuja.
"Katakan apa maumu, dan cepat keluar dari sini!" kata Tristan yang nada suaranya mampu membekukan darah siapapun yang mendengarnya.
"Hmmm.... Aku menginginkanmu Tristan, sayang," Priska menyandarkan kepalanya ke bahu Tristan.
"Tapi aku muak denganmu!" sahut Tristan terus terang.
"Ayolah Tristan, jangan membohongi hatimu sendiri," Priska memeluk Tristan yang masih berdiri tidak bergerak sedari tadi.
"Priska, lepaskan pelukanmu, duduklah yang sopan! Atau aku terpaksa memanggil security kemari," ancamnya sungguh-sungguh.
Priska mengerling, melepaskan pelukannya dan memutar duduk di kursi di seberang Tristan.
"Sekarang katakan, apa maumu datang kemari," tanya Tristan perlahan duduk dan bersandar di kursi kebesarannya.
"Aku ingin mengajakmu makan siang, dan memilikimu," bisiknya menatap Tristan genit.
"Maaf, aku tidak bisa memenuhi keinginanmu! Aku sibuk!" tolak Tristan cepat, mengambil laporan yang baru setengah halan diperiksanya.
"Ayolah Tristan sayang," bujuk Priska berdiri berjalan memutar, mengambil map berkas yang ada di tangan Tristan dan menyingkirkannya, lalu ia duduk dipangkuan Tristan, memamerkan paha mulusnya yang hanya dibalut bawahan ketat yang panjangnya cuma sejengkal. Priska menempelkan dada berisinya yang tersembul separuhnya ke dada bidang Tristan. Kemudian melingkarkan lengannya lengannya ke leher Tristan dan menempelkan bibirnya ke bibir Tristan.
Tristan mendorong tubuh indah dihadapannya lalu cepat-cepat berdiri. Wajahnya memerah karena kehabisan kesabaran dan memendam kemarahan.
"Keluar dari sini, cepat! Atau aku sendiri yang akan menyeretmu dan melemparkanmu keluar," desis Tristan masih berusaha menahan amarah yang menggelegak di dadanya.
"Tristan, aku hanya ingin bersamamu," rengek Priska mencoba meraih lengan Tristan.
"KELUAARR!!!!" bentaknya menggelegar, mengibaskan pegangan di lengannya dan menunjuk ke pintu.
Priska memandang Tristan kaget. Wajahnya pucat pasi menerima perlakuan Tristan terhadapnya.
Perlahan Priska berdiri dan berjalan menuju ke pintu, lalu berhenti disana dan berbalik, menatap Tristan tajam.
"Kamu sudah membuatku sakit hati, Tristan. Tapi tidak apa-apa, aku bertekad akan mendapatkanmu!" katanya membuka pintu dengan kasar dan menghempaskannya kembali saat ia keluar.
Bersambung
Hai guys.... Gimana? Suka sama cerita aku? Apakah ada usulan atau masukan?
Keep vote and comment yaaaa.....
Thank you.... Muuuuuaaachh....
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST YOU & I
FanfictionCinta tidak selalu menjanjikan keindahan, karena dalam cinta kadang terselip luka. Tetapi, tanpa cinta kita akan kehilangan arah. Dan aku yakin, hanya kau dan aku yang bisa membuat cinta itu terasa indah.