Ruangan Tristan yang luas dan tatapan tajam penuh tuntutan itu makin membuat Nayla menggigil gemetar.
Sepulang dari Batam, Nayla masih menggantung jawaban untuk Boss sinting di depannya.
Ia tidak bisa menjawab permintaan Tristan yang menurutnya bukan permintaan, tetapi perintah! Ultimatum!
"Nay, mau sampai kapan kamu terus diam? Kalau tidak ada jawaban seperti yang aku inginkan, kita berdua akan terus berada di sini sampai jawaban itu keluar dari mulut kamu," suara Tristan menggema memenuhi kepala Nayla.
Nayla mengerucutkan bibirnya. Ia sama sekali tidak diberikan pilihan, kecuali menerima permintaan Tristan untuk menjadi kekasihnya.
"Nay, gimana?" tanya Tristan lagi, mendesak Nayla.
"Kenapa anda terus bertanya sedangkan saya tidak punya pilihan jawaban?" kata Nayla ketus membuang muka.
Tristan menahan senyum. Cuma cara ini yang ada di pikirannya agar ia bisa bersama Nayla. Terlalu memaksa, tapi ia tidak tau cara apa lagi yang harus ia gunakan.
"Jadi?" tanya Tristan mengangkat kedua alisnya.
"Apa saya ada pilihan lain selain jawaban iya?" tanya Nayla mendelik.
Tristan tertawa sekarang. Ia bangkit menuju ke seberang mejanya, tempat Nayla duduk sambil memasang muka cemberut.
Tristan berdiri di belakang Nayla duduk dan memeluk gadis itu dari belakang, kemudian menariknya berdiri dan dihadapkan padanya.
Tristan menyingkirkan helai-helai rambut yang mengganggu wajah cantik di depannya.
"Nah, kekasihku yang cantik, sekarang kamu boleh pulang. Bersiap-siap, tunggu kedatanganku. Kita kencan malam ini, untuk pertama kalinya," kata Tristan tersenyum tipis.
"Oke... Tapi Sir, sampai kapan saya harus menjadi sekretaris anda?" tanya Nayla mendongak menatap Tristan.
"Nayla, mana ada seorang gadis memanggil pacarnya dengan Sir?" tanya Tristan bersedekap menatap Nayla menahan tawa.
"Hmm... Tapi ini masih dikantor, Sir. Bukankah kita harus bersikap profesional?" balas Nayla menyipitkan matanya.
Tristan tertawa, mengangguk-angguk, membuat Nayla menahan nafas. Tawa Tristan membuat wajah yang biasanya dingin dan kaku itu menjadi teduh dan hangat.
"Sir, sampai kapan saya menjadi sekretaris sementara anda?" Nayla mengulangi pertanyaan yang belum dijawab Tristan.
"Hmm.... Bagaimana kalau aku bilang selama aku membutuhkan?" kata Tristan mendekati Nayla. Tangannya dimasukkan ke saku celananya.
"Mana bisa seperti itu Sir? Saya sekretaris James Arthur, saya tidak bisa meninggalkan pekerjaan utama saya begitu saja. Jika menjadi kekasih anda, saya harus meninggalkan perkerjaan utama saya, saya membatalkan dan menolak menjadi kekasih anda!" seru Nayla sebal karena Tristan seenaknya saja hendak menjadikannya sekretaris tetapnya sementara pekerjaan lamanya ditinggalkan begitu saja.
"Kenapa bisa begitu? James Arthur tidak akan keberatan kalau sekretarisnya dipindah tugaskan menjadi sekretarisku!" kata Tristan menautkan alisnya.
"Lalu James Arthur?" Nayla menatap tajam ke arah Boss sinting dihadapannya dengan geram.
"Dia akan mendapatkan sekretaris yang baru," sahut Tristan kalem.
"Dan Rosalie?" tanya Nayla lagi.
"Rosalie akan aku pindahkan ke divisi lain," jawab Tristan ringan.
"Baik! Silakan anda melakukan itu, Sir. Tapi lupakan keinginan anda untuk menjadikan saya kekasih anda!" sembur Nayla menghentakkan kakinya dan berbalik berjalan cepat keluar dari ruangan Tristan.
Tristan tertegun melihat reaksi Nayla. Siapapun menginginkan untuk menjadi sekretaris seorang Tristan Ignacito Julio. Tapi Nayla? Tristan tidak tau bagaimana jalan pikiran Nayla.
Bersambung
Please vote nya yaaaaa..... Thank's.... And.... Happy reading....
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST YOU & I
FanfictionCinta tidak selalu menjanjikan keindahan, karena dalam cinta kadang terselip luka. Tetapi, tanpa cinta kita akan kehilangan arah. Dan aku yakin, hanya kau dan aku yang bisa membuat cinta itu terasa indah.