#11

6.7K 461 3
                                    

Rosalie kembali tidak masuk kerja karena masih belum pulih, terpaksa Nayla kembali menjadi sekretaris sementara Tristan.

Tristan dengan senang hati memberi ijin Rosalie hingga gadis itu benar-benar sembuh.

Malam ini Nayla menemani Tristan bertemu dengan koleganya dari Belanda.

Mereka bertemu di lounge sebuah hotel berbintang.

Dua orang kolega Tristan itu kakak beradik yang mengelola perusahaan keluarga menggantikan sang ayah yang sudah mulai menua.

Tristan memperkenalkan Nayla sebagai sekretarisnya.

" Je ziet er prachtig secretaresse (Cantik sekali sekretaris anda) ,"  kata Josh, kolega Tristan yang lebih tua mencium punggung tangan Nayla.

"Ja, lijkt het aangewezen om grote broer van de vrouw te maken (ya, sepertinya cocok untuk kakak jadikan istri)," kata adik Josh, Vincent, bergantian mencium punggung tangan Nayla.

" Sorry dat ik je teleurstellen, Meneer. Maar ik heb al een verloofde (maaf mengecewakan anda, tuan. Tapi saya sudah bertunangan," jawab Nayla sopan

Tristan yang dari tadi sudah merasa menyesal sudah mengajak Nayla bertemu koleganya yang agak playboy, kini dibuat terperangah dengan kemampuan bahasa yang dipunyai Nayla.

Setelah sekian lama menahan kesal dan dongkol, Tristan pamit pulang dengan keduanya, dan bergegas menggamit lengan Nayla, mengajaknya segera berlalu dari situ.

Tristan memukul setir mobilnya geram.

Nayla menoleh pada Tristan, dan mengerutkan keningnya melihat kegeraman Tristan.

"Kamu kenapa?" tanya Nayla.

"Seharusnya aku gak ajak kamu ketemu Josh dan Vincent tadi," gerutu Tristan penuh sesal.

"Kenapa?"

"Apa kamu gak lihat tadi gimana Josh menatap kamu? Juga Vincent yang mendukung kakaknya untuk mengambilmu menjadi istrinya?" seru Tristan kesal.

"Oh...bukannya aku sudah menolak ya?" bantah Nayla mengernyit.

"Tapi tetap saja, tatapan mereka ke kamu membuat aku ingin meninju hidung mereka?" sahut Tristan menggeram.

"Kamu cemburu?" Nayla menyentuh lengan Tristan sekilas.

"Tentu saja aku cemburu, Nay. Mana ada laki-laki yang tidak cemburu melihat kekasihnya, miliknya, disukai oleh laki-laki lain?" jawab Tristan terus terang.

"Hmm.... Begitu?" Nayla menaikkan sebelah alisnya.

"Menurutmu?" tanya Tristan menghentikan mobilnya di basement apartemen Nayla.

"Aku tidak tau. Aku perempuan, bukan laki-laki," kata Nayla mengerling menahan senyum. Semenjak kencan pertama mereka, Nayla seperti punya hobby baru. Yaitu menggoda Tristan dab mengajuk isi hatinya.

Ah... Apa ia mulai suka dengan Tristan? Apa ia mulai mencintai laki-laki dingin itu? Dan.... Hei... Siapa bilang Tristan laki-laki dingin? Angel of death? Mr. Cool? Gunung es?

Setahu Nayla, Tristan adalah laki-laki paling hangat dan paling romantis yang ia kenal.

Tristan adalah orang yang dengan mudah membuatnya move on dari sosok brengsek bernama Damian! Tristan adalah laki-laki yang penuh kelembutan saat berdua dengannya. Dan Tristan adalah sosok yang sanggup membuatnya meleleh saat ia berada dalam pelukan dan ciuman memabukkan lelaki itu.

Tristan mengantar Nayla sampai ke depan pintu apartemen.

"Hmm... Aku gak ditawarin masuk, nih?" tanya Tristan sambil memeluk pinggang Nayla dan menariknya lembut.

"Sudah malam, Tristan," sahut Nayla mengingatkan.

Tristan melirik jam tangannya.

"Sayang, ini masih pukul sembilan lewat sepuluh menit," Tristan menatap Nayla dengan pandangan memohon.

Nayla menghela nafas.

"Oke... Masuklah... Tapi sebentar saja ya!" Nayla mengalah, membiarkan Tristan masuk ke apartemennya.

Tristan tersenyum. Ini peningkatan! Nayla memperbolehkannya masuk ke apartemen gadis yang bisa mrmbuat dunianya jungkir balik.

Tristan melangkah ke sofa dan duduk disana.

Nayla menyusulnya sambil membawa dua gelas minuman.

Begitu Nayla meletakkan gelas ke meja, Tristan langsung menariknya hingga Nayla terduduk di pangkuannya.

"Tristan, apa-apaan sih kamu?" protes Nayla menyadari lengan Tristan melingkar kuat memeluk perut dan pinggang rampingnya.

"Sebentar saja, Nay. Kamu tau, aku sudah ingin melakukan ini di depan Josh dan Vincent tadi. Agar mereka tau, bahwa kamu milikku," bisik Tristan di dekat telinga Nayla.

"O ya? Bukannya kamu bilang tadi kalau aku sekretaris kamu ya?" tanya Nayla mengerling.

"Aku tidak tau kalau mereka senekat itu terang-terangan menunjukkan rasa ketertarikan mereka terhadapmu," sahut Tristan mengusap lengan terbuka Nayla.

"Lalu, seandainya kamu tau, apa yang akan kamu katakan pada mereka?" tanya Nayla masih dipangkuan Tristan dan mempermainkan krah baju kekasih terpaksanya.

"Aku tidak akan mengajakmu. Aku akan menyembunyikanmu dari mereka," sahut Tristan menatap Nayla dalam-dalam.

"Oya? Apa aku tidak pantas menemanimu bertemu kolegamu? Dan aku hanya pantas menjadi kekasih gelap kamu saja? Begitu?" tanya Nayla menunduk.

"Bukan seperti itu, sayang. Kamu teramat pantas untuk menemaniku. Aku hanya tidak ingin orang lain menatapmu lama-lama. Aku tidak ingin orang lain juga menaruh hati padamu dan menambah panjang daftar sainganku dalam merebut hatimu," ujar Tristan menelusuri lengan Nayla dengan bibirnya.

Nayla kegelian merasakan bibir Tristan dilengannya yang kemudian beralih menelusuri leher dan rahangnya dan berakhir dengan kuluman hangat di bibirnya. Dan seperti yang sudah-sudah, Nayla selalu terhanyut menerima perlakuan Tristan terhadapnya.

Bersambung

Tinggalkan comment dan vote nya yaaa.... Thank's.... Muuuaachh....

JUST YOU & ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang