#23

5.5K 388 5
                                    

Sunset di Kuta tak pernah kehilangan kharismanya. Kuta selalu menjanjikan keindahan rona jingga matahari yang luruh ke peraduannya.

Nayla duduk memeluk lutut memandang ke batas langit yang berwarna emas. Cantik. Indah.

Tristan berdiri di tepian trotoar, menyipitkan mata, berusaha menajamkan penglihatannya akan sosok yang duduk sendiri menikmati keindahan Kuta disaat senja.

Perlahan ia melangkah, makin mendekat pada sosok tubuh yang duduk memunggunginya.

Belum lagi Tristan sampai ke dekat Nayla, gadis itu berdiri, menepuk-nepuk celana panjangnya yang dilipat hingga separuh betisnya, lalu berjalan menjauh, menuju jalan raya.

Tristan bergerak cepat. Setengah berlari mengejar Nayla, meraih pergelangan tangan gadis itu yang refleks menoleh.

"Tristan?" serunya tertahan, matanya membulat bagus, menyiratkan keterkejutannya.

"Nayla," kata Tristan terengah. Tangannya menggenggam erat pergelangan tangan halus itu.

Nayla berusaha menepis cekalannya dengan halus. Tapi Tristan tak ingin kehilangan momen berharganya ini.

Tristan segera menarik tubuh Nayla dan mendekapnya erat. Tubuh dalam pelukannya itu gemetar.

"Tristan, lepas..." pinta Nayla lirih, menyerupai isakan.

"Nay, jangan pergi," ujar Tristan bergetar. Ia tak ingin Nayla pergi darinya lagi.

"Tristan please, lepasin gue," Nayla mendorong tubuh Tristan sekuat tenaganya.

Tristan terdorong mundur. Dilihatnya mata Nayla sudah penuh airmata. Ia mendekat, berusaha meraih Nayla kembali.

Tapi refleks Nayla mundur beberapa langkah, dan tak diduga Tristan, gadis itu berbalik dan berlari meninggalkannya.

Nayla terus berlari hingga sampai ke mobilnya dan memacunya berlalu, meninggalkan Tristan yang termangu tak mampu bergerak melihat reaksi Nayla terhadapnya.

*******

Nayla berlari memasuki kamarnya. Ia menangis disana. Betapa waktu setahun tak mampu menepiskan sosok Tristan dari hidupnya. Betapa ia masih merindukan pelukan Tristan. Tapi bayangan kejadian di ruang CEO siang itu juga tak bisa hilang dan terus menghantuinya.

Nayla tau, ia sudah jatuh cinta pada Tristan. Cinta yang lebih dalam dan matang daripada saat ia bersama Damian. Cinta yang membuatnya terbelenggu dalam kubangan masa lalu.

Ah... Aku benar-benar sudah jatuh cinta padanya. Pada kelembutannya, kehangatannya, mata elangnya, dan semua yang ada pada laki-laki itu. Tapi apa yang terjadi antara Tristan dan Priska di atas sofa siang itu, membuatku begitu rapuh dan nyaris hancur. Bisik Nayla menangis pilu.

Nayla teringat saat ia meminta sahabatnya untuk mempekerjakannya sesudah ia mengajukan resign dari kantor Tristan dan menjual apartemennya. Ia membeli rumah sederhana di Bali, dekat hotel tempatnya bekerja. Rumah mungil yang asri, yang membuatnya nyaman melewati hari-harinya disini.

Nayla mengira semuanya berjalan dengan baik. Ia menjalani kehidupannya dengan lebih ceria. Ia mengira ia sudah bisa melupakan Tristan, dan mampu berdiri tegak dan kuat.

Tapi ternyata ia masih rapuh. Ia tidak mampu melupakan Tristan. Ia tidak bisa tegak berdiri dan mengangkat dagunya tinggi-tinggi saat bertemu laki-laki itu.

Ternyata selama ini ia hanya berjalan ditempat. Ia tidak bergerak sama sekali.

Sekarang ia sadar, bahwa ia tidak bisa melepaskan diri dari sosok Tristan.

Nayla kembali menangis. Menangisi kekalahan akan perasaannya. Perasaan yang tetap mencintai meskipun ia sudah tersakiti dengan hebatnya.

*******

Tristan menghempaskan tubuhnya di tempat tidur. Pikirannya melayang pada sosok yang teramat ia rindukan.

Nayla! Apakah kini gadis itu membencinya. Apakah ia sudah menorehkan luka di tempat yang sama seperti saat Damian melukai gadis itu dulu?

Nay, tak bisakah kamu memberiku kesempatan untuk menjelaskan semua? Tak bisakah kamu membuka sedikit hati kamu untuk menyadari betapa aku teramat mencintaimu? Seluruh ritme hidupku kacau saat aku kehilanganmu. Aku tidak tau sejauh mana aku bisa bertahan tanpamu.

Apakah kamu tau, betapa bahagianya aku menemukanmu kembali setelah satu tahun aku bergumul dalam pengharapan bahwa kamu akan kembali untukku? Taukah kamu, saat kamu pergi meninggalkanku, serasa separuh kehidupanku ikut menghilang? Dan saat aku menemukanmu, aku merasakan bahwa potongan puzzle hatiku yang hilang telah aku temukan? Menemukanmu, belahan jiwaku, adalah surga dunia untukku.

Tetapi Nayla, kenapa kamu menjauh? Menjauhiku layaknya aku ini wabah penyakit yang mematikan bagimu.

Nay, aku mencintaimu dengan segenap hidupku.

Bersambung

Thank's buat comment dan vote nya....
Bikin aku semangat ngetik nya...
Happy reading guys...

JUST YOU & ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang