Hari ini cukup melelahkan buat Tristan. Meeting nya dengan para kepala divisi membuatnya naik darah. Kemerosotan laba yang meskipun tidak signifikan tetap membuatnya uring-uringan. Divisi pemasaran yang di perintahkannya mempersiapkan terobosan yang inovatif tidak bisa membuatnya puas.
Kekesalannya makin bertambah karena kemunculan Priska yang kembali menggodanya, membuat Adisti terkena omelan dan kemarahannya karena membiarkan Priska kembali mengusiknya, terlebih disaat yang tidak tepat.
Priska Sanjaya, kali ini datang dengan menggunakan mini dress model bustier merah menyala, memamerkan belahan dada dan paha putih mulus padanya. Memeluk erat dan menciumnya penuh nafsu di sofa, tepat saat Nayla masuk ke ruang kerjanya sekembalinya dari mengantarkan berkas ke Divisi pemasaran, tempatnya sebelum diperbantukan sementara menjadi sekretarisnya.
Tristan sempat melihat wajah shock Nayla melihatnya menindih tubuh Priska di sofa.
Lalu Nayla bergegas keluar dengan secepat kilat.
Tristan tidak bisa mengejar Nayla karena lengan Priska yang melingkari lehernya tidak membiarkannya untuk mengejar Nayla.
*******
Nayla terus berlari menuju keluar kantor tempatnya bekerja. Ia tidak bisa lagi menampilkan raut muka datar seperti tidak terjadi apa-apa.
Rasa nyeri yang dulu selalu bisa ditepisnya dengan kesibukan, kini makin bermegah-megah mengejeknya.
Kenapa ia harus menangis? Kenapa airmatanya kembali mengalir? Rasa sakit yang menyerang hati dan kepalanya sekarang melebihi sakit hatinya saat melihat Damian mengkhianatinya dulu.
Nayla menghentikan taksi dan menyebutkan sebuah alamat, lalu ia kembali menangis.
Hampir setengah jam ia sesenggukan tanpa henti dalam taksi itu. Ia berusaha menghentikan tangisnya. Ayolah Nay.... Lawan keterpurukanmu! Jangan cengeng! Suara hatinya berteriak di otaknya.
Taksi yang ditumpanginya berhenti di sebuah apartemen. Tapi bukan apartemennya.
Setelah membayar, ia keluar dari taksi dan setengah berlari menuju ke lift yang kemudian membawanya ke lantai 7.
Diketuknya pintu apartemen itu berkali-kali, hingga akhirnya pintu itu terbuka, menyembulkan wajah manis dari balik pintu.
"Nay?" wajah manis itu terbelalak kaget, lalu memeluknya erat dan membawanya masuk.
"Nay, kamu kenapa? Bilang sama gue, kamu kenapa?" seru gadis mungil itu mengguncang-guncang bahunya.
"Kenapa gue harus ngalamun hal kaya gini lagi, Si?" tangisnya tumpah di bahu mungil sahabatnya.
"Kamu tenang dulu, Nay... Aku ambilin minum buat kamu ya," gadis itu, Sisi, sahabatnya sejak SMA, beranjak mengambilkannya minum.
Nayla merasa lebih tenang sekarang.
Lalu dari bibir merahnya, ia meluncurkan kesedihannya.
Lintasan ingatan kejadian yang baru dilihatnya di ruang kerja Tristan tadi kembali mengguncangnya, dan membuatnya kembali menangis.
Sisi memeluknya, mengalirkan ketenangan dan kenyamanan.
"Si, gue boleh nginep disini, gak?" tanya Nayla terbata.
"Tentu aja boleh, Nay. Sekarang gue anterin lo ke kamar ya," angguk Sisi lalu membimbing Nayla yang tetlihat sangat terpuruk menuju kamar di seberang kamarnya.
Bersambung
Hai guys.... Keep vote and comment yaaa....
Happy reading.... Muaaaachh...
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST YOU & I
FanfictionCinta tidak selalu menjanjikan keindahan, karena dalam cinta kadang terselip luka. Tetapi, tanpa cinta kita akan kehilangan arah. Dan aku yakin, hanya kau dan aku yang bisa membuat cinta itu terasa indah.