13. Vanezwetta

211 43 10
                                    

Happy reading!

———

Summer memakan appetizer, main course, dan dessert dengan lahap dan tanpa sisa. Hanya di depan Vivienne saja ia bisa melupakan table manner. Vivienne tidak akan memarahinya, percayalah. Vivienne hanya akan menegurnya saat Summer hampir kelewatan. Lain  ceritanya jika dengan Niall Summer harus menggunakan table manner di depan Niall jika ingin kepalanya tetap di tempat. Haha, hanya bercanda, kok. Niall Benjamin itu menjunjung tinggi etika dan segala tetek-bengeknya. Isabella pun demikian. Namun tidak memungkinkan untuk mereka memiliki anak yang kontradiktif. Summer contoh satu-satunya.

Pagi ini sama seperti biasanya di meja makan, hanya Stefan yang duduk dengan canggung di sebelah Vivienne. Tangannya gemetar saat mengangkat sendok dan memasukan makanan ke mulut. Meski Stefan memiliki ilmu courtesy yang baik, berada di samping Vivienne membuat dadanya berdegup kencang. Bahkan Vivienne beberapa terkekeh melihat Stefan.

Baik, lupakan tentang Stefan dan Summer. Karena mereka sudah selesai makan sekarang. Sepertinya Summer memang sengaja mempercepat acara makannya, dia harus bergegas pergi ke Vanezwetta.

"Ma, Summer dan Winter mau berangkat dulu, sampai jumpa." Summer bangkit dari duduk, berniat meminta salah satu coachman istana mengantarkannya.

Namun suara Vivienne menghentikannya. "Semua kusir di kerajaan sedang mengambil cuti, sisanya mengantarkan Ayah ke ekspedisinya, Summer."

"Hah? Terus aku pakai apa dong? Masa jalan?"

"Stefan yang akan mengantarkan kalian."

Kalimat tersebut membuat Summer semakin kebingungan, dahinya berkerut. "Maaf?"

Sedangkan Winter dan Stefan menonton perdebatan kecil itu dengan khidmat.

"Em'hm? Stefan yang akan mengantarkan kalian ke Vanezwetta—"

"Apa ga ada kusir lain? Masa dia, Ma? Secara kan, dia itu belum lulus." Summer berseru jengkel, menunjuk Stefan dengan telunjuknya.

Kemudian Stefan menyela dengan nada rendah. "Hey, kamu merendahkan saya."

"Aku minta maaf, sayang, seluruh kurir sedang menjalani pengetesan. Tak ada salahnya memberi Stefan kesempatan pertama mengantarkanmu. Kau ingat? Stefan yang mengantarkan Ayah ke semenanjung tenggara, bukan?"

"Iya sih, tapi ... ah, sudahlah."

***

Summer hanya bisa pasrah, dia tidak ingin berdebat di pagi hari, karena itu bisa merusak moodnya. Ia tidak mudah memberikan kepercayaannya pada seseorang, terlebih lagi pada Stefan yang memiliki hubungan kurang baik dengannya. Summer mengakui Stefan sebagai musuh karena Stefan sering membuatnya jengkel.

Sekarang Summer sudah berada di pintu utama istana bersama Winter di sebelahnya untuk menunggu Nate. Summer sudah siap dengan gaun berwarna kuning kesayangannya. Gaunnya terlihat anggun, mewah dan elegan, namun saat Summer memakainya, gaun tersebut justru terlihat biasa saja. Ini hal biasa, dan sering menjadi bahan olok-olok gadis lain pada Summer. Syukurlah Summer tidak menanggapi itu dan menganggapnya sebagai lelucon. Tentu saja, gadis-gadis itu serius? Ia adalah Summer, putri Niall Benjamin, high-king yang memimpin Betelgeuse—kerajaan terbesar di semenanjung ini. Dan ia juga memakluminya, karena visual Summer memang sederhana, begitu juga kepribadiannya. Yeah, se-rendah-hati itu Summer.

Dan memang orang awam sajalah yang akan mengejeknya, itulah prinsip yang dipegang Summer.

Tak lama berselang kereta kuda yang kendarai oleh Stefan datang dari arah timur. Seekor kuda jantan berukuran sedang dengan warna cornsilk mengawali. Summer melongo melihat kereta kuda jenis apa yang dibawa Stefan. Carriage itu berhenti di depan teras pintu utama, tepat di depan Summer dan Winter m

KAPRIKORNUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang