19. unwanted rendezvous

139 40 15
                                    

Happy reading!

---

Summer dan Winter berjalan kolateral menuju perpustakaan. Hanya berdua. Lagi-lagi, mereka selalu saja menemukan ide di waktu petang. Aturan lumrah, putri atau bangsawan lain tidak boleh pergi lama dari istana atau menornya, lebih lagi Betelgeuse cukup jauh dari istana Katharina, Gyséle, dan Yizhou. Kecuali, jika mereka memang menginap.

Mereka berdua sudah memasuki kawasan perpustakaan. Sangat luas, tentu saja objek yang paling mendominasi adalah buku. Rak-rak tinggi berjajar rapi membentuk sebuah labirin tak berujung. Summer berlari menarik tangan Winter untuk menghampiri meja kerja seorang pustakawan.

"Selamat sore!" sapa Summer penuh semangat. "Apa tuan Philip ada di sini?"

Pustakawan itu menurunkan kacamata bacanya, kemudian menatap Summer dengan tatapan risih. Begitu tersadar yang baru saja menyapanya adalah seorang putri, ia terkejut, gelagapan saat merapikan buku yang ia baca, kemudian berdiri canggung. "S-selamat sore juga, tuan putri. Sebentar, akan kupanggilkan tuan Philip kemari."

"Tidak perlu, antarkan saja aku padanya," pinta Summer, yang mau tak mau pustakawan itu turuti.

Pria itu keluar dari meja tempat kerjanya, lantas berjalan ke arah tenggara-mengantarkan mereka berdua pada ajudan Ayahnya. Philip Seymour. Pria tersebut mengarah ke arah tangga, dan membantu Summer dan Winter untuk menuruni tangga. Kemudian berhenti saat mereka sudah sampai di sebuah bundaran kecil.

"Um, Tuan Philip, Putri Summer mencarimu." Pustakawan itu bersuara ketika sudah berada di dekat Philip, sedikit menundukkan kepalanya sopan.

Philip saat itu sedang membaca buku, membuka lembaran demi lembaran, tersadar oleh suara pustakawan tersebut. Philip tersenyum lembut. "Baik, terimakasih Yule, kamu boleh kembali ke tempatmu," katanya. Philip memfokuskan irisnya pada Summer dan Winter setelah Yule, pustakawan itu, kembali ke lobi perpustakaan. "Selamat sore, Summer dan Winter."

"Selamat sore, Tuan Philip." -Winter.

"Selamat sore, Philip." -Summer.

"Ada apa, Tuan Putri?"

"Ehm, begini, Philip," Summer berujar gugup, meremas gaunnya.

"Katakan saja, Putri, aku akan senang hati mendengarnya."

Summer menggerakkan tangannya, memberi isyarat pada Philip untuk mendekatkan telinga Philip pada mulutnya. Summer ingin membisikkan sesuatu yang rahasia. Philip pun menuruti perintah Putrinya, dia menurunkan tubuhnya dan mempersilakan Summer untuk berbisik di telinganya.

Setelah Summer selesai berbisik, Philip kembali menegakkan tubuhnya, menatap heran wajah Summer dan Winter bergantian, mencoba menelisik maksud bisikan Summer barusan.

"Boleh, kan?" Summer merengek. Putri satu ini licik, ia menggunakan jurus mematikannya: melengkungkan bibirnya ke bawah, dan memperlihatkan mata yang memendarkan cahaya. Sial, sangat imut.

Sebenarnya Philip tidak tergoda, dia hanya tidak ingin membantah perintah anak dari atasannya, ia pun mengangguk dengan gerakan pelan. "Baiklah, tapi saya mohon untuk berjanji tidak melakukan hal-hal yang berbahaya." Baiklah, katakan Philip terpaksa.

Summer mengacungkan jari kelingkingnya. "Janji!"

***

Niall Benjamin berjalan santai sambil bersiul-siul melewati koridor istana menuju perpustakaan, tempat Philip biasanya menghabiskan waktu. Raja itu senang hati membalas setiap pelayan yang menyapanya dengan kerendahan hatinya. Percayalah, Niall adalah sosok yang baik, hanya saja ... ah, semua pasti sudah mengerti.

KAPRIKORNUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang