Happy reading!
---
"Kenapa Ayah menutupi itu, ya?" gumam Summer.
Hudson menurunkan bahu. "Sudahlah, tak perlu dipikirkan. Karena Winter sudah pulang dengan selamat, kamu boleh beristirahat sekarang Summer. Pergilah ke taman dan panggil teman-temanmu itu. Aku juga mau beristirahat."
"Sudah dari kemarin aku pesta teh bersama teman-temanku, Profesor ga tau sih. Dan sekarang kami ke sini untuk meminta cara mencari Bunda dari Profesor. Apapun caranya, beritahu aja aku. Apapun akan kulakukan untuk mencari Bunda. Profesor hanya perlu memberi tahu bagaimana caranya, tidak keberatan kan? Ah, tidak mungkin juga keberatan. Ini mudah."
"Tidak, tidak. Kamu istirahat saja bersama Winter sekarang. Kasihan Winter, dia baru pulang ke sini, tidak mungkin kamu ajak jelajah lagi, bukan? Winter kelelahan, ya kan, Winter?" Profesor Hudson menoleh pada Winter.
Sayangnya, Winter menggeleng. "Tidak juga. Asalkan ada Summer di sampingku." Lantas tertawa kecil.
"Nah! Apa kata Winter. Jadi, Profesor, sekarang bagaimana caranya? Beritahu saja aku."
Oh, menyebalkan sekali. Kalau tahu begini, lebih baik Hudson berlama-lama di simposium. Helaan napas keluar dari bibir Profesor. "Sebelum memberitahumu caranya, aku harus lebih dulu mencari bagaimana menemukan Isabella."
Mendengar itu, Summer terlihat tak percaya, matanya melotot. "Hm? Jadi Profesor b-belum tau bagaimana caranya?"
Profesor mengangguk sambil tersenyum bangga, merasa menang. "Ya, betul sekali. Aku belum menemukan jalan yang aman untuk menemukan Isabella—"
"Kalau begitu, kasih tau aku jalan yang mana saja untuk menemukan Bunda," Summer menyela.
Dan Profesor mengutuk dirinya sendiri kenapa ia menyebut 'jalan yang aman' barusan. Melihat Summer yang kembali antusias membuat Profesor tertekan. Winter terkekeh melihat interaksi itu, apalagi saat Profesor mengusap wajahnya pasrah. Winter dapat mengetahui siratan dari Profesor saat pria setengah abad itu menghela napas. Profesor terdengar seperti mengatakan ah-mampus-jangan-lagi. Ck, melawak.
"Tidak-tidak, tidak ada jalan mencari Isabella—maksudku, tidak untuk saat ini," kata Profesor, menekan ujung hidungnya. Ia berharap Summer akan menurut, untuk kali ini saja. Tolonglah, berteori bisa membuat kepalanya semakin mengkilap.
"Baiklah ..." Summer berujar, sambil memiringkan kepala. Namun beberapa detik kemudian ia kembali bersuara, yang mana membuat Hudson kembali pada ke-frustrasi-annya. "Bagaimana dengan sekarang?"
Hudson membatin, Summer, diamlah, aku merasa jengkel!
Sayangnya hanya Winter yang menangkap itu. "Mungkin beberapa hari kedepan Profesor akan menemukan jalannya, Summer. Ingat saat kamu kehilangan tiara-mu? Kamu mati-matian mencarinya, bahkan sampai menangis. Itu masih tiara."
"Masih tiara?" Summer terdengar tak sudi.
"M-maksudku ... kamu masih bisa meminta pelayan mencarikannya. Tapi mencari Bunda yang tidak diketahui keberadaannya—tidak sembarang orang bisa melakukannya."
"Tapi Winter, kamu jangan mudah percaya sama Profesor. Dia hebat memberi alibi," ujar Summer, membuat Profesor terlihat jengkel. "Aku pernah memintanya membuatkanku alat pembaca pikiran, kemudian Profesor berkata tidak, tapi saat aku mendatangi ruangannya—dia sedang mencoba membuat alat itu dan setelah selesai, dia tidak memberitahuku ciptaannya itu."
Profesor memutar bola matanya. "Kamu ini dikasih jantung minta hati, kalau dikasih tau bakal ngelunjak dan meminta yang lain."
Winter menoleh ke arahnya. "Apa benar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
KAPRIKORNUS
Fantasy❝See you at the next eclipse, Winter❞ - KAPRIKORNUS : and the lunar eclipse *** Copyright © 2021 by tearsofirenic All rights reserved.