Gus Aidar terus memandangi istrinya yang tak kunjung menjawab pertanyaannya. "Rahasia." Itulah jawaban yang keluar dari mulut istrinya, sama sekali tak memuaskan. Percuma saja ia menunggu tadi.
Berdecak pelan yang ia lakukan. "Serius!" Ning Naira tersenyum manis membalas decakan suaminya.
"Dari Mbak Nada." Gus Aidar mengerutkan kening.
Flash Back Onn
Dua orang perempuan yang tengah berkutat di dapur. Yang satu tengah memotomg sayur dan satunya lagi memotong bawang. "Ma'af Ning, kalau nggak sopan. Saya mau tanya," ucap Nada.
Ning Naira mengangguk. "Tanya apa, Mbak?"
"Gus Aidar alumni Universitas xxxxx?" tanya Nada dengan hati-hati. Ning Naira mengerutkan keningnya. Tak urung menganggukkan kepalanya.
"Iya." Nada yang mendapatkan jawaban itu mengangguk tersenyum tipis. "Emang ada apa ya Mbak, kalau boleh tau?" lanjut Ning Naira bertanya.
"Ee-ehh mboten, Ning," jawab Nada gugup. Ning Naira terkekeh.
"Ada apa, Mbak. Kalau ada apa cerita gitu. Kali aja saya bisa bantu."
Nada nampak menimang, antara mau cerita atau nggak, bingung. "Emh, Falin sama Gus Aidar itu ..." Lagi-lagi ia ragu melanjutkan ucapannya.
"Itu?" tanya Ning Naira yang sudah telanjur penasaran.
"Satu universitas." Ning Naira sedikit terkejut mendengarnya tapi ia menutupinya dengan mengangguk tersenyum tipis.
Pantas saja waktu di rumah abinya ia mendengar waktu Falin memanggilnya dan suaminya untuk sarapan. Suaminya dan Falin seperti bicara sesuatu. Jadi ya mungkin karena satu universitas.
"Terus?" tanya Ning Naira. Nada menatap Ningnya tak mengerti. "Ehm maksudnya, apa hubungannya gitu Gus Aidar dan Falin satu univ?"
Nada mengangguk mengerti. "Saya jujur ya, Ning. Jangan kasih tau Falin ya, sama saya minta ma'af."
Ning Naira mengangguk tersenyum tipis. "Iya."
"Katanya Falin, dia dulu pernah suka sama Gus Aidar. Ma'af ya Ning." Kalau di bilang kaget, maka jawabannya benar, Ning Naira kaget. Tapi ia segera menutupinya.
Flashback Off
Gus Aidar menganggukkan kepalanya mendengar cerita sang istri. Ia juga mulai menjelaskan semuanya. Tak terlewatkan sedikitpun.
.
.
."Mau ya, Mbak," ujar Ning Naira di dalam telepon yang tersambung. Ia tengah menghubungi Ning Mawar untuk merencanakan sesuatu.
"..."
"Aaa, MasyaAllah. Terima kasih Mbak. Waalaikumsalam." Ning Naira tersenyum tipis, sebelum ada tangan yang melingkar di perutnya yang membuatnya terkejut.
"Telponan sama siapa sih? Asyik bener tadi?" tanya Gus Aidar menumpukan dagunya di pundak sang istri. Mata Ning Naira melebar.
"Mas denger semuanya?" jawabnya dengan pertanyaan yang membuat suaminya berdecak kesal.
"Mas tanya, malah di jawab tanya lagi. Dasar," tuturnya diakhiri mencubit pipi istrinya, yang membuat istrinya mengaduh kesakitan. "Mas dengernya waktu kamu jawab salam aja," jawab Gus Aidar akhirnya. Ning Naira menghembuskan nafasnya lega.
"Kamu rahasiain sesuatu ya sama Mas?" ujar Gus Aidar setelah sekian detik terdiam. Perkataan itu membuat lidah Ning Naira kelu untuk menjawab.
"Masuk yuk Mas, dingin di luar," balas Ning Naira mengalihkan pembicaraan. Udara di balkon bisa ia gunakan untuk alasannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Untukmu Imamku
RomanceSpritual-Romance Seperti sudah biasa, jika seorang anak kyai di jodohkan dengan pilihan orang tuanya. Kisah ini menceritakan tentang perjodohan antara Gus Aidar Farid Asyraf dengan Ning Naira Sazia Akyra. Pernikahan yang tak diinginkan oleh sang me...