36. Ketidakpercayaan Dewi

33.2K 3.2K 80
                                    

Dewi yang mendengarnya langsung membelakkan kedua matanya keget. Ia menggeleng keras, tak percaya dengan apa yang di ucapkan Gus Aidar barusan.

"Nggak mungkin, Far! Kamu nggak mungkin udah nikah, apalagi sama dia!" ucap Dewi sembari menunjuk Ning Naira dengan telunjuknya.

"Turunkan tangan kamu, Dewi," titah Gus Aidar masih tenang. Ia hanya tak suka dengan Dewi ketika menunjuk istrinya, menurutnya itu tidak sopan.

Dewi menurunkan tangannya. Ia berjalan mendekati Ning Naira, menelitinya dari bawah ke atas. Ia tersenyum smirk. "Emang apa sih kelebihan dia?" Ning Naira yang mendengarnya tersenyum tipis. Ia memilih menggendong Davi dan beranjak masuk.

Sebelum masuk, pergelangan tangannya di cekal oleh suaminya. "Di sini aja," ucap Gus Aidar. Ning Naira menurut saja.

"Far?!" ucap Dewi tak percaya. Ia lebih setuju saat Ning Naira akan masuk.

"Kenapa?" tanya Gus dengan menaikkan satu alisnya. Dewi langsung memegang tangan Gus Aidar yang satunya.

Sedangkan Gus Aidar langsung menghempasnya kasar. "Jauhkan tangan kamu!" Gus Aidar semakin erat menggenggam tangan istrinya.

"Farid? Kamu bohong kan, kamu belum menikah. Kamu bohong agar aku nggak minta buat nikahin aku 'kan," ucap Dewi bersikeras kalau Gus Aidar belum menikah.

"Saya sudah menikah! Empat bulan yang lalu," tegas Gus Aidar. Dewi masih saja tak percaya ia menggelengkan kepalanya.

"Nggak! Kamu belum menikah!"

Gus Aidar mengontrol agar ia tak emosi. "Saya sudah menikah, dan kenapa kamu terlalu berobsesi sama saya? Kita hanya sebatas masa lalu, dan satu kebenaran lagi, saya nggak pernah suka kamu." Gus Aidar mengucapkannya dengan tenang.

"Kamu suka sama aku! Kamu cinta sama aku. Begitu juga sebaliknya," keukeh Dewi. "Kamu sama sekali nggak suka sama dia." Dewi menunjuk kembali Ning Naira.

Gus Aidar yang menggenggam tangan Ning Naira,  langsung mengangkatnya,  memperlihatkan cincin yang di pakai oleh istrinya. "Masih nggak percaya?" Dewi menggeleng keras.

Gus Aidar melepas cincin yang di pakainya, dan memperlihatkan tulisan di dalamnya. 'Aidar ♥ Naira' itu yang ada di dalamnya. Dewi yang melihatnya langsung pergi tanpa sepatah kata apa pun.

Gus Aidar meraih tangan Ning Naira. Dan memakaikan cincin Ning Naira lagi. Beralih menuju Davi, dan memunggunginya. "Sini biar Paman gendong," ucap Gus Aidar. Dengan senang hati Davi langsung memeluk sang paman.

Kemudian mereka masuk. Ning Naira menatap suaminya, ingin bertanya tapi ragu. "Ada apa?" tanya Gus Aidar.

"Kok Naira baru tahu ada tulisannya di cincin?" jawab Ning Naira dengan pertanyaan. Gus Aidar mengangkat kedua bahunya acuh.

"Padahal udah dari dulu, pas Mas pertama kali memakaikannya," jawab Gus Aidar. Seketika ia ingat perlakuannya dulu pada istrinya. Saat selesai memakaikan cincin, ia tahu istrinya sangat malu saat mengulurkan tangannya. Tapi dengan teganya ia tak mengindahkannya.

Gus Aidar  berhenti, membuat Gus Ning Naira ikutan berhenti dengan mengerutkan keningnya. "Wonten nopo, Mas?"

Gus Aidar tersenyum tipis lalu menggeleng. "Ma'af ya."

"Kangge?"

"Dulu sikap Mas. Pas waktu selesai memakaikan cincin." Ning Naira mengerutkan kening, mencoba mengingat. Saat ia ingat ia menatap suaminya, lalu menggeleng.

"Mpun nggeh, mboten usah di bahas malih. Naira, sampun ma'afin Mas kok," ucap Ning Naira tersenyum. Gus Aidar langsung menggenggam erat tangan istrinya, melanjutkan jalannya.

Untukmu Imamku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang