11 | Menangislah

7 0 0
                                    

"Kang Bagas ngajak aku jalan-jalan lagi."

"Hah!? Seriusan? Setelah lama gak ada kabar itu, kan? Sekarang ngajak ke mana?" Sophie terlihat sangat bersemangat dengan kabar yang aku sampaikan.

"Nonton, di sini juga. Besok lusa."

Sophie mengacungkan jempol, "Mantap, sistur. Ada rencana lanjut gak nih?"

"Lanjutin jidatmu! Baru juga berapa kali ketemu." Aku menepuk ujung kepalanya dengan dompet karena gemas.

"Tapi kamu udah oke juga, kan sama dia?"

"Ya tapi kecepetan, Mpi!"

"Haha, ada kemungkinan loh. Karena kupikir si Bagas itu kan udah dewasa ya, gak bakal banyak basa-basi. Ini bisa jadi ya, pas ketemu kamu nanti dia nembak kamu. Dor!" Sophie memperagakan ia sedang menembak dengan pistol jarinya.

"Gak tau ah! Pusing."

"Yeuh. Lagian kamu anggun dikit coba. Sedetik aja jadi cewek kalo lagi ada orang yang suka gitu."

"Y-ya.. aku kan emang gini orangnya..."

"Iya juga sih. Toh dianya juga suka dengan kamu yang begini."

"'Begini' gimana?" Aku merasa tersinggung, "Tapi kalo dipikir juga nanti pake baju apa, ya? Bajuku modelan nyantai semua."

"Nah kesempatan kita ke sini, Ra. Sini aku cariin aksesoris. Masalah baju, tinggal pinjem punya aku!"

"Mpi, kamu tau kan kalo aku sayang kamu 3000?"

"Hahaha, tau banget, sayang! Pokoknya kamu harus cantik! Liat aja keahlian seorang Alexandra Jessophire!"

"Aww, aylobyuuu."

---

Lusanya, aku pun mampir ke rumah Sophie untuk merias diri sebelum pergi bersama kang Bagas.

Sesampainya di rumah Sophie, aku langsung disidak oleh Sophie dan peralatan riasnya.

Memakai ini, memakai itu. Ia sungguh cerewet jika perihal kecantikan seperti ini.

"Ini gak berlebihan, kan?" Tanyaku khawatir ketika melihat wujudku sendiri pada cermin.

"Sembarangan! Apanya yang berlebihan? Aku bikin make up kamu itu natural ala-ala riasan korea. Kamu cantik banget Tara, sumpah!"

"Ugh, aku malu." Aku menutup wajahku tanpa mengenainya.

"Suer, gak bohong. Sempurna banget ini mah!"

"Iya aku tetep aja malu. Baru kali ini aku sebegini niat buat jalan sama cowok."

"Haha, nanti juga biasa. Oh iya!" Sophie memberikan kotak kecil kepadaku.

"—Selamat ulang tahun, Tara! Ini kado dari aku sama Andri."

Mataku berbinar melihat hadiah yang Sophie berikan padaku, "Aww makasih banyak Sophie! Aku beneran gak inget hari ini ulang tahunku."

"Masa sih? Aku kira bakal inget karena dibombardir Alvin. Dia kan suka gitu."

"Gak tau anjim, gak ada kabar sama sekali. Biasanya juga heboh kan, yah."

"Mau ngasih kejutan kali?"

"Orang kek dia?"

"Siapa tau."

"Gak tau."

Kemudian pesan masuk dari ponselku. Kabar dari kang Bagas kalau dia sudah sampai di depan rumah Sophie.

"Sebelum berangkat buka dulu kadonya!" Pinta Sophie. Aku mengernyit heran, namun tetap melakukannya.

Setelah membuka kotaknya, aku melihat untaian gelang yang berkilau. Terbuat dari dua lilitan rantai kecil dengan beberapa manik-manik yang tidak begitu ramai namun sangat indah.

A Little Piece of OursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang