Entah sudah berapa lama Tara menangis dalam pelukan Alvin. Sudah tidak terdengar suara isak tangis, ia juga mulai melepas pelukannya.
"Udah?" Tanya Alvin. Tara menjawab dengan anggukan, sambil menyeka pipinya yang basah itu.
"Makan yuk? Laper nih. Atau mau pulang?"
"Aku juga laper. Ah! Baju kamu basah lah!"
Tara menepuk pelan tapak basah pada kaos Alvin, bekas air matanya.
"Ih ingus Tara semua! Ini kaos aku baru beli!"
"Iya maap ih! Ini tissue," Tara mengeluarkan beberapa lembar tissue dari tasnya, kemudian menepuknya pada kaos Alvin lagi.
"Geli! Hahaha gak papa, Ra, aku becanda. Bisa ketutup jaket kok." Ia kemudian menutup resleting pada jaketnya, "Mending kamu ke toilet dulu sana. Kusut banget muka kamu, astaga!"
"Oh iya?" Dengan suara yang masih parau dan energi yang terkuras habis, Tara menyentuh wajahnya.
"Sial, aku gak bisa liat Tara dandan cantik! Cemburu banget sama Bagas!"
"Haha, aku bawa riasannya kok, masih bisa pake lagi. Huh, pasti dikasih tau Sophie kalo aku dandan, ya? Dasar. Ya udah aku ke toilet dulu."
Alvin mengacungkan jempolnya, "Aku tunggu di bangku itu, ya."
Tara pun pergi ke toilet untuk merias kembali wajahnya, seperti yang diajarkan Sophie. Meskipun tidak seindah sebelumnya, namun selama tidak terlalu berlebihan, ia cukup puas dengan hasilnya.
Ia menatap wajahnya itu sambil meyakinkan dirinya sendiri, "Tara, kamu harusnya udah kebal sama masalah macem gini, kamu pasti bisa bangkit! Mulai sekarang, ayo beristirahat lagi dengan nyaman, wahai hati."
Ia mengembuskan napas panjang, keyakinannya sudah bulat.
Setelah siap, ia pun keluar dari toilet, dan bisa melihat Alvin yang sedang menunggunya di bangku sambil memainkan ponselnya.
Melihat wajah Tara yang segar kembali itu membuat mata Alvin berbinar. Ia terlihat kagum dengan penampilan Tara.
"Gila, aku hampir lupa napas karena gak kenal sama cewek cantik yang tiba-tiba dateng ke arahku." Ucap Alvin sambil menutup mulutnya.
"Najis banget, jeprut."
"Ih atuh mana ada cinderella udah cantik-cantik ngomongnya 'jeprut'. Gak lucu, Ra."
"Haha, terus nanti aku bakal berubah gitu ya, jam 12?"
"Ya iyalah, masa kamu mau tetep pake make up pas tidur?"
"Pinter juga, kamu."
Alvin tertawa kecil kemudian merangkul bahu Tara agar tetap sejajar selama berjalan menyusuri mall.
"Mau makan apa, tuan putri?"
"Steak wagyu A5."
"Bayar sendiri."
"Ish, katanya mau traktir."
"Ya rada waras dikit dong. Lagian kalo judulnya aku yang traktir, berarti aku yang nentuin kita makan apa."
Tara mendengus, "Ya terus kenapa tadi nanya? Dasar."
Setelah akhirnya sampai di tempat makan pilihan Alvin, Tara pun menceritakan kejadian dengan Bagas pagi tadi meskipun ia sudah malas untuk membahasnya lagi.
"Wah, bener firasatku." Celetuk Alvin setelah Tara selesai dengan ceritanya.
"Firasat apaan?"
"Pas awal ketemu dia tuh emang kesannya baik dan ramah gitu, nyaman pasti cewek-cewek sama dia. Tapi ya karena itu juga bikin dia jadi gak bener!"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Little Piece of Ours
Novela JuvenilAku sayang kamu, tapi aku takut kehilangan sobat sehebat kamu. //Mengandung bahasa kasar gaes, hehe\\