Keesokan harinya, setelah jadwal kelas berakhir, aku berpisah dengan Sophie yang berkata kalau dia ada sedikit urusan.
Aku masuk ke ruang sekretariat SeMa dan kebetulan seseorang yang aku cari sudah ada di sana.
"Ayok, Vin." Ajakku.
Sedangkan pria yang aku panggil barusan menoleh dengan heran, bahkan melamun sejenak.
"Apaan?"
"Lah, katanya minta ditemenin?"
Alvin kembali melamun. Kalau dia youtube, saat ini dia mengalami buffering. Otak.
"Oh!" Akhirnya paham dengan maksudku, "Iya ya, sertifikat!"
Aku mengangguk.
"Udah beres, Ra."
"Hah!?" Aku terbelalak, "Gimana, sih? Siapa yang kemarin ngotot minta temenin?"
Bukannya merasa bersalah, Alvin justru tersenyum jahil, "Aw, kamu pengen banget ke rumahku, ya? Aku tau kok, pesonaku memang tak tertahankan."
Aku menatapnya jijik.
"-Lagian siapa sih yang gak mau diajak jalan-jalan sama aku? Secara, aku memang pacar idaman setiap wanita."
"Jawaban 'siapa' tadi adalah aku."
"Hmph, sekarang aja gak mau. Coba nanti."
"Iya, kapan-kapan, ya."
"Selalu aku tunggu."
Dengan jengkel aku menghiraukannya kemudian duduk bersandar di tembok sambil membuka ponselku.
"Aku mau pesen makan aja."
"Sendirian aja?"
"Ya udah sini pesen bareng. Hm, Sophie mana sih, lama banget."
"Lah, emang dia ke mana?"
Aku mengangkat bahu, "Bilangnya ada urusan. Kayaknya sama Andri, deh."
"Wah, jadian."
Aku mendelik, "Sok tau."
"Gini yah, dengerin aku," Alvin bangkit dan duduk di dekatku, "Kalo aja kamu peka sama mereka, kamu pasti bakal berpikiran begitu juga."
"Sophie gak pernah bilang dia mau kok."
"Ya kalo bilang, pasti dia habis karena dicecer sama kamu."
"Nah, ini baru beneran sok tau."
"Andri suka cerita sama aku kalo dia suka sama Mpi dari sebulan yang lalu. Emang si Mpi juga gak ada tanda-tandanya, tapi aku tau betul akhir-akhir ini dia mulai suka sama Andri juga."
Aku masih tidak percaya, "Masa sih...."
"Yeh, jangan remehin aku, Ra. Aku pinter tau perihal beginian."
Aku memalingkan wajahku tidak peduli, kembali pada layar ponsel, "Ih ada promo ayam geprek!"
"Maulah! Tapi beliin."
"Aku tonjok."
"Ih kasar."
"Jadi beli gak? Gak ada ya bayar-bayarin."
"Gak, aku bekel makan dari rumah."
"Hm, ya udah."
Alvin pun mengambil tasnya kemudian mengeluarkan kotak bekal berukuran sedang. Ia membuka kotak berisi nasi dan beberapa lauk goreng kemudian mulai memakannya.
Aku iseng mengambil satu potong sosis dari bekalnya itu, namun tanganku segera ditangkis olehnya.
"Ih pelit!"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Little Piece of Ours
Fiksi RemajaAku sayang kamu, tapi aku takut kehilangan sobat sehebat kamu. //Mengandung bahasa kasar gaes, hehe\\