Aku mengenal dia kala ia bergabung, iseng mengobrol denganku dan sahabatku Andri. Namun itu bukan yang pertama kali aku melihat sosoknya.
Aku mulai tertarik padanya dua hari sebelum dirinya mulai dekat dan asyik mengobrol dengan seorang kakak tingkat.
Ia cukup manis, walaupun ia lebih menunjukan sisi tomboy maskulin. Ia juga terlihat berseri, mungkin karena hatinya sedang berbunga-bunga.
Lagipula apa yang aku harapkan? Aku minder jika dibandingkan dengan kakak tingkat itu. Apalagi aku punya fisik mengerikan dari luka bakar yang menutupi sebagian wajahku ini.
Meskipun begitu, semakin lama aku semakin kenal dengannya, mulai dekat sebagai teman. Aku merasa ini sudah lebih dari cukup. Aku hanya ingin terus berada di sisinya.
Aku menatap pantulan wajahku di cermin, tepat setelah aku selesai mandi. Terdiam cukup lama hingga aku memilih untuk mengusap pelan bekas luka bakar bewarna kemerahan di bagian kiri wajahku. Sudah tidak begitu terasa sakit, namun tetap terlihat mengerikan.
Aku mendapat luka ini saat duduk di bangku SMA tahun ketiga, ketika suatu hari aku harus pulang larut malam untuk mengambil barang yang tertinggal untuk menginap di rumah seorang kawan.
Orang tak dikenal yang mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi tiba-tiba menyiram wajahku dengan air panas, bahkan tanpa motif apapun setelah pelakunya tertangkap. Pihak kepolisian berkata, pelaku memang memiliki gangguan kejiwaan.
Karena cukup besar dan menjadi mengerikan, orang-orang lebih memilih untuk tidak berurusan denganku. Terutama setelah aku lulus SMA. Mereka tidak bisa menyembunyikan kengerian itu ketika melihat wajahku, atau ketika sekadar mengobrol sejenak.
Rasanya ingin menyerah, namun itu terlihat payah sekali bagiku.
Jadi aku memilih untuk tetap percaya diri, berteman dengan siapapun, sama seperti yang biasa aku lakukan sebelumnya, ketika aku pernah menjadi idaman semua orang sebelum kejadian itu terjadi.
Hingga hari itu pun tiba. Meskipun terlihat main-main, namun aku tak bisa menahan rasa bahagia ini.
"Aku jadi pacar kamu. Mau gak?"
Namanya Natara Hazhu. Dan kurasa aku benar-benar sayang padanya.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Little Piece of Ours
Teen FictionAku sayang kamu, tapi aku takut kehilangan sobat sehebat kamu. //Mengandung bahasa kasar gaes, hehe\\