Kupikir awal kita bertemu akan biasa saja. Bahkan tidak terasa spesial sama sekali.
Bahkan kita mengobrol hanya bila ada kesempatan berkumpul dengan teman yang lain, sekalipun belum pernah berbincang berdua.
Namanya Alvin. Alvin Askara. Beda kelas denganku, satu jurusan di kampus, juga satu angkatan. Cowok periang dengan perawakan tinggi dan rambutnya yang sedikit ikal. Tidak begitu gondrong, juga selalu terlihat acak-acakan.
Sebuah insting first impression manusia ketika baru bertemu dengan orang asing, aku merasa takut dengan luka bakar yang terbilang cukup besar, menutupi sebagian wajah kirinya, bahkan hingga telinga, pun lehernya.
Aku tidak berani bertanya, aku berusaha untuk tidak dekat ataupun berurusan dengannya, dan itu cukup membuatku merasa menyesal saat ini.
Sebab dibandingkan fisiknya itu, sebenarnya Alvin adalah orang yang ramah dan ceria, bisa disebut seorang ekstrover sejati karena mudah sekali berbaur dengan siapapun, bahkan yang baru ia kenal sekalipun. Meskipun sikap pemalas dan jahilnya cukup menyebalkan.
Kemudian kami menjadi dekat, berkat sang waktu. Perbincangan kami semakin lama menjadi sangat hangat, hingga hari itu tiba,
"Aku jadi pacar kamu. Mau gak?"
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Little Piece of Ours
Novela JuvenilAku sayang kamu, tapi aku takut kehilangan sobat sehebat kamu. //Mengandung bahasa kasar gaes, hehe\\