Aku tau bila semua ini salah ku! Mengambil nyawa orang yang memiliki sejuta impian.
🌻🌻🌻🌻🌻"Iya, semua salah kamu!! Balikin semua yang kamu ambil dari dia!!"
🌻🌻🌻🌻🌻
Bunda Arin kini sedang merasa pilu,sedih dan selalu bersalah. Ketika Ardhan kembali terbaring lemah dengan selang infus yang melekat ditangannya.
"Bunda tau ini bukan salah kalian anak-anak kesayangan bunda."
"Ini semua salah bunda, coba aja dulu bunda ngelarang kalian berdua pergi ke taman. Hiks...pasti kalian gak akan bertukar nyawa."
Seperti pengakuan akan dosa selama hidup disaat berada dalam titik terberat dalam kehidupan.
Bunda Arin hingga tertidur dengan kedua mata yang masih basah, begitu lelah rasanya.
🌻🌻🌻🌻🌻
Rasanya Ardhan samar-samar melihat ingatan masa kecilnya yang sebenarnya.
Dimana dia melihat ada mobil yang sangat laju,teriakan seorang anak laki-laki yang diselingi tangis dan ramainya orang mengerumuni seorang anak kecil ditengah jalan.
Kala itu Ardhan merasa seperti kembali ke masa lalu menggunakan mesin waktu, seperti segalanya telah diatur sedemikian rupa.
Tangisan ditengah keramaian itu semakin pecah dikala anaknya yang selama ini selalu dipaksa bersikap mengalah itu tergeletak penuh darah.
Tak perlu waktu lama jalanan itu sudah mulai kembali normal, walaupum tetap dengan bekas darah yang masih segar dan beberapa garis polisi yang membatasi agar polisi dapat menyelidiki semuanya.
"Ini bukan kecelakaan biasa!" Ucap Jendral Kepolisian yang menjadi penyelidik langsung perkara kecelakaan didekat taman.
"Tapi apakah ada kecurigaan terhadap sesuatu atau seseorang?" Tanya wartawan tv nasional.
"Pihak keluarga korban masih belum bisa diajak untuk ditanyai dalam penyelidikan, karena masih shock. Jadi untuk saat ini kasus ini akan menjadi kasus yang ditunda!"
"Baik terima kasih banyak Jendral Graha Andara."
Begitulah tragedi kecelakaan yang mengakibatkan nyawa seorang anak kecil berada dalam ambang kematian.
Keluarganya terpuruk sangat dalam, hingga sang ibu tidak mampu untuk tidak memalingkan pandangannya dari ruang operasi.
Disinilah Ardhan yang merasa ditarik oleh waktu untuk kembali mundur, dia berdiri disamping sang ibu dari korban tersebut.
Setiap wajah yang Ardhan lihat dan memasuki matanya adalah wajah yang buram ntah mengapa. Ardhan berpikir bahwa itu adalah hal normal karena dia tak seharusnya melihat masa lalu orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
[HIATUS] You Are The Warm
Ficção Adolescente"Tenang aja, masih ada Kakak yang bakal jagain kamu." Tragedi ini bukan lagi duka yang pertama kalinya bagi Serena. Kepergian orang tuanya bukan lah pengalaman pahit pertamanya. Anak bungsu dari 2 bersaudara, yang kini harus menetap di Indonesia sem...