#HOLLA:)
JANGAN LUPA KRITIK DAN SARAN YANG MEMBANGUN. MAAF KALO MASIH AMATIRAN, MOHON BANTUAN NYA.
🌻🌻🌻🌻🌻
"Aku memilih untuk tidak memilih, tapi keadaan duniawi memaksa ku untuk memilih."
_Haris Pratama.
🌻🌻🌻🌻🌻
H-45
Hari-hari berlalu dengan cukup cepat, dua bulan terasa sangat singkat.
Sejauh ini Ardhan mulai memahami apa yang sedang terjadi pada dirinya. Ah bukan, ku rasa hanya jiwa nya saja yang mengalami perjalanan waktu ke masa lalu.
Dan tentunya sudah tak asing bagi Ardhan melihat keadaan rumah sakit yang menjadi tempat dia berdiam. Dia tak bisa keluar dari rumah sakit itu sejak pertama kali dia memasukinya.
Tapi dia masih kurang yakin bila ini adalah masa lalu keluarga inti nya. Karena anak laki-laki yang berbaring diatas kasur berwarna khas rah sakit itu bukanlah dirinya sewaktu kecil.
Lalu siapa? Ardhan tak mengetahuinya sama sekali. Tak ada clue yang terlihat.
Padahal seperti yang kita ketahui... Itu adalah Arghan, kakaknya. Dan Ardhan kecil adalah seorang anak yang tak berdaya didalam ruangan yang terlihat sepi dengan banyak alat penopang kehidupan menempel di badannya.
"Arin, ku rasa aku harus mengambil keputusan lebih cepat dari yang kita sepakati." ucap seorang lelaki yang begitu dicintai nya.
Sembari memegang tangan anak sulungnya yang sedang terlelap, Arin meneteskan air mata untuk keskian kali nya. Bayangkan saja, bagaimana bisa seorang Ibu tak hancur hati nya ketika harus merelakan salah satu anak nya untuk keselamatan anak yang satunya?
Bila ada tolong beritahu caranya agar sekuat dan setegar dia pada Arin. "Tak apa, aku tau. Tapi bisakah kita mengundurnya sedikit lebih lama lagi? Aku masih belum siap hati." Haris memeluk istrinya itu dengan dekapan yang paling hangat dan penuh cinta. Seakan mengatakan untuk tegar pada Arin.
"Sudah waktunya, sayang. Penopang hidup itu tak akan selamanya bisa menjamin anak kita."
Tak lagi ada percakapan diantara keduanya. Haris beranjak dari ruangan yang hanya dipenuhi oleh suara kesedihan dari Arin.
Haris segera menemui teman baiknya, "Udah, gue gak bisa lagi harus ngeliatin tubuh anak gue penuh alat-alat gitu. Gue serahin ke lo ya, Rel."
Farrel yang sudah paham dengan maksud kawan nya itu pun tak lagi banyak tanya. Dia langsung menyerahkan beberapa suray persetujuan agar di masa mendatang tak ada ke salah paham an apa pun atas keputusan ini.
"Ris, lima belas hari lagi kita operasi besar-besaran. Gue yakin kondisi si sulung udah stabil, gue harap ini adalah keputusan terbaik dari kalian buat si bungsu."
🌻🌻🌻🌻🌻
H-15 Sebelum Operasi.
"Bunda, hari ini buah apa yang Bunda bawa?" tanyanya dengan antusias.
"Bunda bawa apel hijau sayang. Kamu mau? Bunda kupasin dulu ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
[HIATUS] You Are The Warm
Novela Juvenil"Tenang aja, masih ada Kakak yang bakal jagain kamu." Tragedi ini bukan lagi duka yang pertama kalinya bagi Serena. Kepergian orang tuanya bukan lah pengalaman pahit pertamanya. Anak bungsu dari 2 bersaudara, yang kini harus menetap di Indonesia sem...