Suatu pagi yang cerah di kediaman Bunda Arin yang damai dan tentram.
Pagi ini Ardhan dan bunda sedang sarapan bersama, dengan menu sayur mayur yang segar setiap harinya.
Bunda memang seorang vegan sedangkan Ardhan dan ayahnya seorang meattarian katanya.
"Bunda, masih marah, ya?" tanya Ardhan dengan mulut penuh makanan.
"Kamu ini mau Bunda sekolahin ke SD lagi apa gimana, sih!" dengan nafas berat Bunda sudah pasrah dengan sikap Anak nya ini.
Dengan mulut yang penuh makanan itu Ardhan tetap berbicara hingga tersedak.
Uhukkkk uhukkkk. "Bunda, a..., ir..., air..., Bunda."
"Tuh kan, udah Bunda kasih tau makan dulu telen baru ngomong, kalo udah keselek gini kan sakit di tenggorokan! Kamu tuh dasar, ya! Gak bisa di ingetin, nih, air." Ceramah Bunda terlalu panjang.
"Gluk.., gluk..., huh untung aja masih sempet minum, makasih Bunda."
Bunda Arin memang suka mengingatkan banyak hal pada Ardhan, tapi Ardhan tetap menganggap dia diceramahi.
Bahkan di saat serius pun dia harus menerima ceramah Bunda, padahal dia merasa sedang mempertaruhkan nyawa, memang ada-ada saja keluarga ini.
"Bunda mau bunuh Ar, ya? Uhhh, Bunda kok Ar di ceramahin lagi sih." kesal Ardhan.
"Ya maaf, kan Bunda kelepasan pingin nyeramahin kalo kamu gak bener, udah cepetan habisin nanti keburu keselek lagi!" perintah bunda.
Suara dalam hati Ardhan mode on:
"Ya Tuhan, apakah Ardhan harus mati konyol gara-gara keselek sayur mayur, hah untung ada air."
🌻🌻🌻🌻🌻
Karena di hukum, akhirnya Ardhan menetap di rumah, seharian ini hanya duduk didepan tv dengan camilan yang menemani.
Maunya ditemani dia, tapi dia siapa? Kan Ardhan jomblo.
"Huss." terdengar suara mendesis dari belakang Ardhan.
"Duh, suara apa nih, serem bikin merinding." Tapi tak dihiraukan nya.
"Uhummm." Sekarang suara deheman.
"Astaga apa sih, ganggu aja kenyamanan dan ketentraman tanpa ceramah Bunda." Tetap tak dihiraukan oleh Ardhan.
Orang yang sedari tadi berdiri dibelakang nya sudah merasa jengah, dan geram.
"Dasar anak nakalllll..., berani-beraninya ngomong gitu tentang Bunda..., huh kamu harus Bunda ceramahin seharian!" Geram Bunda Arin.
"Ehhhh, Bunda ku yang manis serta cantik jelita, tolong ampuni ananda yang khilaf ini Bunda." Ardhan memohon.
"Huh, nggak ada ampun bagimu wahai anak udang." balas bunda.
"Bunda undang?" tanya seorang anak laki-laki yang semakin membuat geram.
"Kamu ini ya..., gak mau tau pokoknya hari ini kamu harus bantuin bunda beresin rumah!!" Bunda Arin ngambek ceritanya.
"Ah, Bunda gak asik kalo ngambek, mending kita nonton kartun Doraemon aja Bunda, Ar gak mau capek-capek nanti sakit. Besok aja ya Bunda kita beresin rumah." pinta Ardhan.
"Gak mau! Bunda mendingan nonton Suara Hati Istri! Daripada kartun anak kecil."
"Bunda gak boleh gitu, ini kartun untuk segala usia, Ar aja udah SMA tapi tetep nonton ini."
"Gak ada Doraemon Doraemon! Bunda mau ganti saluran tv nya, sana geser." Bunda mengambil alih remot tv.
"Gak bisa Bunda, jangan diganti." Cegah Ardhan.
"Jangan diganti Bunda..., daripada liat suara hati istri gitu mendingan kita liat yang lucu aja, ngapain sih Bunda liat film suami istri berantem. Gak baik loh Bunda." Ardhan tak mau mengalah.
"Kamu ini ya, kan suka-suka hati Bunda mau nonton apa aja, ini semua salah kamu gak mau Bunda ajak beresin rumah!" dengan memanyunkan bibir Bunda tetap saja tak mau mengalah juga.
"Jangan Bundaaaa, kita liat kartun ajaaaaa..., ah, Bunda ayolah." rengekan Ardhan pada bundanya.
"NGGAK!" tegas bunda.
"Ya udah kalo gitu Ar ada solusinya..."
Otak Ardhan menemukan ide yang sangat brilian, dengan efek lampu diatas kepala yang Ardhan bayangkan sendiri.
Ardhan berjalan mendekati tv, menuju bagian belakang tv dan melepas kabel tv agar tidak dapat di hidupkan.
Bunda Arin yang melihat itu hanya tetdiam dengan mata yang membundar.
"Wah kayaknya Ar harus kabur nih~" goda Ardhan pada Bunda nya yang terlihat siap menerkam.
"Tiga..., Dua..., Satuuuu KABURRR..., AHHHHHH ADA UDANG MARAHHH!" Si Anak udang ini berlari menuju halaman belakang untuk menyelamatkan diri.
"Jangan main-main! Bunda bisa kejar kamu sampai ujung akhirattt." teriak Bunda sembari mengejar anak udang nya itu.
Bunda tidak marah, hanya saja mereka berdua sedang menikmati kebersamaan hari ini.
Tetangga yang melihat keduanya berlarian hingga keluar rumah itu sangat menenangkan dan enak di pandang.
Walaupun sudah menjadi Bunda, jangan main-main. Bunda Arin juga menjadi andalan warga komplek saat ada lomba lari tujuh belas Agustus.
Anak yang tampan, Bunda yang tetap terlihat muda, cantik dan segar. Sangat enak di pandang di sore hari.
"Walahhh, lagi olahraga bareng ya Bunda~" celetuk salah satu tetangga sebelah.
"Iya Bu, lagi lari bareng sama anak udang." sembari berlari Bunda menjawab dengan senyum yang terlihat sangat bahagia.
Sudah hampir 15 menit keduanya saling berlari, hingga kembali ke dalam rumah dengan kondisi berkeringat.
"Coba sini bentar..., Bunda capek." ucap bunda pada Ardhan.
"Ah..., iya kenapa Bunda? Ar juga capek."
Tanpa drama lagi Bunda langsung memeluk anak kesayangan nya itu.
"Maafin Bunda ya sayang, gak bisa jadi Bunda sekaligus Ayah buat kamu." Bunda memnerikan kecupan di kening Ardhan.
"Tapi Bunda...., kan Ayah belum mati, cuma kerja aja tapi gak pulang-pulang..., eaaa pasti bunda kesepian."
"Dasar anak udang! Sana mandi kamu ini." Bunda selalu saja di goda oleh anak nakalnya ini, tapi bunda tau bila anaknya ini adalah satu satunya harapan yang ada.
"Siappp Nyonyaaa!" Ardhan, menuju kamar mandi dan mebersihkan dirinya.
Maka hari ini sudah selesai dengan kebahagiaan keduanya.
🌻🌻🌻🌻🌻
Bunda tau kalo Bunda salah udah nutupin kebenaran dari kamu Ar, tapi Bunda yakin ini yang terbaik untuk saat ini.
Jangan buat Bunda ngerasa gagal ngebimbing kamu, Bunda gak mau kamu jatuh ke dunia bawah itu. Setidaknya jangan sekarang.
"Bunda sayang sama Ar, tapi Bunda tau kalo Ar udah ngerti apa yang Bunda sembuyikan."
-Bunda Arin.
🌻🌻🌻🌻🌻
Jadi kali ini cuma edisi gabutnya Bunda Arin dan Ardhan di rumah, karena Ardhan mulai hari ini gak boleh keluar rumah dan gak sekolah juga.
🌻🌻🌻🌻🌻
Holla, This Is Me FireY.
Maaf sebenarnya ini saya yang gabut;)
Follow, vote dan komen? Just Do It!
Jangan lupa berikan saran dan kritikan anda dengan sopan di kolom komentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
[HIATUS] You Are The Warm
Fiksi Remaja"Tenang aja, masih ada Kakak yang bakal jagain kamu." Tragedi ini bukan lagi duka yang pertama kalinya bagi Serena. Kepergian orang tuanya bukan lah pengalaman pahit pertamanya. Anak bungsu dari 2 bersaudara, yang kini harus menetap di Indonesia sem...