bagian 20

3.3K 349 39
                                    

Happy reading everyone 💚





Paginya Satria telah bersiap dengan seragamnya namun kali ini dibalut dengan sebuah mantel dan Hoodie karna sudah memasuki musim dingin.

Ia datang dan bergabung bersama keluarganya yang sudah berkumpul di meja makan.
"Morning sayang" ucap mommy.

"Morning mom dad" ucapnya lalu mengecup pipi mommy dan Daddy-nya.

"Itu tangan kamu kenapa sayang?" Tanya Daddy saat melihat tangan satria yang dibalut perban. Hal itu menarik perhatian seluruh keluarganya.

"Ga apa dad cuma luka kecil, Roy aja yang berlebihan bungkusnya" ucap satria.

Lukanya kemarin memang sudah 8 kali diganti, jika biasanya cukup 2 kali sehari maka satria tidak. Ia mengidap hemofilia- gangguan darah yang tidak membeku secara normal. Keluarganya tak ada yang tau hanya ia dan Roy mungkin.

"Nanti pulangnya kakak cek ya" ucap woojin dan diangguki satria.

"Bang jae nanti jalan yuk, udah lama Abang gak main sama adek" pinta satria. Jae terdiam sesaat

"Abang gak bisa sekarang dek, hari ini Abang sibuk. Nanti kalo luang ya" ucapnya yang membuat satria menampilkan senyum palsunya.

"Iyaudah deh gapapa. Abang jaga kesehatan jangan kerja terus" ucap satria pada jae.

"Adek berangkat. Good bye" ucap satria sambil berlalu, ia hanya makan beberapa sendok moodnya  benar-benar hancur pagi ini.

Satria tiba di sekolahnya dan langsung menuju ruang kesehatan untuk meminta obat promotor koagulasi-obat untuk membantu penggumpalan darah agar mengurangi resiko pendarahan berlebih.

Kepala sekolah
Saya tidak masuk kelas, diruang kesehatan.
Jangan laporkan ke keluarga saya

Begitu pesan satria pada kepala sekolahnya. Meskipun anak pemilik yayasan setidaknya tidak semena-mena yang berlebihan, Semena-mena dikit gapapa kalo khilaf.

•••

Satria tiba dikediamannya, ia langsung masuk saja karna sudah dipastikan keluarganya sibuk dengan urusan mereka sendiri.

Langkahnya terhenti saat berhadapan dengan seseorang yang asing baginya.
"Kamu siapa?" Tanya dingin pada satria.

"Anda siapa?" Tanya balik satria.

"Saya anak pemilik rumah ini, dan siapa kamu?" Tanyanya dingin.

Satria tau sekarang, dia adalah kakak pertamanya Park Joo Hwan yang menetap di China.

Karna tak ada jawaban dari satria. Ia pun mengusirnya
"Roy..." Teriak Joo Hwan memanggil Roy.

"Ya tuan" jawabnya saat tiba dihadapan Joo Hwan.

"Usir anak ini" perintahnya dingin.

"Tapi..." Ucapnya terpotong saat satria menahan tanganya lalu mengangguk.

Satria berjalan keluar dari rumah dan diikuti Roy.
"Tuan muda apa yang anda lakukan" tanya Roy khawatir.

"Santai Roy gue mau jalan-jalan terus nginep dirumah temen" ucap satria santai.

"Tapi...." Ucapnya terpotong oleh satria
"Biarin gue sendiri dulu, gue bawa ponsel nanti lo bisa kabari gue. Dan jangan hubungi  yang lain sebelum mereka sampai rumah" ucapnya dan diangguki satria.

"Gue naik bus" ucapnya dan berlalu.

Satria berjalan menikmati kegiatan sekarang, benar benar me time yang sesungguhnya.

Satria melihat seorang lelaki bersama pemuda kemarin dari jendela, ia tersenyum tipis teringat ucapan abangnya jae tadi pagi yang katanya sibuk bekerja namun kenyataan yang di hadapanya lain

Satria menghubungi seseorang,jika kalian berfikir itu jae kalian salah, ia menghubungi Abraham yang tempo hari lalu menawarkan bantuan padanya.

"Tuan Abraham boleh saya minta bantuan sekarang?" Tanya satria tanpa basa basi saat ponselnya terhubung namun pandanganya masih lurus menatap jae dan pemuda tersebut.

"Tentu, ada apa nak?" Tanyanya.

"Bawa saya bersama anda Sekarang" ucap satria

Jae melihat adiknya berdiri dan menatapnya sendu, ia mematung seketika, sungguh ia melihat kekecewaan lewat mata adiknya.

Satria melangkah mundur dan berlalu menyebar jalan yang ramai. Hal itu tak luput dari pandangan jae ia berniat mengejarnya namun dengan apa yang dilihat Sekarang ia membeku.

Satria membeku saat didepanya ada sebuah truk yang mengarah padanya,mau menghindarpun sudah tidak memungkinkan,ia merasa tubuhnya melayang setelah mengalami benturan keras sambil air matanya menetes

Didepan matanya jae melihat adiknya yang tertabrak sebuah truk, terpental. Dia mendekat ketengah jalan dan membelah kerumunan orang. Kakinya tak sanggup berdiri melihat adiknya yang berlumuran darah di kepalanya dan mengalir di jalanan,tubuh jae sudah penuh oleh darah.

Ia mendekap erat tubuh adiknya sambil menangis, tak lama kemudian datanglah ambulance untungnya seseorang yang melihat kejadian itu langsung menghubungi ambulance.

Sedangkan pemuda tersebut tersenyum smirk dengan apa yang dilihatnya. Hatinya puas tentunya.





***
Tbc.

SATRIA PANDHEGA SASKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang