author's point of view
•flashback•
Kaki kecil milik bocah laki-laki berhenti di sebuah perhentian. Mengirimkan sinyal pada otak agar mencari tahu apa yang tak ia tahu.
Alasan ia lahir.
Untuk apa ia lahir di dunia yang tak layak disebut dunia.
Dan, siapa yang membuatnya terlahir di tanah neraka ini.
Langkahnya berbalik. Berlari menarik kerah baju orang yang tengah bersandar. Matanya menatap tajam. Dengan kaca-kaca yang kokoh melapisi selaput matanya.
Menuju seorang paruh baya yang tak ia sadari bahwa ia tak lain adalah pamannya sendiri.
"Katakan apa saja yang kau tahu tentang ayahku! Kalau tak mau pisau ini menancap di lehermu!"
...
author's point of view
"Suruh para pasukan agar sedikit lebih cepat! Badai sepertinya akan segera datang."
"Baik, kapten!"
Di tengah hamparan pasir sekumpulan prajurit pulang membawa kemenangan.
Menggagalkan maksud buruk titan untuk menerobos dinding dan memakan manusia yang berlindung di dalamnya. Tidak ada korban. Semua selamat.
Hanya beberapa luka kecil akibat sayatan pedang tajam. Dan tubuh yang terjatuh-jatuh menghantam pelan tanah.
"Mikasa. Lindungi Eren di barisan tengah. Aku akan berjaga di sini."
Satu prajurit hebat bernama Mikasa mengangguk paham. Segera mengamankan Eren, supaya tak ada titan yang memakan Eren secara tiba-tiba.
Levi disini. Berada di barisan paling belakang. Sendirian.
Tubuhnya terguncang-guncang di atas kuda. Dengan mata sayu menatap ke depan. Mengharapkan segera cepat pulang.
"Levi!"
Yang disapa hanya menengok dingin.
"Apa kau baik-baik saja?" Hange mengernyit dahi. Mencari wajah Levi yang tertutup oleh jubah hijau yang terdapat noda kemerahan akibat darah titan.
"Ya." Levi kembali menatap kosong ke depan.
"Boleh kutanya sesuatu?"
Levi terdiam. Membiarkan lawan bicaranya meneruskan bicaranya.
"Wanita tadi Y/N, kan?"
Levi mengangguk.
"A-apa yang kau lakukan dengannya?"
"Sedikit bertengkar."
"Setelah kau memaki-maki dirinya di depan teman-teman, kau memacarinya?"
"Tch, aku tidak memiliki hubungan apa-apa dengannya."
Hange terdiam. Menatapi raut Levi yang semakin mengusut.
"Jadi benar."
"Apa yang benar? Jika kau mengatakan satu kata saja tentangku, akan kupukul wajahmu."
"E-ehh, aku hanya memastikan. Apa yang kulihat dengan mata kepalaku itu benar. Kau, terlihat bersama dengan seorang wanita akhir-akhir ini. Dan setelah aku melihatnya lagi, ternyata dia adalah penjual apel itu. Ah, benar ia sekarang bekerja di kedai teh, ya?"
"Kau membuntutiku?"
"H-habisnya, aku selalu ingin tahu tentangmu. Aku tidak akan membiarkanmu memacari perempuan tanpa sepengetahuanku. Mulut dan sikapmu itu keras. Siapa tahu pacarmu tersakiti."
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR DIMENSIONS || LEVI X READERS
Romance[Y/N, gadis melarat yang tak punya apa-apa. Harus dihadapkan dengan prajurit hebat bermarga Ackerman yang terus mengikatnya.] Lika-liku hubungan asmara yang dibangun oleh dua insan dari dunia yang berbeda. Drama kehidupan yang menciptakan dua kepri...