author's point of view.
Derapan kaki terdengar di sebuah markas. Salah satu kaki ramping terlihat duluan mendarat ke tanah.
Meninggalkan seekor kuda yang terparkir di area halaman. Menyebarkan angin yang berbalut harum tubuh matangnya.
Kemudian, langkahnya semakin bergerak jauh masuk ke dalam. Para pengawal yang menjaga pintu depan menunduk sebagai tanda hormat kepada sosok berpangkat kapten itu.
Gerah. Panas. Tubuhnya tengah mengeluarkan cairan yang tak ia suka. Membuat seluruh bagian pada dirinya terasa kotor dan lengket. Ia membencinya. Namun apa boleh buat. Cairan keringat seolah-olah selalu saja keluar di hari-hari berat seperti saat ini.
Kaos abu dan jubah hijau berlambang sayap kebebasan itu membuatnya semakin tak betah dengan panas yang merambat ke seluruh tubuhnya. Kalau boleh, ia ingin melepasnya saat ini juga.
"Ada hal mendesak yang harus kuselesaikan di jalan."
Suara deritan pintu terbuka terdengar bagi siapa saja di dalamnya.
Mulai dari Hange, Eren, Mikasa, Armin, Jean, Connie, dan Sasha sedang berada disana. Saling duduk menghadap satu sama lain di sebuah meja bundar.
Disuguhi teh yang sudah berkurang di setiap cangkirnya. Benar, mungkin mereka sudah berada di sana sejak lama.
Levi duduk. Menatapi satu persatu rekan dan anak buahnya. Tidak ada yang berani menatapnya.
Suasana seketika hanyut akan kedatangannya. Ditambah lagi, Levi yang masih saja menatapi mereka yang sedang menunduk takut-takut.
Tidak ada yang berani menanyakan alasan keterlambatannya.
"Baiklah. Biar ku ulangi sekali lagi." Hange mengebaskan lembaran kertas yang ada di tangannya.
"Saat ini, warga sipil yang menentang peresmian Historia lambat laun mulai hilang suaranya. Ditandai dengan mereka yang sudah tak lagi berdiri di gerbang depan markas pusat. Kurasa, mereka sudah mau menerima kekalahan suaranya."
"Rupanya, menggunakan kekerasan adalah cara terbaik menyelesaikan masalah."
Komandan Zackley sudah melakukan penyiksaan terhadap raja palsu dan bangsawan yang melakukan permainan di belakang warga Paradise. Setelah mereka kehilangan sebagian kuku dan jarinya, akhirnya saat yang di nanti-nanti pun tiba. Pengakuan.
Mereka mengaku adanya permainan raja tembok palsu di Paradise.
"Sudah ditentukan hari peresmiannya." Toleh Hange pada Levi yang sedang memegang secangkir teh nya yang sudah mulai mendingin.
"Kapan?"
"Sesuai dengan keinginanmu. Segera. Tepatnya empat hari lagi."
"Kau tidak menanyakan ada yang keberatan?" Levi melirik Eren dan lain-lain yang masih terbujur kaku.
Merasa sedang dilirik. Eren menjawabnya, "Tidak ada satu pun dari kami yang keberatan dengan hal itu, Kapten. Semua sudah menyetujuinya. Akan lebih baik kita cepat-cepat gunakan keadaan ini."
Kapten Levi mengangguk.
"Baik. Rapat hari ini sudah selesai. Kalian boleh keluar."
Eren dan yang lainnya beranjak dari duduknya. Dan mulai berjalan keluar meninggalkan ruangan.
"Tch, hanya itu saja?" Levi kembali meminum teh dingin tawar miliknya. Nada menyebalkannya, membuat Hange sedikit mengelus dada.
"Ya, sebenarnya kami sudah berada di sini sejak lama, tetapi kau datang terlambat."
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR DIMENSIONS || LEVI X READERS
Romance[Y/N, gadis melarat yang tak punya apa-apa. Harus dihadapkan dengan prajurit hebat bermarga Ackerman yang terus mengikatnya.] Lika-liku hubungan asmara yang dibangun oleh dua insan dari dunia yang berbeda. Drama kehidupan yang menciptakan dua kepri...