Bahagiaku, sederhana. Cukup akui saja aku di hadapan orang-orang. Dan aku akan terus merasa bersyukur dimilikimu.
my point of view
Kondisi ibu sudah membaik semakin hari ke hari. Setelah menjalani operasi dan perawatan, ibu sudah diperbolehkan pulang oleh dokter.
Kapten Levi bersamaku, membawa ibu pulang ke rumahnya. Dengan kereta kuda yang entah, dipesan Kapten Levi darimana.
Barang-barang ibu sebenarnya tidaklah banyak. Bisa saja menaiki kuda biasa, karena bawaan ibu hanya sebuah tas besar saja.
Tapi, Kapten Levi melarang. Ia memilih mencarikan kereta kuda untuk aku dan ibu.
Aku tidak tahu, harus dengan apa aku membalas semua kebaikannya. Dan apalagi kebaikan selanjutnya darinya.
...
Selang beberapa hari . . .
Ini sudah seminggu pasca kepulangan ibu. Aku memutuskan untuk tinggal bersama ibu dan melupakan kenangan-kenangan jahat yang pernah ibu perbuat.
Karena, sekarang, ia ibuku. Orang yang menggantikan mamaku.
Bagaimanapun, aku harus merawatnya dan menemaninya sampai ia memerintahku untuk pergi.
Selama seminggu ini pula, kapten menyempatkan diri untuk datang kesini. Sekedar melihatku lalu menjenguk ibu.
Tidak ada lagi rasa canggung di antara keduanya.
Apalagi, ibu sangat senang. Saat Kapten Levi membantuku membersihkan rumah beserta kebun dan ladang kami.
"Kapten Levi itu cleanfreak. Jadi, maklumi saja ya, bu." Aku berbisik pelan pada telinga ibu yang sedang duduk berjemur mengawasi aku dan kapten yang sedang bersih-bersih.
Ibu terkekeh. "Hihi, biarkan saja. Ibu malah sangat berterimakasih dibantu sedemikian banyak oleh Kapten Levi."
Dari sana, Kapten Levi melirikku sembari memegang sapu. Menatapku tajam karena berani-beraninya menggunjingnya.
"Selesai juga!" Aku menyeka keringat yang menetes di dahiku. Rumahku terlihat lebih rapi dan bersih daripada sebelumnya.
Begitupula kebun dan ladangku, aku yang dulunya enggan untuk menatapnya saja, sekarang aku malah ingin berlama-lama di sana.
Ibu menyuruhku, untuk segera membasuh tubuh lalu mengajak kapten untuk sarapan.
"Y/N, bersihkan tubuhmu dulu, lalu ajak kapten makan."
"Ibu bagaimana?"
"Ibu sudah makan, sekarang mau berjemur dulu."
Aku hanya mengangguk. Berjalan ke dapur untuk mengembalikan sapu dan menyiapkan makan yang lainnya.
GREPPP
Kapten memelukku dari belakang. Menempatkan wajahnya mencium bahuku. Hidungnya mengendus-endus leher dan berulang kali mengecupnya.
"Kapten, geli!" Kapten justru menciumi bahuku yang berkeringat. "Jangan disini, ah. Ada ibu." Bisikku.
Tak mau melepas, justru kapten tak mau berpindah dari bahuku. "Sudah lama kau tak menciumku."
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR DIMENSIONS || LEVI X READERS
Romance[Y/N, gadis melarat yang tak punya apa-apa. Harus dihadapkan dengan prajurit hebat bermarga Ackerman yang terus mengikatnya.] Lika-liku hubungan asmara yang dibangun oleh dua insan dari dunia yang berbeda. Drama kehidupan yang menciptakan dua kepri...