SELAMAT MEMBACA PARA READERS KANG HALU!<3
my point of view
Aku, Y/N. Aku tinggal di sebuah tempat yang tak asing lagi. Dimana tempat itu dikelilingi oleh dinding raksasa yang menjadi tameng kami untuk melindungi diri dari raksasa rakus yang menjijikkan.
Tak hanya satu atau dua. Bahkan mungkin puluhan, ratusan, atau ribuan makhluk besar itu tengah berjalan kemari untuk menerobos dinding pertahanan kami. Mereka pula tak segan-segan menginjak, bahkan memakan hidup-hidup pasukan andalan kami.
Tak sedikit dari mereka pulang dengan keadaan cacat, tak bernyawa, bahkan yang mereka dapat hanyalah potongan tubuh rekan-rekannya sebagai oleh-oleh.
Kakiku melangkah menuju sebuah tempat dimana mereka, para pejuang kebebasan kami berkumpul. Dengan langkah yang tertatih-tatih membawa sekarung beban yang ada di pundak.
Kini tempat itu sudah ada di depan mata. Hanya beberapa langkah lagi. Yosh! Yang perlu kulakukan setibanya disana adalah masuk ke dalamnya.
"Permisi, apakah anda tertarik dengan apel kami?" ketukan pintuku membuat suasana yang penuh riuh dan ricuh menjadi hanyut seketika. Mataku menangkap beberapa orang yang telah aku kenal. Sedikit. Hanya karena aku sering mampir kemari.
"Wah, Y/N! Kau kembali! Kemana saja kemarin. Kenapa kau tak berjualan kemari?" seorang perempuan berkucir kuda mendekat ke arahku.
"Sasha? Maaf, aku hanya ingin ke tempat yang belum pernah aku kunjungi. Hanya sekedar ingin coba-coba siapa tahu banyak yang ingin membeli." Aku terkekeh pelan sembari menurunkan beban yang ada di pundakku.
"Sasha rewel karena kau tidak kemari." Saut seorang perempuan bersyal merah sembari memilih beberapa buah apel segar untuk dibeli.
Suara halus namun tegas itu adalah milik seseorang yang aku kagumi, Mikasa. Perempuan yang dikaruniai kekuatan lebih dari Tuhan yang melebihi batas kemampuan orang biasa. Sepuluh kali lebih kuat daripada manusia biasa seperti kami.
Semua orang itu datang menuju barang daganganku dan tertawa lebar sembari bercakap-cakap dengan tangan yang sibuk memilih apel merah yang kupetik dari perkebunan ibuku.
Jauh seperti yang ibu katakan, mentang-mentang menjadi Pasukan Pengintai, sikap dan perkataan mereka akan menjadi sedikit kasar kepada masyarakat biasa seperti kami.
Jujur, aku takut mulanya untuk datang kemari. Aku takut jika aku hanya akan ditendang keluar oleh mereka. Oleh orang-orang kuat nan cerdas yang bersiap sedia melawan titan di luar dinding sana.
Namun, nyatanya dugaan kami salah. Justru aku seolah-olah seperti diperlakukan sebagai salah satu bagian dari mereka. Kalaulah orang-orang tahu betapa baiknya pasukan pengintai yang menjadi tombak tempat tinggal kami, pasti mereka akan semakin respect dan tidak akan pernah berhenti melontarkan semangat walaupun mulut mereka telah lelah untuk berbicara.
Eren, laki-laki pewaris Attack Titan yang sempat dicekal oleh pemerintah kini tengah tertawa kepadaku. Lalu silih berganti menatap teman-temannya yang berbicara.
Sasha dan Mikasa, perempuan cantik, kuat, dan cerdas bagai gadis ksatria di dalam dongeng.
Armin, laki-laki yang lembut dan penyayang. Seseorang yang terkenal cerdas di kalangan Pasukan Pengintai.
Krista, gadis cantik berambut pirang yang baik bagaikan malaikat bagi rekan-rekannya.
Lalu ada Jean, laki-laki yang sering dijuluki 'muka kuda'. Sungguh aku tak mengerti, darimana mereka menjuluki "muka kuda". Muka muda dari mananya? Padahal, jelas-jelas ia tampan.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR DIMENSIONS || LEVI X READERS
Romansa[Y/N, gadis melarat yang tak punya apa-apa. Harus dihadapkan dengan prajurit hebat bermarga Ackerman yang terus mengikatnya.] Lika-liku hubungan asmara yang dibangun oleh dua insan dari dunia yang berbeda. Drama kehidupan yang menciptakan dua kepri...