blood and hope

593 81 7
                                    

SELAMAT MEMBACA ( ̄3 ̄)

GA BOLEH EMOSI YAA :)

╭∩╮(︶︿︶)╭∩╮

author's point view

Berlari. Meskipun tanpa kaki aku akan terus berlari. Mengarah, dan menuju padamu.

flashback•

"Yo Levi!" Sapa lelaki bertopi koboi berbadan tinggi.

Yang disapa hanya melirik sadis sembari mengusap bilah pisau yang barusan ia asah. Tajam. Sudah cukup untuk membuat lubang di perut korbannya.

"Sudah dapat berapa hari ini?"

Merasa tak digubris, lelaki itu mendekat. Menuju ke arah Levi yang sedang duduk menyandar pada tembok.

"Apa yang kau tanyakan, tua. Kenapa kau sudah kembali? Rumah akan kotor lagi karena sepatu becekmu."

"Eh, jangan terlalu kejam padaku, Levi." Pak tua itu melemparkan sepotong roti pada anak itu. "-padahal aku kembali untuk memberimu roti, loh. Kau tak perlu repot-repot mencuri seperti biasanya."

Mau tak mau, Levi membuka bungkus rotinya. Melahapnya dengan cepat. Tak tahan dengan perut kosongnya yang keroncongan.

"Lihat, orang gendut itu." laki-laki bernama Kenny itu mengarahkan matanya pada lelaki gendut dengan menyangking kedua tas. "-dia tidak sehat. Pasti banyak lemak menggumpal di sekujur tubuhnya. Makanan yang ia bawa pun sampai keluar-keluar begitu. Apa kau akan membiarkan tubuhnya meledak karena menghabiskan makanan sebanyak itu?"

Levi kecil memutar matanya. "Tch. Itu hanya akal-akalanmu saja."

Kenny tertawa lebar. "Haha, kau sudah bertambah besar dan pintar rupanya." Sikunya menyenggol bahu Levi.

Levi terdiam sejenak. Meremas bungkus plastik yang ia genggam.

"Kenny, jawab pertanyaanku." Kemudian ia mendengus kuat-kuat. Melepaskan pikiran abstrak tentang keingintahuannya.

"Siapa kau? Mengapa kau memungutku saat ibuku mati. Yang ku tahu disini hanyalah, orang-orang yang rakus dan jahat. Tidak terlintas di otak mereka untuk memungut anak kecil yang hampir mati kelaparan sepertiku."

Benar. Bukankah seseorang lahir karena penyatuan ayah dan ibu. Ia sudah memiliki sosok ibu, namun, "Apa kau ayahku?"

Yang ditanya malah tertawa lebar tidak jelas. Membuat Levi melirik tajam bak menatap orang aneh. "Aku bukan ayahmu, bodoh. Walau pacarku banyak begini, aku masih belum mau menikah dan membuat anak."

Kenny memegang janggutnya, meraba-raba rambut-rambut kecil yang tumbuh disana. "Aku hanya sekedar memberimu makan dan mengajarkanmu cara hidup di dunia yang keras. Apa itu cukup untuk membuatmu berpikir bahwa aku adalah ayahmu?"

Levi kecil hanya terdiam. Lantas, siapa sebenarnya ayah yang membuatnya terlahir di dunia ini.

Pak Tua Kenny, mendengus sebal menatap bocah asuhannya terdiam memikirkan sesuatu yang berkaitan dengan masa lalunya.

"Kau tidak akan mencari tahu hal-hal yang tak perlu, kan. Untuk apa kau mencarinya? Kau ingin menemui dan memintanya untuk membesarkanmu. Kau pikir ia akan mengakui dan menerimamu sebagai anaknya?

Hei, ia sama-sama bajingannya dengan pengecut yang menghamili wanita lalu pergi meninggalkannya."

"Apa aku terlahir di dunia karena itu?"

"Kau cukup cerdas rupanya." Kenny mengelus kasar rambut hitam Levi yang sedikit kasar. "Tidak ada yang perlu kau cari-cari. Di dunia ini kau tak memiliki siapa-siapa lagi. Sekarang kau tahu alasanku mendidikmu sekeras ini, kan?"

OUR DIMENSIONS || LEVI X READERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang