underground

545 74 11
                                    

MAAF BANGET BARU BISA UPLOAD, KARENA AUTHORNYA YANG (SOK) SIBUKK:")

BTW, MAKASI BANYAK YA YANG UDAH MAU DUKUNG AKU BUAT LANJUTIN CERITANYA:3

DAN MAAF, KALO CERITANYA JADI MAKIN KESINI MAKIN BOSENIN, DAN MAKIN JARANG UPLOAD😟

AKU SAYANG BANYAK-BANYAK SAMA KALIAN!!😍

-
-
-

my point of view

Boleh aku mengeluh?

Aku muak bertahan di dalam jeruji besi yang kian menekan. Menyesakkan dada. Menghalangi indra penghirupku untuk bernafas bebas. Meremukkan tubuh. Hingga menyisakan rangkaku yang diam tak bisa apa-apa. Jari jemari yang kupunya, juga tak mampu membuka benda sial yang kokoh mengurung. Tak berguna.

Dan yang paling menyedihkan adalah--aku sendirian disana, terkurung oleh hal yang sangat ku benci ; senyap dan gelap.

Hati tak tenang. Dilanda ketakutan dan kecemasan. Dilanda kesedihan dan amarah. Harap-harap menantikan seseorang lewat membebaskanku dari tempat menyedihkan ini.

Beginikah caraku hidup?

Selalu terkurung dalam kekangan orang lain, tak mampu memilih jalan hidupku sendiri.

Hingga, akhirnya, aku menemukan--

Suara samar-samar yang memecah kesunyian. Ruangan yang sedari tadi tiba-tiba menghimpitku menjauh. Sempit menjadi leluasa. Gelap pada mataku tak lagi terlihat. Sayup-sayup cahaya masuk ke iris mataku. Bayangan siluet hitam membentuk tubuh seorang. Dengan suara berat lirih mengudara. Tangan-tangan kasar meraih hangat setiap jari jemariku.

Ah, aku tahu.

Orang itu memanggilku.

"Y/N-" Panggilan datarnya cukup membuat sekujur jiwaku menghangat. "-bangun, kita sudah sampai."

Usapnya pada pelupuk mataku. Nampak sebulir air bening membasahi ibu jarinya.

Mimpi apa aku barusan? Kenapa aku menangis?

Akhirnya! Aku dan Kapten Levi tiba di Distrik Bawah Tanah, tempat kelahirannya.

Entah ini liburan, atau hanya sekedar menemaninya bekerja--aku tak terlalu menyibukkan diri dengan menanyakan hal itu. Karena, yang saat ini ada di dalam kepalaku hanyalah ; aku senang saat bersamanya. Sungguh! Dalam rangka apapun, aku tak keberatan untuk mengekorinya, asalkan satu. Ia ada bersamaku.

Berkat satu kencan aneh ini, kami mampu mengalahkan ego masing-masing.

Sifatku yang sangat merepotkan. Mudah marah, dan suka menyimpulkan semuanya sendiri. Mungkin adalah satu dari sekian alasan mengapa saat itu kami ber-cek-cok panas. Apalagi ditambah kekanak-kanakanku yang bertolak belakang dengan ia yang dewasa, arogan, dan kaku. Tak heran jika jalan fikiran kami sering berbeda.

Pertengkaran demi pertengkaran. Pasti yang seperti ini akan terjadi lagi suatu saat nanti.

Meskipun begitu, aku tidak mau menyerah. Aku akan terus mengimbanginya. Aku akan berusaha mengerti keadaannya. Apapun itu caranya, aku ingin terus mendukungnya.

Tepatnya, aku tak mau hal semacam ini terjadi lagi. Aku tak ingin berpisah satu saat nanti.

Kata kapten, selepas ini ia akan membeli sepasang tongkat dan beberapa pakaian untukku sebelum akhirnya menuju ke rumah lamanya dan pergi mengurus urusan pribadinya.

"Tch-ceroboh sekali."

"Menyusahkan saja."

Begitu katanya, saat ia tahu aku tak membawa apapun untuk dibawa ke sana.

OUR DIMENSIONS || LEVI X READERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang