messy room

765 117 12
                                    

HEI HEI, GIMANA KABARNYA?
GENKI DESKA?(づ ̄ ³ ̄)づ

TERIMAKASIH BANYAK YA BUAT YANG SUDAH MAU MAMPIR DAN VOTE<3
SEHAT-SEHAT SELALU !!!

G-GOMEN KALO ADA PART YANG BUAT RISIH (╥﹏╥)

SELAMAT MEMBACA ! ¡ ! (╯3╰)


"Sesuai janjiku." seorang wanita paruh baya menggenggam tangan anak kecil yang tengah ikut berdiri di sandingnya. "Aku datang untuk menyerahkannya padamu."

Di bibir pintu, berdiri seorang pria yang tampak tengah menanti kehadiran mereka. "Terimakasih, karena kau sudah menerima keputusannya."

"Tidak masalah. Bagaimana pun juga, ini salahku."

Sorot mata bocah kecil tampak mengerjap-ngerjap kebingungan. "Apa yang mama serahkan?"

Kedua pihak yang saling mematung, menatap satu sama lain. Menyimpan perasaan iba pada si buah hati.

"Y/N." pipi si bocah tersentuh lembut oleh ibunya. "Untuk saat ini kau tinggal bersama ayah, ya?"

"Tapi, ayah selalu pulang larut malam. Aku tidak mau sendirian!"

"Tidak lagi, ayah akan pulang lebih awal. Ayah sudah berjanji, akan menemani kamu kapanpun kamu mau! Benar kan, ayah?"

Sang lelaki mengangguk pelan. Tersenyum tipis ke arah buah hatinya.

"Bahkan jika aku meminta seharian penuh?" bocah itu menatap sang ayahnya yang menjulang tinggi di hadapannya.

Kemudian sang ayah terkekeh. "Mana bisa ayah menemanimu seharian penuh, hah? Ayah juga harus bekerja, sayang."

Y/N tertawa malu melihat ayahnya mencubit hidung kecilnya.

"Kalau kamu mau main saat sudah pulang, pasti ayah akan temani. Dan apapun oleh-oleh yang kamu minta pasti ayah belikan, untuk satu-satunya anak ayah yang paling cantik sedunia!"

"Eh, tapi kalau aku minta naik kuda?"

"Naik kuda? Baiklah!" Sang ayah mengernyitkan dahi. Heran dengan keinginan si buah hati. "Dengan senang hati."

"Janji?" Deretan gigi si buah hati menambah gemas pria itu.

"Janji!"

Sang ayah menggendong hangat putrinya, lalu mengangkatnya tinggi-tinggi. Membuat keduanya saling bertukar tawa.

Sang ibu yang menatap merasa hampa, namun juga ada bahagia . . .

Pemandangan ini.

Pemandangan yang selalu dirindukan olehnya.

Dimana semuanya masih baik-baik saja.

Semuanya masih bisa tertawa bersama.

Masih bisa saling mesra.

Hingga akhirnya, semua yang ia impikan, mimpi kecil yang pernah terwujud seputar kebahagiaan bersama keluarga kecilnya, berakhir begitu saja.

Bukan, bukan karena lelakinya yang tak lagi mencintainya.

Tetapi karena dirinya, terlalu brengsek untuk dimiliki oleh sosok lelaki sempurna.

Ia tersenyum tipis. Bahagia. Dapat melihat si buah hati kembali tertawa dalam dekapan sang ayah. Walau mungkin, ini adalah pemandangan yang terakhir ia lihat.

"Baiklah, kalau begitu, aku harus segera pergi."

"Mama mau kemana?" sang anak menolehkan pandangannya pada ibunya.

OUR DIMENSIONS || LEVI X READERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang