Chapter 14

1.4K 236 33
                                    

Aku sarankan jangan baca part ini, karena kalian akan dibuat penasaran sampai tingkat dewa😌

Jangan Lupa Votmen–nya^°^

————————————

Suasana dalam mobil BMW berwarna putih di tengah kepadatan aktivitas jalan raya itu begitu mencekam.

Tidak ada satupun yang berniat membuka suara.

"jis, kau mau kami antar pulang. Atau ikut denganku?" tanya jennie yang berada di samping jisoo akhirnya buka suara, sementara yoongi sibuk menatap jalanan yang akan ia tempuh.


Hari ini adalah hari kepulangan jisoo dari rumah sakit.

Sedangkan jisoo hanya diam, tidak menanggapi ucapan jennie. Pandangannya kosong lurus ke depan.

"Sayang, aku lapar. Bagaimana jika kita makan dulu? Kau juga ikut sekalian, kau tidak pernah makan teratur jisoo," ucap jennie kembali membuka topik.

"A-ah.. i-itu baiklah kita mak–"

"Turunkan saja aku di depan sana"

Belum sempat yoongi menyelesaikan ucapannya, jisoo sudah terlebih dulu menyelanya.

"Kau mau kemana? Kita makan dulu, jisoo" bujuk jennie.

"Tidak, aku turun disini saja. Hentikan mobilnya yon" pandangan jisoo kosong.

Bahkan saat yoongi menghentikan mobilnya, jisoo keluar begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Jennie menatap punggung jisoo yang semakin menjauh dengan sedih, yang kini berada dalam taksi.

"Biarkan saja dia sendiri dulu. Mungkin dia butuh waktu sendiri" yoongi berkata, lalu menjalankan mobilnya kembali.

Mobil yang ditumpangi jisoo berhenti.
Dan tidak jauh dibelakang, sebuah mobil berwarna hitam juga berhenti.

Mata pemuda itu melihat sekeliling, tempat pemberhentian gadis yang diikutinya sedari tadi.

"Tunggu... Bukankah ini... Makam"

Jisoo berjalan lesu menuju makam.

Ya, jisoo mengunjungi makam kedua orangtuanya.

"Hai ayah... Ibu.. jisoo datang.." ucapnya sendu sambil membersihkan debu-debu yang mengotori foto kedua orangtuanya.

Jisoo meletakkan karangan bunganya.

"Ayah.. ibu apakah kabar kalian baik disana? Kabarku disini selalu tak baik," jisoo rasa cukup basa-basinya. Dia ingin segera mencurahkan bebannya saat ini juga.

"Ibu apa kau tahu? Aku sekarang tengah mengandung. Aku tahu kalian pasti sangat kecewa melihatku seperti ini, aku minta maaf.

Maaf karena tidak bisa menjaga diriku sendiri, hingga berakhir seperti ini. Dan hikss... Laki-laki itu menghilang ayah.. dia pergi entah kemana—

Hikss... Aku sudah memutuskannya ayah.. ibu, aku akan pergi dari kota ini. Aku ingin pergi jauh, aku ingin merawat anak ini, dengan tiada bayang-bayang lelaki itu.

Aku minta izin pergi, setelah aku melahirkan nanti, aku pasti kembali mengunjungi ayah dan ibu lagi. Aku minta kalian menerima keputusan ku ini hikss... aku akan sangat merindukan kalian" jisoo menangis, hatinya merasa pedih saat menceritakan semuanya terhadap kedua orangtuanya.

Jisoo memukul dadanya yang terasa sesak.

Dan tanpa jisoo sadari, sedari tadi ada yang mendengar ceritanya dan kini ia tengah menatap sendu punggung gadis itu.

"Sudah ya ayah.. ibu, aku harus pulang. Aku percaya kalian selalu ada di hatiku agar aku tak kesepian lagi. Sampai jumpa ayah.. ibu aku menyayangi kalian berdua," jisoo mengecup Poto ayah ibunya yang sedang tersenyum itu.

Lalu berbalik badan, dan mendapati seorang pemuda yang tengah bersandar di mobilnya.

"Kim jisoo, apa itu kau, nona?"

"Ya benar saya jisoo. ada perlu apa tuan" jawab jisoo tergagap karena merasa malu, pasti pria itu menganggap dia gila karena berbicara pada bongkahan tanah.

"Kita perlu bicara sebentar"

*

Hari kejadian ||

Tak lama disana, mobil datang. Mereka memasukkan Taehyung yang tak lagi bergerak, tak menandakan adanya kehidupan. Mereka meninggalkan tempat itu dengan membawa Taehyung, berencana membuang Taehyung hingga bahkan bangkainya pun tak tercium nanti.

Belum lama dari kepergian segerombolan itu, seorang pria turun dari mobilnya, dan keluar dari mobil itu. sepatunya yang hitam mengkilat tersorot lampu mobil Taehyung yang masih menyala. Pria berjas itu menunduk, ia berjongkok dan mengusap darah pada aspal itu. Ia menekankannya dan mengetahui bahwa darah itu masih sangat baru. Lalu, keterdiaman singkat itu terpecahkan ketika netranya menangkap plat mobil itu, yang diakhirnya bertuliskan KTH.

"Ini mobil Taehyung!" tukas pria itu terkejut, yang tak lain adalah Park Jimin.

"Apa semua ini? Kenapa Taehyungnya tidak ada? Dan mengapa ada banyak darah disini!" Jimin dibuat bingung oleh semua itu.

"Apa jangan-jangan telah terjadi sesuatu pada Taehyung? SHIT!" Jimin mengusak surainya kasar.

*

Jisoo memasuki kamarnya dengan pikiran yang semakin berkecamuk. Hatinya sangat mencelos setelah mengetahui fakta itu. Ia langsung melemparkan tubuhnya ke atas ranjang. Dirinya sudah cukup lelah, lelah dengan pikirannya, lelah dengan semuanya.

Perkataan pria asing yang menemuinya tadi siang cukup membuat pikirannya berantakan. Tidak pernah menyangka, tidak pernah juga menduga.

"Hah...!" jisoo menghembuskan nafas kasarnya.

"Maafkan aku Taehyung.. Maafkan aku" ucap jisoo memejamkan matanya. Airmatanya menetes membasahi boneka pikachu miliknya yang sedang ia peluk erat.

Drtt... Drtt..

Ponsel jisoo berdering, dan ia pun segera menjawab teleponnya.

"Youbse—"

"AYO.... MENIKAH...." suara di seberang sana mengejutkan jisoo.

"Huh...?" jisoo masih bingung.

"MENIKAH... AKU BILANG, AYO KITA MENIKAH. KAU DAN AKU.. MENIKAH..." ucap suara itu lagi.

Jisoo yang blank melihat layar handphonenya, mencari tau siapa sebenarnya yang menelpon dan tiba-tiba memintanya menikah.

"Taehyung..."




*

Kencangin Votmen nya kuy, ada niatan double up.

One Spring NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang