Bagian 4: Khawatir

4.8K 584 113
                                    

"Minho, ada yang sakit?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Minho, ada yang sakit?"

Chan berdiri di depan Minho yang kini wajahnya pucat dan raut wajahnya pun terlihat kurang semangat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chan berdiri di depan Minho yang kini wajahnya pucat dan raut wajahnya pun terlihat kurang semangat. Minho sedang kesal, saat bangun tadi ia terbangun bukan karena kemauannya, tapi karena mual. Istri Chan itu juga mengeluh kepalanya pusing dan sulit untuk makan. Cium bau makanan apapun pasti mualnya kambuh dan dunianya seolah berputar mau pingsan.

Semua keluhan itu tentu Chan tidak bisa bantu. Dia hanya bisa menenangkan dan beri kenyamanan. Pria tampan berusia tiga puluh delapan itu mengusap belakang kepala Minho. Membuat si manis menelusupkan wajahnya di dada yang lebih tua. Saat ini mereka sedang berdiri di depan pintu rumah, karena Chan harus pergi kerja.

"Kamu nggak usah kerja, Chan," gumam Minho. Sebelah tangannya yang hampir tenggalam dalam sweater menggenggam erat jas yang Chan kenakan.

"Maaf, saya nggak bisa. Kamu sama Juyeon aja di rumah, ya?"

Jika saja bisa Chan pasti akan dengan suka rela mengabulkan permintaan Minho. Tapi untuk saat ini tidak bisa. Ada rapat yang harus ia hadiri dan rapat itu menentukan nasib karyawan yang bergantung padanya. Bukan satu dua orang, tapi ribuan.

"Saya janji nanti pulang cepat, okay?"

Chan melepaskan pelukan mereka. Sedikit menundukkan kepalanya karena Minho terus melihat ke bawah. Namun sayang, Minho justru menghindari tatapan Chan. Padahal tidak pun disembunyikan Chan tahu istrinya itu sedang menahan tangis. Ia usap sekali lagi belakang kepala Minho, lalu dikecup dahinya dengan sedikit membungkukkan badan.

Keduanya tidak bilang apa-apa lagi. Minho pun dalam diam melepaskan pegangannya pada jas Chan. Tangannya mengepal erat. Padahal dia sangat ingin Chan tetap di rumah.

"Kamu mau makan sesuatu?" Tanya Juyeon setelah mobil Chan meninggalkan pekarangan.

Minho menggelengkan kepalanya, lalu balik badan dan langsung pergi masuk ke kamarnya di lantai dua. Juyeon saling lirik dengan Changbin. Si pria berbadan kokoh itu menghela napas. Susah kalau Minho sudah diam. Ditawari ini itu pun tidak akan mau. Pasti juga akan sulit membujuk tuan mereka itu untuk makan siang. Duh, Changbin lebih baik dijahili kalau begini.

LOVE SEQUENCE | BNH [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang