Bagian 28: Birthday

3.8K 513 254
                                    

- "Mama bilang saya lucu." -

.

.

Maaf kalau ada salah dalam penjelasan proses kelahiran, aku bukan orang yang ahli di bidang itu, dan cuma belajar sedikit dari penelusuran literatur di Internet. Makanya aku nggak jelasin secara detail. Semoga kalian enjoy bacanya. Dan semua ini murni hanya fiktif belaka.

Begitu pintu dibuka, Chan langsung masuk ke ruangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Begitu pintu dibuka, Chan langsung masuk ke ruangan. Minho sudah berganti baju dengan pakaian rumah sakit. Warnan birunya yang lembut membuat kulit putih Minho terlihat bersinar.

"Aku udah takut banget kirain bakal langsung operasi," beritahu Minho sambil terkekeh. Tangannya terulur untuk menyambut tangan suaminya. Kedua telapak tangan itu langsung saling menggenggam. Minho merasa tenang jika dia berpegang pada suaminya.

"Dokter bilang tiga jam lagi. Masih sakit?"

"Udah nggak terlalu, kata dokter wajar kok. Aku masih bisa tahan, sedikit."

"Sedikitnya seberapa?"

Minho memberitahu takaran sedikitnya dengan jari telunjuk dan ibu jarinya, "sedikit banget pokoknya."

Pria tiga puluh delapan tahun itu terkekeh. Ia kecup dahi istrinya, "hebat banget istri Chan."

Minho tersenyum malu. Ia dorong dada Chan menjauh, "belum, belum berjuang, Chan."

"Udah, hampir sembilan bulan loh kamu jaga anak kita. Sekarang hari H-nya. Hari yang kita tunggu-tunggu. Perasaan kamu bagaimana?"

"Deg-degan," Minho mengusap punggung tangan Chan. Lagi-lagi manik matanya tidak bisa berpaling dari manik bening suaminya.

Keduanya tidak peduli dengan ramai sekitar. Memang momen ini sudah ditunggu-tunggu, tidak heran persiapannya matang. Mereka bahkan menyiapkan dokumentasi khusus dengan merekam langsung. Jungwoo si juru masak tanpa disangka-sangka juga jago foto dan videografi.

Dalam hati juru masak itu membatin; lumayan, bisa nikmati momen pak bos sesuka hati.

"Saya juga deg-degan. Terus, terus, apalagi?"

"Bahagia, aku ngerasa kayak, wah akhirnya. Beneran yang senang banget gitu, kamu paham nggak?"

Chan mengangguk cepat, "paham. Rasa senang yang susah buat dideskripsikan, iyakan?"

Ganti Minho yang mengangguk. Kini kedua tangannya menggenggam salah satu tangan suaminya erat. "Kamu bakal nemenin aku, kan? Aku nggak mau sendiri. Aku mau kamu ada di sampingku nanti."

Senyum simpul yang hangat tersampir di bibir Chan. Ia balas genggam tangan Minho. "Pasti akan saya temani. Bayangin, saya akan lihat perjuangan istri saya yang cantiknya luar biasa. Saya juga akan dengar tangis pertama anak saya, lalu bagaimana jari-jari mereka bergerak mencoba meraih udara, bening kulitnya, juga halus rambutnya. Saya nggak mungkin ngelewati momen ini."

LOVE SEQUENCE | BNH [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang