Bagian 12: Kenyataan

3.3K 527 81
                                    

- "AKU BILANG KELUAR!" -

Jisung mengetuk beberapa kali ruang inap Hyunjin sebelum membuka pintu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jisung mengetuk beberapa kali ruang inap Hyunjin sebelum membuka pintu. Saat dibuka yang ia temukan hanya Juyeon yang setia menjaga pacarnya.

"Kakak nggak pulang?" Sambil meletakkan buket bunga segar ke atas nakas Jisung bertanya. Ia ganti bunga yang sudah layu dengan yang baru. Merapikannya dengan cekatan dan apik.

"Nggak," jawab Juyeon. Jisung bisa lihat genggaman tangan pria itu tidak pernah lepas dari tangan Hyunjin. Terlihat sengat erat dan penuh harapan.

"Kenapa?"

Jeda sejenak dari pertanyaan Jisung. Juyeon sibuk menatap dalam-dalam paras pucat Hyunjin yang tidak kunjung bangun. "Aku takut Hyunjin bangun dan nggak ada yang nemenin."

"Ada aku," sahut Jisung. Ia mendekat ke bangsal dan merapikan rambut pirang Hyunjin yang panjang. "Cepat bangun, Jin. Papa kamu udah kasih restu untuk kalian," Jisung tertawa kecil. "Kira-kira nanti kamu pakai jas atau malah kayak kak Minho ya nikahnya?" Ia bermonolog penuh tanya. Namun raut ceria itu berubah murung saat mengingat nama Minho. Pemuda itu sudah lebih dari dua hari tidak bisa dihubungi. Padahal keadaan Hyunjin tidak kunjung membaik.

Pemuda berambut cokelat dengan wajah mungil itu menoleh pada Juyeon, "kakak takut Hyunjin bangun atau takut kalau pulang nggak bisa balik lagi?"

Juyeon menaikkan sebelah alisnya. Tidak paham apa maksud Jisung.

"Kakak takutkan kalo kak Minho nggak ngizinin kakak balik lagi kalau pulang? Dia pasti taunya kakak pergi karena suruhan suaminya, bukan karena Hyunjin masuk rumah sakit."

Enggan dipungkiri, tapi benar begitu. Biasanya Minho akan marah kalau Chan menyuruhnya mengerjakan pekerjaan lain selain menjaga pemuda itu. Saat ini ia bahkan sudah tidak pulang selama beberapa hari. Minho pasti tidak akan membiarkannya pergi begitu saja setelah pulang. Dia pasti akan diwawancarai sampai mengatakan yang sebenarnya.

"Nggak salah kamu bilang begitu," ujar Juyeon. "Tapi..."

"Tapi apa? Aku makin nggak respect sama suami kak Minho kalau gini caranya. Dan kenapa selama beberapa hari ini kak Minho nggak bisa dihubungi? Apa karena suaminya juga? Memangnya kita ini apa sampai nggak boleh komunikasi sama kak Minho? Teroris? Pembunuh? Atau apa?"

"Jisung-"

"Bayangin coba, sahabat lo lagi sakit, tapi lo nya malah santai aja nggak ada beban. Sementara yang di sini lagi bertaruh nyawa. Gue nggak habis pikir sama kak Chan. Kenapa juga harus nyembunyiin ini dari kak Minho? Nggak masuk akal, kak."

Sejujurnya Juyeon malas berkomentar banyak, tapi ada kesalahpahaman di sini. Ia tatap Jisung tepat di mata, "Jisung," panggilnya lembut. "Ada alasana di setiap tindakan orang lain. Kamu nggak boleh berprasangka buruk dan ngehakimi gitu aja."

Jisung tersenyum sinis. "Kenapa? Mau bilang kalo apa yang dilakuin bos kakak itu demi kebaikan istrinya? Basi tau nggak?"

Setelah mengatakan itu tanpa kata Jisung pergi meninggalkan ruangan. Menarik kasar tas selempangnya dan bahkan tidak menutup pintu. Dia akan pastikan Minho tahu semuanya.

LOVE SEQUENCE | BNH [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang