Bagian 30: Pulang

3.2K 484 140
                                    

- "Sayang, bilang dulu kalau saya ganteng." -

Ada hal yang buat Minho merasa terpesona baru-baru ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada hal yang buat Minho merasa terpesona baru-baru ini. Sebenarnya enggan mengakui, tapi mau bagaimana kalau pesona suaminya memang kuat sekali. Benar, Bang Chan adalah seseorang yang buat dia terpesona. Pria itu sangat luar biasa. Suami siaga yang selalu ada tiap kali Minho butuh apapun.

Saat ini dia sedang berbaring di bednya, sementara Chan sedang menyusun pakaiannya juga milik Jeongin dan Sungchan ke dalam tas. Padahal sudah ada Yeji yang siap melakukannya.

"Tadi baju yang warna cream mana?" Suara Bang Chan yang lembut bertanya pada Yeji. Pria itu benar-benar memperhatikan segala hal. Super teliti soal sesuatu yang anaknya pakai.

"Tadi tuan masukkan ke tas yang satu lagi, tuan." Yeji bergerak cepat membantu Chan mengambil tas di sudut sofa.

"Oh iya," Chan membongkar tasnya untuk memastikan baju yang dicari ada.

"Nggak usah dipindah ke lemari semua, Chan. Nanti kalau mau pulang ribet nyusun lagi ke tas."

"Nggak papa, nanti saya suruh Yeji. Iyakan, Yeji?"

Yeji tersenyum paksa, "iya, pak. Nanti akan saya bantu."

Minho menggeleng maklum, Chan dengan segala sikap tukang perintahnya muncul lagi.

"Saya mau lihat anak-anak pakai baju ini," Chan mengangkat dua buah jumper lengkap dengan tudung kepalanya. "Lucu banget nggak sih? Tudungnya ada telinganya."

"Ya ada, itukan kelinci."

"Ini yang abu kayaknya bukan kelinci."

"Itu serigala."

"Serem banget," gumam Chan. Ia lipat lagi bajunya, lalu diberikan pada Yeji. Dalam kesempatan yang singkat Minho memejamkan matanya. Setelah melahirkan bawaannya mengantuk terus. Matanya tidak bisa diajak kompromi untuk terus terbuka.

Chan mendekati istrinya. Ia tahan kepala Minho yang miring ke kanan, lalu diperbaiki posisi tidurnya agar lebih nyaman. Kedua tangannya tersanggah di pinggiran bed Minho. Ia perhatikan raut wajah istrinya. Bibir yang biasanya terlihat segar dengan bubuhan lipbalm kini pucat dan sedikit pecah-pecah.

"Oh!" Dia ingat sesuatu. Minho biasanya meletakkan lipbalm di tas. Mana tau di tas yang dipersiapkan untuk persalinan juga ada. Ia periksa dengan cepat dan memang benar ada. "Dasar, pecinta lipbalm," gumamnya. Kapan-kapan akan dia belikan satu dus.

Eh, tapi tidak, nanti kalau tidak habis bisa kadaluarsa.

Chan kembali duduk di kursi. Pelan-pelan ia bubuhkan lipbalm stroberi di tangannya ke bibir Minho yang sedikit terbuka. Ibu muda itu sedikit terusik. Namun tidak bangun dan justru mengecap bibirnya.

"Lucu banget kamu," puji Chan. Ia cium pipi Minho sambil dihirup harumnya. Memang beda, tidak mandi saja Minho tetap seharum ini. Bagaimana Chan tidak semakin cinta, halah, jadi malu memikirkannya.

LOVE SEQUENCE | BNH [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang