Bagian 36: Terungkap

3.3K 479 127
                                    

- "Kamu mau kita berantem lagi?" -

Minho memijat dahi dan pelipisnya yang berdenyut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Minho memijat dahi dan pelipisnya yang berdenyut. Ia tepikan bantal yang sejak tadi dipeluk, turun dari ranjang, dan hampir tersungkur karena mendadak sempoyongan. "Aduh, ini kepala bisa diajak kompromi bentar nggak sih," gerutunya. Padahal tadi dia sudah minum obat, tapi kenapa masih pusing.

Pemuda berbalut baju tidur lengan pendek dan celana yang juga pendek itu berjalan keluar kamar. Tidurnya tidak akan tenang kalau meninggalkan suami yang menangis sebegitu pilu sendirian. Dan Minho cukup terkejut saat menemukan Changbin berdiri di depan pintu kamar dengan wajah tidak kalah terkejut.

"Kamu nggak tidur?"

"Sebentar lagi, tuan."

Minho tahu Changbin tidak akan tidur sebelum dia tidur. Meski dia tahu alasannya, tapi Minho coba untuk bersikap biasa saja. "Kamu lihat Chan tadi nggak?"

"Tuan Chan pergi ke atas, tuan."

"Okay, thanks."

Kakinya hampir melangkah pergi saat Changbin kembali buka suara, "perlu saya temani, tuan?"

"Nggak, gue mau ngobrol sama Chan. Jangan ada yang naik, okay?"

"Baik, tuan."

Minho melangkah cepat menaiki tangga. Walaupun harus berhenti beberapa kali karena kepalanya pusing. Changbin di bawah sudah was-was tuannya itu akan jatuh. Kenapa susah sekali untuk terima bantuannya kalau untuk jalan saja masih pusing. Changbin ingin marah, tapi tidak bisa.

Begitu sampai lantai dua, Minho buka pintu kamar mereka, tapi kosong. Lalu ia berjalan cepat menuju ruang kerja pria itu; pintunya terbuka sedikit. Minho intip dan terkejut mendapati ruangan itu sudah tidak karuan. Perlahan kakinya masuk kian dalam, melirik sekitar yang sumpah demi apapun kenapa bisa sehancur ini. Monster mana yang menghancurkannya.

"Chan...," Suara Minho seperti hilang ditelan malam. Sangat tipis karena takut. Begitu dia temukan suaminya terduduk di dekat meja kerja dengan kepala menunduk, Minho tidak bisa tahan lagi tubuhnya. Segera ia bersimpuh dan menarik pria itu dalam pelukannya.

Selama mereka menikah tidak pernah ia lihat Chan sehancur ini. Pelukan hangat yang menjalar di punggungnya hanya buat tangis Chan semakin keras dan deras. Padahal dia tidak balas pelukan Minho, tapi rasanya dadanya menghangat luar biasa.

Ini kali kedua dia melihat Chan menangis setelah mereka kehilangan anak pertama mereka dulu. Tangisnya mungkin tidak sekeras dia menangis, tapi melihat tubuh pria itu bergetar buat dadanya nyeri.

"Saya nggak niat buruk, niat saya baik, Minho," jelas Chan disela tangisnya. Tangannya memegang lengan atas Minho erat. Ketika pandangan mereka bertemu Minho bisa lihat ada ketakutan di sana.

"Kamu mau apa? Saya akan turuti semua. Saya janji nggak akan suruh Changbin foto kamu lagi, saya janji Minho, janji hiks... Saya nggak niat jahat."

"Chan."

LOVE SEQUENCE | BNH [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang