2. Passport

1.7K 318 38
                                    

"Jennie, Lisa! Kami mungkin akan membunuhmu sekarang juga!" Jisoo berteriak keras di depan dua tubuh yang tengah tertidur lelap sambil berbagi pelukan. Mereka berempat harus segera mengejar penerbangan untuk pergi ke negara lain yang menjadi tujuan konser mereka selanjutnya. Namun sayang, duo rap line kebanggaan mereka itu nampaknya malah lebih memilih untuk tidur daripada bersiap untuk menaiki pesawat. Para manager bahkan sudah menyerah dalam membangunkan mereka hingga Jisoo mau tak mau harus turun tangan dalam menangani kedua anak itu.

"Unnie, Lisa-ya, ayo bangun!" Rosé ikut mengguncangkan tubuh Jennie dan Lisa, namun tak ada perubahan. Mereka malah semakin mengeratkan pelukan untuk mencari posisi yang lebih nyaman setelah diguncang oleh Rosé. Para manager sudah tampak putus asa dan menatap Jisoo dengan sendu. Mereka mungkin akan tertinggal pesawat sebentar lagi.

"Kau tidak memberiku pilihan, Kim." Gumam Jisoo. Gadis itu kemudian menunduk lebih dekat lalu meletakkan jari telunjuknya di lubang telinga Jennie dan Lisa. Dan dalam hitungan detik, dua gadis itu terlonjak bangun dengan Jennie yang menjerit dan Lisa yang tampak kaget dengan mata membulat sempurna sambil memegangi telinganya. "What the f-"

"Berhenti disana, mulut kotor! Ayo cepat bersiap atau kalian akan kami tinggalkan!" Tukas Jisoo menatap tajam Jennie yang memandangnya seperti Kuma yang sedang terluka.

Tentu saja Jennie terluka! Kakak sialannya itu dengan berani melukai fisik dan perasaannya sekaligus!

"Apa itu tadi?" Tanya Lisa yang seakan baru tersadar dari keterkejutannya. Jisoo hanya memutar matanya malas lalu pergi dari ruangan itu untuk kembali ke kamarnya. Meninggalkan orang-orang disana (kecuali Jennie tentunya) kebingungan akan apa yang telah gadis itu lakukan untuk membangunkan Lisa dan Jennie. Benarkah hanya dengan meletakkan jari di telinga? Bukankah Rosé bahkan telah mengguncang mereka dengan begitu kuat tapi tidak berhasil?Lalu kenapa Jisoo yang hanya melakukan itu bisa membuat keduanya terbangun? Sungguh tidak masuk akal!

"Apa yang Unnie lakukan?" Tanya Rosé penasaran. Apalagi dengan reaksi terkejut Lisa dan wajah kesal Jennie setelah kepergian Jisoo.

Lisa menggeleng dengan wajah kosong, belum melepaskan tangannya dari telinga.

"Dia menyetrum kita." Jawab Jennie ketus sambil berlalu menuju kamar mandi.

"MWO?"

***

"Ugh, aku lapar." Celetuk Rosé sambil mengobrak-abrik tas yang ada di sebelahnya. Mereka kini tengah berada di ruang tunggu bandara sebelum menunggu pengumuman keberangkatan. Dan sayangnya, Rosé yang tidak memiliki kegiatan selain memainkan ponsel kini mulai kembali merasa kelaparan padahal dirinya sudah menikmati sarapan di hotel tadi.

"Diantara kita berempat, hanya kau yang tadi menghabiskan dua porsi makanan." Timpal Lisa seraya merebut tas yang tengah Rosé pegang. Ya, tas miliknya. "Tapi aku lapar!" Rengek gadis Australia itu, memasang wajah memelas, meminta belas kasihan ketiga saudaranya. Saudara? Ya. Saudara. Tidak ada kata yang lebih baik untuk mendeskripsikan satu sama lain selain kata saudara dan keluarga. Karena memang itulah mereka.

Jisoo menghela napas sekilas lalu menyodorkan sebungkus snack cokelat untuk si tukang makan yang tengah merengut. "Pastikan itu membuat perutmu kenyang sampai kita mendapatkan makan siang di pesawat." Ujarnya. Rosé memekik girang lalu mulai memakan snack pemberian Unnie-nya. Namun selesai dengan urusan Rosé, kini malah giliran Lisa yang tampak cemberut dan menatap cokelat yang tampak sangat menggiurkan ditangan Rosé. "Aku juga mau." Rengek si maknae denga bibir mengerucut.

"Apa setiap maknae memang diciptakan untuk menjadi tukang makan?" Tanya Jennie ringan dengan wajah tanpa dosa. Membuat Lisa mengerang kesal dan Rosé kembali merengut lucu dengan bibir maju. "Lapar itu manusiawi!" Bela Rosé tanpa menghentikan kunyahannya.

The WitchesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang