The Witches

21. Getting Better

Jisoo dan Jennie. Gadis-gadis itu menatap lurus ke arah dua Maknaenya yang mendadak terdiam setelah pandangan mereka bertemu. Lisa dan Rosé tampak terkejut dan terlihat.. takut? ketika melihat mereka. Entahlah, tak ada yang tahu. Namun Jisoo berspekulasi kalau sepertinya anak-anak itu tak ingin menimbulkan keributan lain jika Jennie dan Jisoo sampai mengetahui bahwa mereka kembali pergi dengan Krystal. Tapi well, gadis-gadis Kim itu memang telah lebih dulu melihatnya.

Jennie dan Jisoo tiba beberapa saat lebih cepat dari Lisa serta Rosé. Dan ya, mereka menyaksikan semuanya. Dan walaupun mereka telah sepakat untuk membiarkan para Maknae bergaul dengan siapapun, namun tetap saja, rasa tak nyaman ketika melihat Krystal tak bisa dipungkiri masih setia bercokol di hati mereka. Mereka sungguh mengkhawatirkan Lisa dan Rosé. Namun melihat Anak-anak itu tampak bahagia dengan Krystal, Jennie dan Jisoo merasa tak berdaya. Siapalah mereka menghalangi kebahagiaan Lisa dan Rosé?

"Mau naik tidak? Ayo cepat, sini! Tanganku pegal!" Seru Jisoo memecahkan ketegangan itu. Rosé dan Lisa mengerjap seketika dan langsung berlari menuju lift yang masih ditahan oleh tangan sang Unnie.

Mereka berempat kini mulai naik ke lantai 7, dimana dorm mereka terletak. Dan sepanjang perjalanan itu, tak ada yang mampu bersuara. Lisa masih setia berdiri kaku sambil berpegangan pada lengan Rosé, sementara Jennie berdiri di belakang Jisoo seraya memegang ujung kaos yang kakaknya kenakan. Jisoo yang paling memiliki kapasitas untuk memecahkan suasana itu pun memilih untuk diam karena tak yakin harus seperti apa ia memulainya.

"Mm.. ada yang mau Croffle? Aku belajar membuatnya kemarin." Semua orang menoleh ke arah Jennie yang tiba-tiba berbicara begitu pintu dorm dibuka oleh Jisoo. Suasana benar-benar hening, membuat Jennie harus mengigit bibir bawahnya dengan gugup. Ini sangat bukan mereka. Diam, hening dan canggung. Aneh sekali! "O-oh, kalian tidak mau, ya? Uhm, yasudah." Gumam Jennie sambil berjalan terburu-buru mendahului tiga gadis lain. Malu!

Namun Rosé cepat bereaksi dan segera berlari mendekati Unnie keduanya itu. "Buatkan aku dengan butter yang banyak!" Katanya sambil menggandeng lengan Jennie erat-erat. Lisa yang melihat itu kemudian ikut bergabung dan meraih sebelah tangan Jennie yang lainnya. "Aku mau rasa cokelat!" Timpalnya riang.

Bibir hati Jisoo terangkat. Akhirnya ia bisa bernapas lega begitu melihat adik-adiknya mulai bersikap seperti biasa pada satu sama lain, tanpa harus melakukan usaha lebih yang akan mengakibatkan suasana canggung lainnya. Kepribadian hangat Rosé dan Lisa nampaknya harus disyukuri disaat-saat seperti ini. Karena buktinya, Jennie saja langsung mencair dengan cepat dan kini telah merangkul si kembar beda Ibu ke dalam pelukannya.

"Jika Jisoo Unnie masih ingin berdiri disana, lebih baik jangan berikan ia Croffle." Ucap Rosé pada Lisa ketika mereka berjalan beriringan menuju dapur. "Ya. Unnie yang norak itu belum pernah mencoba Croffle dan dia menyia-nyiakan kesempatan ini. Sayang sekali." Lisa berbisik namun semua orang bisa mendengarnya dengan sangat jelas hingga membuat Jennie terkekeh geli sementara Jisoo mendengus kesal.

"Kalau kalian kira aku tidak akan membalas, itu salah besar!" Seru Jisoo yang kemudian menutup pintu dengan kasar lantas berjalan tergesa untuk menarik telinga Rosé dan Lisa hingga anak-anak itu memekik kesakitan. "Akhh, ampun!!" Keduanya terpekik kencang. Tawa Jennie mengalun mengiringi jeritan-jeritan dari dua anak itu, menghadirkan suasana hangat yang kembali hadir mengisi seluruh penjuru dorm.

***

"Ugh, kenyang sekali." Ucap Lisa sambil mengelus perutnya yang sedikit membuncit. Rosé bersandar pada bahu gadis itu kemudian menguap tak lama kemudian. "Kalau ngantuk, segeralah tidur." Ucap Jisoo yang duduk tak jauh dari mereka. Oh, empat gadis itu tengah menonton film sekarang. Setelah puas memakan croffle buatan Jennie, keempatnya memutuskan untuk menonton film dan mengobrol sebelum tidur.