22. I Wonder..

447 80 11
                                    

Sosok itu memandang tajam orang di depannya. Tatapannya cenderung datar namun menusuk; dan itu berhasil membuat siapapun yang melihatnya menggigil dalam ketakutan. "Kau terlalu lambat." Katanya. Masih dengan intonasi yang datar, seakan tenang namun menyimpan banyak kemarahan di dalamnya.

"Aku.. berusaha menyerang lewat titik terlemah mereka. Dan itu membutuhkan waktu. Aku minta maaf. Aku janji akan mempercepat semuanya." Orang yang kini berdiri seraya menunduk membalas terburu dengan suara yang sedikit bergetar. Sosok wanita dengan gaun hitam yang melekat membingkai tubuhnya itu kemudian melangkah mendekat dan mengangkat dagu lawan bicaranya menggunakan telunjuk.

"Waktumu tidak banyak, adik manis. Jangan sampai aku menghajarmu hingga babak belur, untuk yang kedua kalinya." Bisik wanita itu, tepat di telinganya orang yang dipanggilnya adik manis. Ia kemudian terkekeh kecil dan menepuk pipi orang itu berkali-kali.

"Pergilah. Aku mulai muak melihatmu." Katanya sambil berlalu, kembali ke singgasananya.

"Baik, sunbaenim."

***

"Sepertinya kita juga bisa memelihara panda di dorm." Lisa berkata setelah menyuapkan es krim cokelat pesanannya. Mereka baru saja selesai mengelilingi penangkaran hewan yang didominasi hewan langka itu. Keempatnya mengunjungi panda, simpanse dan beberapa spesies burung. Namun sepertinya, panda adalah yang paling menarik perhatian mereka, terutama si maknae.

"Kalau kau mau berurusan dengan pemerintah, silahkan saja." Balas Jisoo santai. Lisa memanyunkan bibirnya dan mendengus kesal. "Kita ini Blackpink. Apa sih yang tidak bisa kita lakukan?" Tanyanya congkak. Jennie hanya tertawa mendengarnya sementara Jisoo membalas dengan mata yang berputar sekian ratus derajat.

"Memelihara panda? Itu, tidak bisa kita lakukan." Rosé tiba-tiba menyahut, terlewat santai dan tak peduli sampai membuat Lisa menyerah dan hanya bisa menghentakan kakinya dengan kesal.

"Sudahlah. Dorm kita bahkan sudah seperti kebun binatang. Rasanya tak perlu memelihara panda lagi." Jennie berusaha menengahi sebelum kemudian tersenyum lebar dan menatap ketiga gadis di depannya dengan mata yang berkedip beberapa kali. "Lagi pula kan ada aku, yang lebih lucu." Lanjutnya.

"Huekkkkkk.."

Ketiganya merespon secara bersamaan. Membuat Jennie memekik kesal dengan kening yang berkerut tak terima. "YAH!" Protesnya keras. Namun Jisoo, Rosé dan Lisa hanya tertawa melihat kemarahan si kucing galak.

"Kalian benar-benar menyebalkan." Gerutu Jennie. Rosé mengangkat bahunya dengan cengiran yang masih tersisa. "Lebih tepatnya, kita semua menyebalkan. Mungkin itu alasan Tuhan mempersatukan kita." Balasnya terlihat bangga dengan ucapannya sendiri.

"Kau terlihat bangga mengatakan itu. Bocah aneh." Lisa menggeleng beberapa kali. Tak habis pikir dengan ucapan sahabatnya itu.

"Apa katamu?! Berani-beraninya kau mengataiku aneh?" Rosé memekik tak terima namun Lisa hanya mencemooh dengan menjulurkan lidahnya kerah Rosé. Dan yaa keributan pun tak terhindarkan. Dua maknae itu akhirnya mulai adu mulut sambil sesekali melakukan kontak fisik seperti mendorong dan memukul ringan satu sama lain.

Sementara Jennie dan Jisoo hanya mampu beradu pandang sambil menggelengkan kepala mereka secara bersamaan. Tak mau ikut campur dalam pertikaian adik-adik mereka itu. Terlalu sering, mereka sudah terbiasa dengan itu.

***

"Hujannya cukup deras." Jisoo menutup pintu mobil dengan terburu-buru. Mereka akan segera pulang ketika hujan mendadak turun membasahi bumi. Hari sudah cukup gelap dan tidak memungkinkan untuk menunda lagi waktu kepulangan mereka. Sebenarnya keempatnya sudah akan pulang sejak beberapa jam lalu. Namun aksi live music di kafe tempat mereka menyantap makan siang ternyata sangat menarik perhatian dan membuat mereka tinggal selama berjam-jam.

The WitchesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang