5. Kim

1.5K 242 14
                                    

Berita penyerangan di konser Blackpink menjadi topik paling panas saat ini. Para penggemar yang mengkhawatirkan idola mereka menyuarakan protes habis-habisan atas kelalaian staf security yang telah ceroboh hingga seseorang dengan senjata tajam bisa masuk ke arena konser, terlebih, sampai melukai gadis-gadis itu. Namun agensi juga promotor telah bergerak cepat dan segera menangani masalah itu termasuk memenjarakan orang yang bersangkutan serta meminta maaf pada pihak yang dirugikan terutama Blackpink sebagai korban.

Dan sekarang, empat gadis itu tengah tertidur lelap di kamar yang sama walau matahari sudah membumbung tinggi di angkasa. Mereka kelelahan. Kejadian kemarin benar-benar menguras seluruh tenaga dan pikiran mereka. Terlebih lagi, para manager cepat-cepat mengurus kepulangan mereka demi keamanan dan menghindari media yang mungkin akan menggila dalam beberapa saat. Sehingga mau tak mau mereka harus segera terbang ke Korea malam itu juga sebelum semuanya menjadi semakin rumit. Sebagian staf tentu masih berada disana untuk mengurus kekacauan kemarin. Namun yang jelas, keselamatan gadis-gadis itu adalah yang paling utama saat ini.

Beberapa jam kemudian, Jennie adalah yang pertama bangun. Jika semalam, punggungnya hanya terasa kebas dan tidak nyaman, maka sekarang dia mulai merasakan sakit hingga tanpa sadar membuat gadis itu meringis saat berusaha bangkit dari kasur. "Jendeuk?" Suara serak Jisoo membuat Jennie menoleh dan mendapati Unnienya yang juga terbangun.

"Selamat pagi, Unnie." Sapanya sambil tersenyum. Jisoo mengusap wajahnya sekilas lalu menoleh ke arah jendela yang sedikit terbuka. "Sepertinya sekarang sudah tidak pagi lagi." Sahutnya sambil duduk perlahan, melakukan gerakan seminim mungkin agar Rosé dan Lisa tidak terganggu.

"Bagaimana punggungmu?" Tanya Jisoo membuat Jennie mengerucutkan bibirnya dengan manja. "Sakit." Jawabnya.

Jisoo menghela napas pelan lalu mulai turun dari ranjang. "Ayo temui Imo." Ajak Jisoo. Imo yang Jisoo maksud adalah Ibu Jennie yang sepertinya ada di lantai bawah karena kebetulan, saat ini mereka memang sedang berada di rumah Jennie. Setelah mendengar berita kemarin, Ibu Jennie tentu sangat mengkhawatirkan anak tinggalnya dan meminta semua orang untuk membawa anak itu pulang ke rumah. Dan Lisa, Rosé serta Jisoo yang masih tidak ingin berpisah dengan satu sama lain memilih ikut dan menginap di rumah Jennie. Terlebih mereka memang masih mengkhawatirkan gadis kucing itu.

"Kan sudah bertemu semalam." Ucap Jennie dengan manja, memeluk erat perut kakaknya.

"Kau tahu bukan itu maksudku." Sahut Jisoo memutar matanya secara mental. "Tapi aku baik-baik saja." Ucap Jennie masih tak mau bergerak dari posisinya. Memancing kekesalan Jisoo untuk naik ke permukaan hingga si Unnie dengan paksa melepaskan jalinan tangan Jennie di punggungnya dan bangkit meninggalkan kasur.

"Kau lebih suka punggungmu sakit?! Ayo cepat turun!" Paksa Jisoo tegas, membuat Jennie kembali mengerucutkan bibir dan terpaksa bangkit mengikuti Jisoo.

"Kalian sudah bangun." Sapa Eunji, Ibu Jennie ketika melihat dua gadis itu berjalan beriringan menuruni tangga. Jennie hanya bergumam kecil kemudian duduk di sebelah ibunya dan memeluk pinggang wanita tua itu. Sementara Jisoo langsung duduk di seberang Ibu dan anak itu tanpa sungkan. "Punggung Jendeuk sakit, Imo." Celetuk Jisoo yang disambut helaan napas dari Eunji dan dengusan kesal dari Jennie.

"Biar Eomma lihat." Pinta wanita beranak satu itu. Jennie hanya pasrah dan membiarkan ibunya menyingkap baju yang ia kenakan hingga memar keunguan itu tampak di pengelihatan sang ibu. Untuk beberapa saat, Eunji hanya menatap sedih punggung anaknya sebelum kemudian menyentuh luka itu dengan lembut. "Nyaman?" Tanya Eunji.

"Ne." Gadis bermata kucing menjawab pelan. Dan dengan itu, Eunji mulai mengusap punggung anaknya sembari merapalkan mantra penyembuhan yang sudah menjadi tradisi turun temurun keluarga Kim. "Kau sepertinya sangat menyayangi anak ini ya, Ji? Imo melihat videomu ketika menangis." Goda Eunji tiba-tiba.

The WitchesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang