17. Yes

1K 194 2
                                    

Seminggu setelah mereka kembali ke Seoul, keadaan berangsur menjadi lebih baik. Lisa dan Rosé mau tak mau mulai terbiasa dengan segala hal berbau sihir yang akhir-akhir ini memang dengan sengaja sering ditunjukkan oleh kedua Unnie. Seminggu yang lalu pula, sepulangnya mereka dari Jeju, duo Maknae langsung dibawa menuju kediaman Jisoo yang hari itu diisi oleh seluruh keluarga Kim termasuk kedua orang tua Jennie juga Gi-Jeong, kakek dari dua Unnie. Para orang tua (secara mengejutkan) mengambil peran untuk menjelaskan segala hal secara rinci dan runtut hingga Lisa dan Rosé perlahan mengerti dan mulai menerima kenyataan aneh ini.

Jisoo dan Jennie sendiri akhirnya bisa bernapas dengan lebih leluasa setelah identitas mereka terbuka dihadapan Rosé juga Lisa. Sebagian beban mereka seakan terangkat karena kini, mereka tak perlu lagi menyembunyikan kemampuan negeri dongeng mereka dari dua Maknae. Dalam kurun waktu satu minggu tersebut, Jisoo dan Jennie mungkin sudah puluhan kali membuat Rosé juga Lisa terkejut dengan kelakuan mereka. Sebutlah benda-benda yang melayang di seluruh dorm, perpindahan posisi dua Unnie yang tidak masuk akal, dorm yang tiba-tiba berantakan kemudian bersih dalam sekejap, dan masih banyak lagi hal tidak masuk akal yang tiba-tiba terjadi di depan mata. Bersyukurlah Lisa dan Rosé memiliki kondisi jantung yang kuat hingga mereka tidak perlu pingsan atau bahkan mati ditempat karena keterkejutan luar biasa.

"AKHH!"

Seperti pagi ini, jeritan Lisa tiba-tiba terdengar begitu gadis itu masuk ke area dapur. Ada Jennie, yang tengah duduk di kitchen stool sambil memberikan cengiran lebar pada si Maknae. Sampai disitu, semua terasa normal. Kecuali pada bagian dimana beberapa alat masak kini tengah bekerja sendiri diatas kompor yang menyala. Lisa mundur satu langkah, menarik napas panjang kemudian meneruskan perjalanannya menuju kulkas; mengambil air dingin.

"Selamat pagi!" Sapa Jennie dengan riang, seakan tanpa dosa. Lisa hanya memberikan lirikan datar dari balik gelas yang menutupi sebagian pandangannya. Gadis itu mengusap dada secara mental. Jika dilihat-lihat, si kucing ini mulai bertindak seenaknya, pikir Lisa. "Jadi selama ini, aku diberi makan hasil sulapmu, Unnie?" Lisa bertanya ketus setelah meletakkan gelas yang ia gunakan di meja counter.

Jennie terkekeh geli, "kinda." Katanya santai. Si Maknae mendengus kemudian duduk di sebelah sang Unnie. Memperhatikan dengan seksama setiap gerakan yang diciptakan spatula sialan di atas teflon itu. Sementara Jennie hanya bertopang dagu, menonton Lisa yang tampak tak habis pikir dengan hal yang terjadi di depan matanya. Walau sering kali Jennie menunjukkan kemampuannya di depan Lisa, tapi ia tahu, hal-hal seperti ini masih mampu membuat si bungsu terkejut setengah mati. Well, lagipula siapa yang tidak?

"Siapa yang butuh menonton Harry Potter jika kau bisa mendapatkan siaran langsungnya?" Gumam Lisa yang membuat Jennie terbahak seketika. Lisa memang bukan penggemar berat serial fantasi itu. Namun dimasa-masa trainee mereka bertahun-tahun lalu, film itu sering kali diputar untuk menghabiskan waktu di setelah sesi latihan panjang yang mereka jalani. Dan rasanya pasti aneh begitu melihat hal yang biasa dia tonton di layar kaca kini harus terjadi di dunia nyata.

"Apa kau merasa tidak nyaman? Kalau kau tidak menyukai itu, aku akan berusaha untuk menguranginya." Ucap Jennie setelah tawanya berhenti. Ia tak ingin egois. Lisa dan Rosé mau menerima keadaan mereka saja sudah hal yang patut di syukuri. Jadi rasanya adil kalau Jennie juga menanyakan perihal kenyamanan anak-anak itu. Namun sejujurnya, Lisa bahkan Rosé tidak menerima pertanyaan ini satu kali. Jauh-jauh hari, Jisoo telah mengajukan pertanyaan yang sama dan jawaban mereka juga tidak berubah sejak hari itu; "Tidak masalah." Toh bagaimanapun juga, kemampuan dua Unnie akan terus melekat dalam diri mereka sekalipun keduanya tidak menunjukan itu pada siapapun.

The WitchesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang