Gadis ayu itu berlari mengejar buruan. Tak apa selama Romo nya tak tahu.
Parahnya pria culun yang selalu mengikutinya itu mengancam akan mengadu, jika gadis ayu itu tak mengajaknya.
"B-bagaimna ka-kalau besar nanti kau menjadi istriku?"
"Dasar orang gila!"
(Nami)
3.00 WIB
"Nam, udah lihat hasilnya belum?" tanya Papih memastikan dari luar kamar.
Aku menghela nafas berat. Jantungku berdebar hebat. Rasanya penasaran tapi aku juga takut gagal secara bersamaan. Papih dan mamih merasakan kekhawatiran yang sama. Bahkan hanya untuk hari ini papih sampai rela absen dari rapat penting perusahaan.
Aku jarang merasakan hal seperti ini. Aku orang yang cukup percaya diri dan optimis dari dulu. Entahlah, kali ini berbeda. Aku seperti tidak menjadi diri sendiri.
Meredam rasa gugup, aku mondar mandir tak tentu arah sambil mengigit jari-jari tangan tak beraturan. Tenggorokan sampai terasa kering, ku lirik botol air mineral samping meja televisi lalu kutenggak sampai habis tak tersisa.
"Calm down.... calm down. Apapun yang terjadi, lo udah usaha semaksimal mungkin, Nam," gumamku meyakinkan diri sendiri.
Namaku Namiya Cassa Danureja, tahun ini baru saja lulus dari SMA dan sedang menunggu pengumuman masuk Universitas.
Lima jam yang lalu, aku menerima email dari Seoul National University, salah satu kampus top 3 di Korea Selatan. Karena terlalu gugup aku sampai mengulur waktu untuk membaca hasilnya. Aku bahkan lupa mandi dan makan siang, suatu yang juga tak pernah ku lewatkan di hari biasa.
Papih dan Mamih juga sudah mulai khawatir. Mereka berkali-kali mengetuk pintu kamar untuk memastikan apakah aku baik-baik saja.
"Nam, are you okay?"
Tentu saja mereka juga takut aku kecewa jika gagal.
"Eh, iya Mam, Pih. Na-nami oke kok."
Bicara kedua orang tua, aku patut bersyukur. Papih dan Mamih adalah orangtua yang suportif, meskipun Papih memang agak sedikit kolot dan galak sih. Mereka selalu mendukung dan menghargai pilihanku, asal aku bisa tanggung jawab sama apa yang aku pilih.
Mereka juga selalu membebaskan anak-anaknya melakukan hal yang mereka suka. Misalnya hobi dan berteman. Hal itu yang malah membuat aku berjanji untuk memberikan yang terbaik dan tak akan mengecewakan kepercayaan mereka.
"Kalau aku gagal gimana dong," ucapku bermonolog sendiri.
Tak kalah dengan Mamih dan Papih, Kak Sofia pun sedari tadi sudah berkali-kali menghubungiku.
Kak Sofi adalah kakak satu-satunya yang aku miliki. Dia mahasiswi tingkat 3, jurusan Administrasi Bisnis Universitas Padjajaran Bandung.
"Ya elah, lama banget ngangkatnya. Gimana keterima gak?" sambar Sofia di seberang telepon sana.
"Belom aja gue buka. Hmm Kalau gak keterima gimana dong kak?" Rengekku khawatir.
"Ya gak apa-apa. Tinggal lo cari lagi aja. Universitas di Indonesia kan banyak, lo pilih tuh mau daftar di negeri apa swasta." Jawab Sofia enteng.
"Kalau di Indonesia gak dapet Negeri gimana?"
Bukan apa-apa, selalu di bandingkan keluarga besar dengan kak Sofi, sedikit membuatku sebal juga.
Memang aku akui, selain pintar akademik, Kak Sofi juga penuh prestasi dibidang lain. Lingkup pertemanan dan wawasannya juga luas, apalagi didukung dengan wajah yang rupawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream - FF Byun Baekhyun (SELESAI)
Fanfiction"Apa itu Pedang Sapatha?" "Tragedi tahun 1944, di sebuah Desa dekat Candi Prambanan," begitu katanya. Namiya Cassa Danureja di terima berkuliah di Seoul Nasional University jurusan Business Administration. Harapanya selain berkuliah adalah bisa fang...