Enjoy the story...
Pangeran liam pov.
Aku telah sampai di taman alun alun pusat kota. Aku berjalan kesana kemari mencari avie dan juga rafa.
Kemana perginya 2 bujang kurang asem itu? Aku tak melihat mereka dimanapun.
Bahkan setelah hampir 5 menit aku mengelilingi taman ini.Kalian dimana?
Mindlinkku pada avie. Dan bukannya jawaban yang kuterima justru suara desahan tertahan yang kudengar.Sial.
Apa yang sebenarnya mereka lakukan?
Apa mereka bercinta ditaman?
Kupejamkan mataku.
Mendengarkan dengan jelas suara suara yang terdengar disekitarku.Hap.
Aku mendengar suara desahan avie dan rafa? Apa mereka melakukan LGBT?
Menjijikkan.
Aku bahkan mau muntah hanya dengan membayangkannya saja.
Bisakah mereka melakukannya dengan mate mereka saja nanti?
Dasar pria gila.
Aku segera berlari ke arah sumber suara dan saat kutelusuri rupanya berakhir di bilik toilet wanita.
Kulihat pintunya terkunci rapat.
Aku yakin mereka berdua ada disini."Jika kalian tak segera keluar, aku akn dobrak pintunya..."
Ucapku dari balik pintu.
Dan aku mendengar desah kecewa seorang perempuan dan suara avie dan rafa yang sedang berbisik bisik tak jelas di dalam bilik.Cklek,
Pintu bilik toilet perempuan itu terbuka dan menampakkan hal yang membuatku muak sekaligus jijik melihat avie dan rafa yang tampak berantakan.
Kulihat dibelakang mereka ada perempuan muda mungkin seumuran istri kecilku sedang mengangkang di atas dudukan toilet dengan celana dalam yang turun hingga ke lututnya."Apa yang kalian lakukan, hah?"
Kupalingkan wajahku sambil berbicara.
Aku tak ingin melihat wajah menjijikkan perempuan itu."Maaf pangeran...
Sebenarnya dia tadi meminta bantuan kami untuk membenarkan handle pintu toilet tapi ia justru malah menarikku dan rafa masuk dan meminta kami untuk memasukinya..."
Avie dengan jujur nya menjawab pertanyaanku."Kalian ini...
Bisakah gunakan milikmu itu hanya untuk mate kalian saja...?
Tadinya kukira kalian malah melakukan LGBT..."
Aku berjalan ke arah mobilku terparkir."Ya ampun, pangeran...
Kami masih waras tau...
Lagipula sebenarnya tadi aku agak jijik melihat milik kakakku...
Hih..
Menakutkan... besar sekali..."
Rafa mengekspresikan ucapannya sambil mencebikkan bibirnya dan bergidik ngeri."Diam kau, raf...!
Jelas ucapannya membuat sang kakak naik pitam. Siapapun pria yang di singgung mengenai miliknya pasti akan naik darah. Jelas bukan?
Sudah pasti."Bisakah kalian diam...?
Sebenarnya apa yang sedang terjadi...?"
Leraiku begitu kami bertiga memasuki mobil."Begini, pangeran...
Mata mata kita mengatakan kalau Freyya, penyihir itu akan menyerang kerajaan kita di malam bulan purnama lusa..."
Ucapan avie membuatku reflek mengerem mendadak dan tubuh kedua pemuda di dekatku hampir terjerembab.
Freyya.
Ya ampun putri penyihir hitam alias black witch satu itu tidak jemu jemunya memintaku menjadi miliknya dan sekarang ia malah menabuh genderang padaku karena aku telah menikah.
Dia gila.
Benar benar gila."Bagaimana kalian tak segera mengatakannya saat pertama kali memindlinkku...
Ini keadaan genting..."
Segera kutancap gas secepat mungkin menuju ke hutan terlarang dan kuparkir mobilku tepat di tengah tengah hutan.
Aku tak perduli dengan mobil ini.
Biar meski diambil orang aku pun tak perduli. Yang kuperdulikan adalah rakyat dan juga kerajaanku saat ini.Ayah...
Maaf mengganggumu...
Sepertinya aku akan berada di sini cukup lama.. Kerajaan akan menghadapi perang...
Dan aku tak bisa meninggalkan kawananku sendirian dalam beberapa waktu....
Mindlinkku pada ayah anann - ayah mertuaku.
Aku tak ingin beliau marah karena kau tak mengabari nya.
Kuharap billa bisa mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend is Panter?
FantasySaat kulihat mata biru hewan berukuran raksasa itu bukan lah rasa takut yang terangsang di otakku melainkan rasa aman dan nyaman? Benarkah aku merasa nyaman bertemu dengan hewan buas dan besar yang berukuran setinggi tubuh manusia itu? Matanya menat...