Enjoy the story...!
Author pov.
Di dalam kamar besar dengan penerangan yang cukup temaram, kedua sejoli masih bergelung dengan selimut tebal yabg menutupi keduanya.
Kamar itu sudah seperti habis diterpa angin topan dengan pakaian yang bertebaran di lantai.
Si pria tengah memeluk tubuh mungil si wanita yang tengah tidur meringkuk seperti janin.
Saling berpelukan bahkan sampai keduanya tak sadar kalau hari telah terang. Matahari sudah mulai terbit dan menerangi angkasa dengan sinarnya.Tok tok tok...
"Liam... billa... kalian sudah bangun...?
Kalian ingatkan kalau Annand, nindya dan juga putrinya akan pulang hari ini...?
Segeralah turun...!"
Sonia mengetuk pintu kamar putranya beberapa kali berharap mendapat jawaban atas perkataannya.
Tapi nihil.
Tak ada sahutan sama sekali dari dalam kamar besar nan mewah yang di desain khusus untuk sang pangeran kerajaan ordofya."Liam... bangun lah nak...
Ibu tau kau mendengar ibu...
Jika tidak segera bangun, ibu akan membuka paksa kamarmu dengan kunci cadangan..."
Sebenarnya pangeran liam sudah terbangun begitu mendengar ketukan pintu. Maklum teliganya yang merupakan seorang jelmaan macan tutul itu tak bisa dianggap remeh. Ia mampu mendengar kedatangan seseorang dari jarak yang sangat jauh sekalipun.
Hanya saja ia memilih mengeratkan selimut yang membungkus tubuhnya dan istrinya dan hendak kembali tidur lagi.
Tapi begitu mendengar ucapan terakhir ibunya kalau ia akan membuka paksa kamarnya ini.
Pangeran liam segera duduk terbangun dan menjawab panggilan ibunya." iya bu... aku bangun... aku akan turun sebentar lagi..."
Pangeran liam mendengus kesal karena ia harus bangun dan meninggalkan kehangatan yang disediakan oleh tubuh istrinya.
Sedangkan sonia terkikik di balik pintu. Ia tahu ancamannya akan sangat berhasil. Dan lihat!
Berhasil bukan...?
Ibu yang sangat mengenal putranya dengan baik.Pangeran liam menyingkap selimut yang membungkus tubuhnya dan istrinya. Ia melihat bercak darah di selimut dan juga ranjangnya.
Ia tersenyum bangga.
Bangga karena ia lah yang telah memerawani istrinya dan ia lah yang menjadi yang pertama baginya.
Ia berjanji akan berusaha selalu membahagiakan istrinya."Sayang, bangunlah...!"
Pangeran liam menepuk pipi billa yang masih terlelap karena kelelahan.
Jelas, bagaimana tidak suaminya menggempur nya habis habisan sampai baru tidur setelah hampir tengah malam."Eungghhh..."
Billa mulai bergerak. Menggeliat tapi magak meringis saat menggerakkan bagian bawah tubuhnya.Cup cup cup...
Pangeran liam mengecup seluruh wajah billa agar wanitanya itu mau bangun."Apa kau tak ingin mengantar kepulangan ayah dan ibumu...?"
Seketika mata billa terbuka, begitu mendengar ucapan pangeran liam kalau ayah dan ibunya hendak pulang.
Kembali ke dunia mereka.
Dunia manusia."Ssshhhh..."
Billa yang langsung bangun terduduk, reflek meringis merasakan sesuatu yang nyeri dibagian bawah tubuhnya. Maksudnya ya bagian yang itu.
Melihat istrinya meringis, pangeran liam ikut meringis pula."Masih sakit ya...?"
Billa mengangguk.
Saat melihat kebawah ia cukup terkejut melihat bercak darah yang cukup banyak di sprey."Aku menstruasi ya...? Ya ampun...
Bagaimana ini pangeran...?"
Billa agak panik."Itu bukan menstruasi, sayang...
Itu adalah darah keperawananmu yang kurenggut semalam... maaf...
Maaf karena telah membuatmu berdarah...
Pasti sakit sekali ya...?"
Pangeran liam meringis melihat bercak dara h di ranjangnya itu.
Ia jadi merasa sangat bersalah telah menyakiti istrinya sampai berdarah darah seperti ini."Tidak apa apa...
Bukankah itu sudah kewajibanku sebagai istrimu untuk menjaga kesucianku...?
Dan ini adalah hakmu...
Nanti juga akan hilang sendiri rasa nyerinya..."
Billa tersenyum. Ia tau pria nya pasti merasa sangat bersalah karena telah membuatnya kesakitan semalam bahkan sampai berdarah.
Tapi bukankah ini memang biasa terjadi pasa setiap wanita yang kehilangan keperawanannya? Lalu apa yang harus dikhawatirkan?
Setiap wanita pasti pernah merasakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend is Panter?
FantasiSaat kulihat mata biru hewan berukuran raksasa itu bukan lah rasa takut yang terangsang di otakku melainkan rasa aman dan nyaman? Benarkah aku merasa nyaman bertemu dengan hewan buas dan besar yang berukuran setinggi tubuh manusia itu? Matanya menat...