Enjoy the story...
Liam pov.
Matahari dilangit mulai turun ke barat, sinar senja mulai menapaki langit. Aku berlari ke tepi hutan tempat dimana rumah mungil ayah dan ibuku berada.
Aku akan segera meminta mereka untuk meminang billa untukku. Rasanya puas dan senang sekali saat mendengar persetujuan billa saat ku lamar tadi pagi.
Astaga,
Aku bahkan tak cukup nyali untuk melamarnya dengan kata kata romantis sebagaimana pria diluar sana.
Aku memang bukanlah type pria yang bisa mengumbar bualan pada wanita.
Aku lebih suka melakukan sesuatu untuk membuktikan perhatianku, dan kasih sayangku pada gadis yang kukasihi.Untunglah tadi saat ia mandi untuk pergi ke sekolah aku lebih dulu menyelipkan sesuatu di tas sekolahnya sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke 18 yang mana jatuh pada hari ini.
Jelas aku tau karena aku melihat atau lebih tepatnya membaca seluruh isi buku diary billa dimana ada biodatanya, makanan kesukaannya bahkan ungkapan rasa suka dan nyamannya saat aku hadir dalam hidupnya.Aku berjalan menyusuri jalan besar menuju hutan, setelah suasana sekitar cukup sepi barulah aku mengeluarkan kekuatanku berlari secepat panther alias macan tutul yang mana bisa mencapai 58 KM/jam.
Lumayan cepat, bukan?
Itu untuk kecepatan lari pasukanku.
Sedangkan aku, aku bisa berlari 2 kali lipat lebih cepat yah kurleb 100 KM/jam lah.
Aish sombyong nyaaa alamaaaaaak.Baru lah setelah habis jalan beraspal aku mulai melihat bayangan rumah ayah dan ibu.
Rumah itu sangat kecil bila dibandingkan dengan istana kami ditengah hutan sana namun kediaman orang tuaku terlihat sangat asri.
Dipenuhi bebungaan berwarna warni yang menghiasi terasnya.
Ibuku memang telaten dan sangat mencintai tanaman. Kurasa andaikan billa kuajak kemari ia pasti akan menyukainya.Saat aku berada di depan pintu dan bahkan sudah mengangkat tanganku bersiap mengetuk pintu kayu berwarna hitam kecoklatan itu. Tapi begitu mendengar suara aneh dari balik pintu itu membuatku mengurungkan niatku.
Kenapa aku sama sekali tak menduga kalau aku akan mendengarkan hal ini dari mereka berdua?
Aish, bisakah mereka mendengar kedatanganku dan tak berciuman dibalik pintu seperti ini?Aku berbalik badan hendak pergi namun tiba tiba pintu itu terbuka. Menampilkan keadaan ibu yang agak awut awutan dan ayah yang cemberut.
Fix. Aku yakin kalau kedatanganku sebenarnya sudah di dengar oleh mereka hanya saja ayahku yang terlalu possessive itu memberondong ibuku dengan ciumannya hingga tak bisa membukakan pintu untuk putra semata wayangnya ini.
Aish, ayahku memang sangat pelit dan keterlaluan sekali, bukan?
Semoga ayah kalian tidak seperti ayahku."maafkan ibu, liam...
Ayahmu benar benar keterlaluan...
Masuklah nak...!"
Sonia - ibuku menarik tangan ku masuk ke dalam rumah. Sedangkan davied - ayahku mulutnya semakin mengerucut menandakan ia sangat cemburu padaku sekarang."untuk apa kau datang kemari tiba tiba liam...?"
Ayah duduk di kursi tunggal di sampingku, ia mulai membuka pembicaraan saat ibuku - sonia pergi ke dapur menyiapkan minum untukku dan ayah.
Kuras ayah mulai mengerti kalau ada sesuatu hal penting yang akan kusampaikan sebagai putranya sebab alias aku memang tak pernah mengunjungi rumah mereka selama ini. Dan ini baru kedua kalinya setelah yang pertama beberapa hari lalu saat billa kebetulan tengah camping.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend is Panter?
FantasySaat kulihat mata biru hewan berukuran raksasa itu bukan lah rasa takut yang terangsang di otakku melainkan rasa aman dan nyaman? Benarkah aku merasa nyaman bertemu dengan hewan buas dan besar yang berukuran setinggi tubuh manusia itu? Matanya menat...