Prolog

4.1K 37 0
                                    

Terjadi keributan di rumah Gama setelah Tira menemukan sepucuk surat yang di tinggalkan ponakannya.

Dia bersikeras untuk pergi kesana, tapi teman-temannya terus melarangnya.

"AAAARRG!!! MINGGIR KALIAN!!" Teriaknya sambil mencoba pergi dari sana.

Tapi semua anak buahnya tetap mencoba menahan bos mereka yang benar-benar berniat pergi ke hutan yang tidak jauh dari desa ini.

Beruang berbulu coklat setinggi dua meter itu terus berbaring dengan wajah kurang bersemangat tanpa memperdulikan keramaian yang ada di dalam rumah ini.

Tapi, keributan ini seketika langsung terhenti.

Tira dan semua anak buahnya terdiam melihat ke arah pintu rumah ini.

Beruang berbulu coklat yang tadinya tampak begitu acuh seketika langsung bangun dan menoleh ke arah pintu.

Dia langsung berlari menerobos keramaian yang ada di hadapannya lalu memeluk sosok yang sangat di rindukannya.

"Tenanglah, Gama hanya pergi selama seminggu," kata pria bertubuh anak kecil yang sangat kotor dengan tanah dan banyak sobekan di beberapa letak pakaiannya.

Robot berwarna perak yang kini terlihat sangat kotor perlahan bangkit turun dari atas kepala majikannya dan melayang di hadapannya.

"Saya akan siapkan air untuk mandi. Mau pakai air hangat atau biasa?" Tanyanya.

"Biasa saja," jawab Gama singkat sambil mencoba melepaskan diri dari pelukan piaraannya itu meskipun tidak berhasil.

Robot itu pun mengangguk lalu perlahan pergi menuju dapur melewati orang-orang di dalam sana sambil menyapa Tira yang masih terpaku menatap Gama.

"Halo Paman," sapa Gama dengan wajah datar ke arah Tira yang kini berdiri di sebelahnya.

"A- emm.. kau baik-baik saja?" Tanyanya pelan.

"Gama baik. Maaf membuat khawatir disini," jawabnya.

Salah satu anak buah Tira mengajak semua orang untuk keluar setelah merasa situasinya sudah tenang.

Yang tadi terlihat sangat ramai, kini hanya ada mereka bertiga disana.

"EEEHH!!!!?"

Alis Tira berkedut saat mendengar suara teriakan dari luar.

Gama melirik ke arah pintu lalu menghela nafas panjang.

"Masuk lah, ini rumah Gama," kata anak itu.

Tira sedikit Bingung melihat ponakannya berbicara ke arah pintu. Tapi, matanya perlahan terbuka lebar layaknya tidak percaya dengan apa yang sedang di lihatnya sekarang.

Jelas sekali kalau yang di lihatnya seorang pria dewasa berjanggut tebal dengan pakaian klasik dan sebuah kapak besar di punggungnya.

Masalahnya yang membuatnya terkejut, tinggi orang itu benar-benar hampir mirip dengan Gama yang hanya memiliki tinggi layaknya anak SD.

"Ini Gooner, Gama berteman dengannya waktu di gua saat mencari Professor Neuro," kata Gama memperkenalkan teman barunya.

Tira yang masih terkejut terus terpaku melihat orang di depannya ini.

"Hei Gama, kenapa orang ini diam saja?" Katanya dengan suara agak berat sambil melipat kedua tangannya yang sangat berisi.

Gama terus memanggil nama pamannya sampai akhirnya Tira pun tersadar dari lamunannya.

"A- emm.. oke. Bagaimana dengan si Neuro?" Tanya Tira ke Gama tapi masih melirik ke arah pria pendek yang berdiri gagah di sebelah Gama.

"Dia kembali ke Jakarta. Tapi nanti kesini lagi katanya," ucap Gama yang akhirnya berhasil lepas dari pelukan piaraannya.

"Oke.. baiklah. Bagaimana dengan teman baru mu?" Tanya Tira menoleh ke arah gooner.

"Katanya mau tinggal disini dulu. Tidak apa-apa kan Paman? Gama juga bosan sendirian," kata anak itu sedikit memelas.

Meski sempat ragu, tapi Tira memperbolehkannya setelah melihat Gama memohon sambil mendekatinya.

"Dengar. Paman tidak akan bilang ke ayah mu kalau kau pergi selama seminggu. Tapi soal teman mu, ayah menyarankan lebih baik dia tidak sembarangan pergi keluar sendirian," bisik Tira.

Gama pun mengangguk lalu tersenyum ke arah teman barunya yang terlihat menghela nafas disana.

"Begini-begini umur ku 34 tahun. kau tidak perlu sekhawatir itu," kata pria itu sambil meletakkan tas ransel dan kapaknya di lantai.

"Tung- apa!? 34 tahun? 9 tahun lebih tua dari ku?" Kata Tira terkejut.

"Memangnya kenapa kalau aku 34 tahun," kata pria itu terlihat kesal.

Tira langsung menggeleng menanggapinya.

Obrolan mereka terhenti karna Kuro, robot milik Gama sudah kembali dan bilang kalau airnya sudah siap.

Gama pun mengangguk dan bilang pada Tira kalau dia boleh pulang.

Masih dengan perasaan penasaran, Tira pun mengangguk dan sesekali melirik ke arah pria berjanggut tebal itu kembali membawa ranselnya dan masuk mengikuti Gama.

"Kau tidak suka mandi kan? Bagaimana kalau kita mandi bersama? Aku akan membasuh punggung mu," kata pria itu.

Gama sempat berfikir, tapi kemudian dia langsung mengangguk dan mengajak temannya masuk ke kamar mandi.

"Hei.."

Kuro yang hendak pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam terhenti dan menoleh ke arah Tira yang memanggilnya.

"Ada apa Paman?" Tanyanya heran.

"Nanti malam datang ku rumah paman yah. Ada banyak yang mau tanyakan selama kalian pergi," kata Tira perlahan bangkit berdiri.

"Baik. Saya akan datang jam 8 nanti," kata robot itu sambil melanjutkan perjalanan ke arah dapur.

Tira yang sudah mendengar suara air dari ujung rumah ini, dia pun memutuskan untuk pulang meskipun hatinya masih ingin berada disini.

______________________

Yoo semua..

Gimana kabar kalian? Hahaha makasih yah yang masih lanjut baca tulisan saya.

Oh ngomong-ngomong, ada saran untuk cerita selanjutnya ga nih? Saya tunggu di komentar yah.. jangan lupa votenya ^_^

Kisah Kami (Part 4)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang