Sunyi, itulah yang di rasakan oleh Gama dan Gooner sekarang di teras depan rumah.
Hanya ada satu suara yang terdengar sebentar di telinga mereka beberapa saat lalu. Tukang tahu keliling yang biasa lewat sini.
Gama tampak begitu santai duduk dengan kedua kaki bergoyang-goyang di teras. Sementara teman barunya tampak begitu tidak nyaman sambil melihat dari ujung jalan, ke ujung yang satunya.
"Kenapa disini sepi sekali? Kupikir dunia atas lebih ramai," katanya dengan nada berat menoleh ke arah Gama yang terlihat masih santai.
"Kampung Gama kan jauh dari perkotaan. Tapi kata ayah, dari dulu memang sudah begini. Habis magrib, pasti orang-orang lebih memilih di rumah," jawabnya.
"Apa perkotaan yang kau maksud itu tempat yang mau kita tuju?" Tanyanya lagi dan Gama pun mengangguk.
"Ayah punya kafe disana. Tapi Gama tidak tau jalan, jadi kita tunggu Kuro datang dulu dari rumah Paman," jawabnya lagi.
Gooner langsung mengingat pria besar yang dia temui tadi sore.
"Ngomong-ngomong soal Paman mu. Apa dia-"
"Maaf terlambat,"Kalimat Gooner terpotong karna sebuah benda bulat yang tampak terang muncul di hadapan mereka secara tiba-tiba.
Gama pun tersenyum lalu bangkit dari duduknya.
"Shirooo.. titip rumah sebentar yah," kata Gama yang tersenyum lebar ke arah piaraannya yang sedang berbaring di ruang tamu depan pintu masuk.
Beruang itu hanya mengeram menyahut perintahnya.
Mereka bertiga pergi ke kafe milik Candra dengan berjalan kaki selama hampir satu jam.
Sewaktu mereka tiba di perkotaan, Gooner terlihat begitu terpukau karna ada banyak sekali Manusia yang berlalu-lalang.
Lampu terang dimana-mana, ada begitu banyak bau harum yang belum pernah dia hirup.
"Anu.. maaf tuan, kenapa Gooner membawa kapaknya?" Bisik robot yang hinggap di atas topi Gama itu ke tuannya.
Gama jadi ikut memperhatikan kapak besar yang menyangkut di punggung teman barunya itu.
"Tidak tau. Mungkin karna sudah terbiasa," jawabnya singkat sambil mengangkat bahunya.
Sesampainya di kafe, ternyata ada begitu banyak orang yang Gama kenal, termasuk keluarganya.
"Kakek.." kata anak itu girang berlalu mendekati pria dengan syal yang melilit di lehernya tengah duduk di depan meja bartender bersama yang lainnya.
"Aah.. cucu kakek.. lucu sekali. Bahkan pakai syal segala," katanya tersenyum lebar sambil mengangkat cucunya dan memangkunya.
Tira yang juga hadir duduk di bangku paling pojok hanya memejamkan matanya seakan dia menutup telinga karna tau apa tujuan ponakannya kesini.
"Oh iya.. ayah, Gama punya teman baru," kata Gama menoleh ke arah ayahnya sambil menunjuk ke arah pintu keluar.
Semua orang yang ada di meja bartender termasuk ayahnya pun menoleh.
Wajah mereka langsung terlihat kaku, bahkan Karin sempat berteriak pelan karna terkejut melihat penampilannya.
"Pendek sekali.." pikir semua orang.
"Salam kenal," katanya membungkuk sedikit di hadapan mereka semua.
Candra yang masih terpaku disana langsung tersadar dan menoleh ke arah anaknya yang terlihat begitu bersemangat.
"Siapa namamu?"
"Kenapa kau pendek sekali?"
"Kenapa sampai membawa kapak segala?"
"Berapa umur mu?"Pertanyaan demi pertanyaan terus berdatangan. Gooner juga mencoba untuk menjawab semua pertanyaan itu sebisanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Kami (Part 4)
FanficPerhatian, cerita ini terdapat adegan dewasa termasuk sesama jenis. Bagi yang tidak nyaman, di sarankan untuk tidak membacanya.