Kalau hari biasa akan mulai ramai di jam makan siang, tapi kalau hari Minggu agak berbeda. Kafe milik Tira sudah kedatangan pelanggan dari pagi untuk sarapan.
Sigit dan dua temannya, serta Ilham yang biasa duduk di bangku tinggi yang ada di depan meja bartender juga sudah ada.
"Silahkan pesanannya,"
Dua orang pria yang tadi sedang mengobrol sambil tertawa seketika terdiam saat melihat kalau orang yang membawa pesanannya adalah pria pendek yang berjanggut tebal.
"Gooner terlihat sangat sopan yah dari gerakan maupun ucapannya," bisik Ilham yang memperhatikannya bersama 3 anak SMA yang ada di sebelahnya.
"Hahaha bukankah bagus kalau begitu," kata Candra tertawa sambil menggunakan kedua tangannya untuk membuat pesanan semua orang.
Gooner yang kembali membawa nampan terus memperhatikan Candra yang dari tadi tiada hentinya bergerak sejak mereka membuka pintu kafe.
Dia selalu terkesima tiap kali melihat Candra ataupun Gama memasak. Seolah mereka menyatu dengan bahan-bahan yang mereka olah.
"Menyenangkan bukan melihatnya," celetuk Ilham menyadarkan Gooner dari lamunannya.
Pria pendek itu pun menoleh dan melihat Ilham tengah menikmati minumannya.
"Tidak sedikit orang yang juga menyukai cara Candra dan Gama memasak. Itu bukan hal aneh," katanya membalas lirikan Gooner.
Gooner sendiri hanya terdiam berdiri dengan nampan di tangannya.
"Ngomong-ngomong bang Gooner. Abang nginep disini?" Tanya Surya, salah satu teman Sigit yang duduk di sebelahnya.
"Iya, dia menginap disini," sahut Candra yang sedang mengaduk mie goreng di teflon kecil.
Candra pun menata mie goreng itu di atas piring lalu meletakkannya di atas nampan bersama minuman yang sudah dia buat.
"Karna Gama menginap di rumah Tira, lalu di rumah juga robot milik Gama dan beruangnya selalu bertengkar, aku jadi mengajaknya kesini agar tidak kebingungan dengan pertengkaran mereka berdua," sambung Candra sambil memberikan pesanan tadi ke Gooner dan memintanya mengantarkan ke pelanggan.
"Lah, ku pikir Kuro dan Shiro itu akrab," kata Ilham heran.
"Hahaha akrab yah. Kalau tidak ada Gama, tiap menit mereka pasti bertengkar hebat. Malah terkadang mereka juga bertengkar meskipun Gama ada. Kalau anak itu tidak menangis, pasti pertengkaran mereka tidak akan berhenti," sambungnya.
"Tapi.. kita sering liat kalo kerjasama mereka hebat sekali," sahut Kiki, anak SMA dengan kacamata yang duduk di sebelah Surya.
"Ooh.. benar benar. Beruang itu malah jadi bisa bela diri kan?" Kata Surya sambil memukul-mukul ke arah depan.
Gooner yang baru saja tiba setelah mengantar pesanan hanya melirik ke arah mereka berdua.
Sebelum jam makan siang, Candra mengajari Gooner beberapa teknik memasak di kafenya. Dia juga sesekali di persilahkan membuat pesanan pelanggan.
Candra terus tersenyum melihat betapa tenangnya Gooner memasak. Rasanya dia sangat fokus sekaligus senang dengan apa yang ada di hadapannya.
*BRAK!!
"AYAHHH!!!"
Perhatian semua orang langsung tertuju pada Gama yang tiba-tiba muncul dengan wajah berlinangan air mata.
Di belakangnya juga terdapat dua orang laki-laki tinggi berdiri terdiam disana.
"Hei.. ada apa ini?" Kata Candra bergegas mendekati anaknya yang berlari ke arahnya.
Tangisan kerasnya sedikit meredup karna dia memendamkan wajahnya ke tubuh ayahnya.
"Pa-Paman.. Paman Tira di tangkap polisi.."
Kalimatnya benar-benar sebuah kejutan untuk semua orang. Tidak ada yang akan percaya hal ini akan terjadi.
"A-apa itu benar?" Tanya Candra dengan wajah kaku menatap dua laki-laki yang ada di depannya.
Mereka berdua hanya menunduk diam sambil memejamkan matanya.
Mata Candra perlahan terbuka lebar. Tapi dia mencoba untuk tenang lalu menggendong dan perlahan berdiri.
Tangisan Gama benar-benar keras, genggaman tangannya pada kerah baju Candra juga sangat terasa.
"Maaf. Gama memang terpukul sewaktu bos di tangkap. Tapi ada hal lain yang membuatnya menangis seperti ini," kata salah satu pria itu.
"Kenapa memangnya?" Tanya Candra sambil terus mencoba memenangkan anaknya.
Kedua laki-laki itu saling menatap lalu mereka kembali melirik ke arah Candra.
"Karna Gama tidak mau melepaskan bos. Akhirnya bos mengeluarkan banyak sekali kata-kata kasar yang membuatnya ketakutan agar dia mau pergi dari sana," katanya lagi pelan.
"Kata-kata kasar? Tira tidak pernah berbicara seperti itu di depan Gama selama ini. Bahkan walaupun itu hanya sekedar kata bangsat," pikirnya.
"Dimana dia di tangkap. Lalu, siapa petugas yang menahannya?" Tanya Candra lagi.
"Kami kurang tau. Tapi mereka datang dari kepolisian pusat," katanya lagi.
Alis Candra perlahan mengkerut. Tapi kemudian dia mengucapkan terimakasih pada dua orang itu dan mempersilahkan mereka untuk pergi.
"Ga-Gama mau pulang.." bisiknya pelan.
Satu-satunya yang bisa di lakukan Candra hanya menurutinya.
Dia pun menitipkan kafe pada Gooner dan Karin sementara dia mengantar Gama kembali ke rumahnya yang ada di kampung dengan motor milik Surya.
Selama di perjalanan, pikiran Candra di penuhi dengan berbagai macam pertanyaan, sekaligus dia juga berfikir bagaimana ayah dan ibu mereka akan bereaksi.
"Sayang, apa ayah boleh tanya beberapa hal?" Tanya Candra.
Gama yang tangisan mulai berhenti menyeka air matanya lalu mengangguk pelan.
Candra melontarkan beberapa pertanyaan, dan Gama menjawab semuanya.
Mulai dari Tira di tangkap sewaktu mereka berdua sedang di pasar untuk mencari baju tidur untuk Gama. Sampai persoalan kenapa dia di tahan.
Menurut beberapa bukti soal kebakaran besar di hutan kemarin, semua bukti tertuju pada Tira.
Setelah sampai, Candra sebenarnya ingin menemani Gama dulu. Tapi Gama langsung masuk dan menutup pintunya lalu menyuruh ayahnya untuk pergi.
Candra benar-benar tidak bisa bertindak lebih. Akhirnya dia memutuskan untuk memberinya waktu sendirian.
Di dalam rumah itu, Kuro dan Shiro yang tadi sedang bertengkar langsung terdiam saat melihat Gama datang dengan wajah murung dan suara isakan tangis yang pelan dari mulutnya.
Keduanya langsung mendekat dan mencoba menenangkannya serta bertanya kenapa dia bisa menangis.
Gama menceritakan sedetail mungkin apa yang terjadi pagi ini di pasar dan membuat keduanya terdiam sejenak.
"Kuro.. boleh Gama minta tolong?" Tanya anak itu menoleh ke arah robotnya yang melayang di depannya.
"Tentu tuan. Ada apa?" Tanyanya.
Anak itu pun menyeka dan mengeringkan wajahnya dari air mata lalu menghela nafas.
"Antar Gama ke rumah Paman Idris," katanya dengan mata berkaca-kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Kami (Part 4)
FanficPerhatian, cerita ini terdapat adegan dewasa termasuk sesama jenis. Bagi yang tidak nyaman, di sarankan untuk tidak membacanya.